BAB 2 : Tak Kasat Mata

216 96 61
                                    

Setelah selesai bersiap, cowo jakung dengan rahang tegasnya itu duduk di ujung kasur. Tangannya berselancar di benda kotak nan canggih itu dengan ekspresinya yang datar. Ia mendengus kasar setelah membaca salah satu pesan dari nomor orang yang ia beri nomor hapenya kemaren dengan sangat terpaksa.

+6283153222223

Medi
Oii
P
P
Ini Citra temannya Raisya :)
Save nmr gue yaa?
Med?
Jangan di read aja dong
:(
Kan aku sedih
Yaudah deh
Sepertinya lo hobinya baca bukan balas :)
Bsk kekampus bareng yok
Jmpt aku ya?
Kan sejalur cuman beda fakultas
Iya pokoknya
Oke
Gutenite medi 😇

Medi mendecih, tak minat membalas chat Citra.

"dasar cewe nggak jelas," gumam pemuda itu. Kemudian, ia berdiri mengambil tas lalu keluar kamar sesegera mungkin untuk berangkat menuju kampus sebelum jalanan macet.

Saat Medi membuka pintu rumah, matanya melihat kearah mobilnya. Di sana sudah terlihat seorang perempuan berdiri di samping mobilnya dengan celana jeans hitam panjang dan kemaja lengan panjang putih bercorak bunga-bunga membelakangi nya tak lupa tote bag hitam nya berada di pundak sebelah kirinya.

Medi tetap memasang wajah datar. Sebelum menuju mobilnya ia terlebih dahulu mengunci pintu rumahnya. Kemudian ia berjalan menuju mobilnya dan menghampiri seorang perempuan yg berdiri memunggunginya.

Pemuda itu sempat membatin, apakah Raisya yang datang sepagi ini ke rumahnya. Tapi, tak mungkin gadis itu kerumahnya sepagi ini pasti sahabatnya itu lagi bersama Abyan kekasihnya. Lagipula badan Raisya tak setinggi perempuan ini. Medi terus berjalan, sampai akhirnya ia berada tepat di belakang perempuan yang memunggungi nya.

" lo siapa? " tanyanya pada perempuan itu.

Mendengar suara Medi membuat perempuan itu sedikit tersentak. Kemudian ia membalikkan badannya sepenuhnya sambil tersenyum.

Citra,

Ia adalah Citra perempuan yang menspam chat Medi semalam dan mengejar-ngejarnya seminggu belakangan ini.

"Kenapa dia bisa disini?" batin pemuda itu bingung tapi masih bisa memasang wajah dinginnya tak menyukai keberadaan perempuan bar-bar ini.

"pagi, Medi," ucap Citra ramah sambil tersenyum kearah Medi walau pemuda itu tetap memasang wajah datarnya.

"ngapain lo disini?" tanya Medi memasang wajah tak sukanya pada perempuan di depannya ini.

"kan, mau berangkat kampus bareng," kata gadis itu menyengir lebar memperlihatkan gigi ratanya, "kan, lo nggak tau rumah gue, jadi, gue aja yang kesini, nanti pulangnya baru deh lo antar biar lo sekalian tau rumah gue, " kata Citra menjelaskan tanpa peduli ekspresi datar Medi.

Medi tetap memasang wajah dingin dan datarnya tanpa minat kepada Citra yang berada di depannya. Medi langsung meninggalkan Citra ia berjalan menuju kemudinya agar ia bisa segera berangkat segera menuju kampusnya.

Saat Medi sudah masuk kedalam mobil, ia sempat terkejut melihat perempuan ini tiba-tiba sudah duduk di sampingnya sambil memasang seat belt.

" lo, lo kok di sini, keluar dari mobil gue" kata Medi judes pada Citra yang tiba-tiba duduk di bangku sebelahnya. Merasa tak di indahkan perkataannya Medi mulai sedikit menaikkan nada bicaranya, "lo ngerti gak sih omongan gue? Keluar! " ucap Medi terdengar kesal dengan sikap gadis yang tak tau malu ini.

"ayok, berangkat, nanti keburu macet loh," kata Citra tak mengimbuhkan Medi yang mulai tersalut emosinya.

Medi menghembuskan napasnya kasar, tanpa ingin berdebat lagi ia langsung menjalankan mobilnya. Bodoamat sama cewe di sampingnya ini yang penting gak mengganggu dia saja.

Selama perjalanan menuju kampus, Citra terus saja mengoceh tanpa jeda bahkan tangannya tak tinggal diam ia menyentuh radio yang ada di mobil itu dan menyalakannya tanpa peduli sama yang punya mobil ini.

Dasar cewe gak punya malu.

Medi masih diam dan tak ingin berbicara sekata patah pun pada gadis yang bernotabe sahabat dari sahabatnya, Raisya.

"eh, Medi, itu, fakultas gue kok di lewatin," tunjuk Citra kaget sambil memperhatikan Medi yang masih dengan santai menyetir tanpa memperdulikan perkataan gadis itu.

Pemuda itu membelokkan mobilnya memasuki fakultasnya kemudian memakirkan mobilnya. Ia masih santai seakan tak ada orang yang berbicara padanya sedari tadi.

"turun," katanya datar dan tegas sambil melepas seat belt dan keluar mobil. Citra yang melihat itu langsung segera turun, ia menghampiri Medi meminta penjelasan kenapa ia tak diantar sampai ke fakultasnya malah di bawa ke fakultas pemuda ini yang sekarang ada di hadapannya dimana Medi menatapnya dengan wajah tak berdosa.

"kok, lo, nggak turunin gue di fekon sih," ucap Citra meminta penjelasan pada pemuda berahang tegas ini, "trus sekarang gue ke fekon naik apa?" ucap Citra menggebu-gebu. Sedaritadi dia ngomong panjang lebar tak pernah di jawab seakan-akan ia hanya makhluk tak kasat mata.

"gue bukan supir lo," ucap pemuda itu akhirnya, "gue nggak nyuruh lo ikut sama gue,"

Selesai.

Hanya kata itu yang keluar dari mulut Medi lalu langsung meninggalkan Citra yang masih menatapnya tak percaya.

Citra masih berdiri di tempatnya dengan pandangan tak percaya memandang punggung Medi yang mulai menjauh. Baru kali ini ia benar-benar di giniin. Apa susahnya sih tinggal stop depan fakultasnya trus jalan lagi.

Sial.

Citra mencak-mencak, menggerutu kesal pada pemuda yang sudah pergi meninggalkannya itu sendiri di parkiran mobil.

" semua kebun binatang adalah kamu Medi, " batin Citra berjalan sambil menghentakkan kakinya. Terpaksa, ia harus berjalan kaki ke fakultasnya. Walupun tak terlalu jauh tapi lumayan bikin keringatan.

Saat Citra hendak berjalan meninggalkan parkiran mobil, terlihat Arka dan Orion baru keluar dari mobil. Arka yang terlebih dahulu melihat Citra langsung memanggil gadis itu.

"eh, cewe bar-bar," teriak Arka nyaring, membuat Orion langsung memandang kearah Citra yang telah di teriaki oleh sahabatnya.

Citra yang merasa sadar akan panggilan itu langsung menoleh dan langsung pergi tak acuh meninggalkan dua orang yang baru saja keluar dari dalam mobil itu. Ia tak ingin berdebat dengan Arka si mulut mercon itu.

Saat Citra berjalan terus meninggalkan parkiran tiba-tiba suara itu terdengar lagi membuat Citra berhenti dan memutar badannya menghadap dua orang lelaki yang berjalan menghampirinya.

"ngapain lo disini cewe bar-bar," tanya Arka pada gadis di depannya ini.

" kepo lo," ucap Citra ketus kemudian berbalik meninggalkan kedua pemuda itu yang menatapnya dengan bingung.

"mau gue anter ke fekon?"

Pertanyaan itu.

Bukan, bukan. Bukan Arka yang berbicara menawarinya bantuan tapi Orion.

Citra berhenti berjalan kemudian menolehkan kepalanya,  " nggak usah, " jawabnya ketus masih terbawa emosi dengan sikap Medi. Ia tak peduli akan reaksi terkejut Orion toh ia emang gak peduli.

Kemudian, Citra berjalan meninggalkan dua pemuda itu yang terlihat bingung dengan sikap Citra yang tiba-tiba judes termasuk pada Orion yang tak biasanya gadis itu judes pada Orion.

" dasar cewe aneh," Celetuk Arka tak peduli kemudian berjalan meninggalkan perkiran menuju kelasnya yang di ikuti Orion.



"andai aja Medi bukan Orion yang langsung menawarinya mengantarkan ke kampus pasti nggak akan gue tolak," gumam gadis itu sambil menyebang jalan. 10 meter lagi ia bakal sampe ke fakultasnya.




Dengan di banjiri keringat.












CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang