BAB 10 : Plaster Demam ByeBye Fever

145 36 23
                                    

~Happy Reading Guyss~
Maaf kalau byk typo. Mohon koreksinya, hehe

***

"tanpa kamu sadari cinta itu bisa membuat hati, perkataan dan tindakan tidak berjalan dengan sinkron"


***


Setelah perdebatan panjang dengan Raisya setelah perkuliahan selesai tadi. Akhirnya, sekarang Medi berdiri di depan pintu apartemen Citra. Pemuda itu sedikit ragu untuk menekan password apartemen Citra yang sudah di kirim Raisya melalui pesan whatsapp.

Medi menarik napasnya, kemudian ia menekan enam digit angka yang sudah di berikan Raisya dan... Beep.

Password benar.

Medi langsung membuka pintu itu secara perlahan dan menyembulkan kepalanya terlebih dahulu sebelum masuk.

Sepi.

Kemudian Medi masuk dan menutup pintu secara perlahan seperti orang yang ingin mengendap-endap mencuri sesuatu.

Pemuda itu masih berdiri di depan pintu. Ia memandangi isi apartemen Citra yang tak terlalu besar. Di dekat pintu masuk sebelah kanan terdapat mini bar dan dapur mini. Di sebelah kiri kira-kira jarak 2 meter terdapat satu kamar tidur sedangkan pas di depan kamar tidur terdapat sofa panjang dan televisi.

Sebentar. Itu kenapa televisi nya menyala?

Karena penasaran akhirnya pemuda itu berjalan menuju televisi yang menyala dan berniat mematikannya. Akan tetapi,saat ia berdiri di balik sofa ia melihat seseorang sedang tidur meringkuk di atas sofa.

Siapa lagi kalau bukan... Citra.

Gadis itu berbaring di sofa panjang dengan kaki yang terlipat dan televisi yang menyala. Medi berjalan kearah meja depan sofa untuk mengambil remote televisi dan mematikannya. Lalu pemuda itu menaruh plastik bawaannya di atas meja.

Medi sedikit membungkukkan tubuhnya untuk melihat Citra yang tertidur dengan sangat lelap. Wajah gadis itu terlihat pucat seperti semalam ketika ia membawa Citra pingsan ke rumah sakit. Tanpa di sadari tangan Medi menyentuh kening gadis itu.

Hangat.

Kemudian Medi berjalan menuju kamar Citra untuk mengambil selimut dan menyelimuti tubuh gadis itu.

Setelah itu Medi berjongkok tepat di depan wajah Citra, tangan pemuda itu merapikan rambut-rambut Citra yang menghalangi wajahnya. Dengan pelan dan lembut tangan Medi mengelus rambut Citra kemudian turun ke pipi gadis itu yang terasa hangat. Bahkan Medi bisa merasakan napas Citra yang hangat keluar dari hidung mancung gadis itu.

Medi mengambil sesuatu dari plastik yang ia beli di apotek tadi. Kemudian ia membuka bungkusnya. Sebelum menempelkan benda itu di kening Citra, Medi mengusap dahi Citra dengan pelan dan lembut. Lalu, menempelkan plaster demam itu secara perlahan di kening Citra agar gadis itu tak bangun dari tidurnya.

Citra sendiri masih tertidur dengan nyenyak dan tak merasa terusik sama sekali dengan perlakuan Medi. Benar kata Raisya, gadis ini benar-benar tidur mati.

Tanpa ingin beranjak sedikitpun dari posisinya tangan Medi kemudian terulur menyentuh kepala Citra dan memijitnya secara perlahan agar gadis itu merasa nyaman. Medi memijit dan memandang wajah pucat Citra yang terlelap dengan wajah pemuda itu yang datar dan dingin seperti biasanya.

"gue itu gak suka sama lo, kenapa lo selalu ngejar gue?" ucap Medi begitu saja dari mulutnya dengan pelan dengan posisi yang  masih sama memijat kepala Citra.

CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang