Setelah kejadian tadi pagi, Citra tak jera ataupun malu untuk mengunjungi fakultas fisipol. Sekarang buktinya gadis itu sudah berada di fakultas fisipol menunggu sahabatnya Raisya.Eh, sebentar...
Bukan menunggu Raisya, melainkan menunggu Medi. Itu hanya modusnya saja mengajak Raisya untuk makan siang bersama di fakultas sahabatnya itu. Biasanya Raisya lah yang sering berkunjung ke fakultas Citra sebelum menyukai Medi, Citra bahkan tak ingin menginjakkan kakinya di fakultas sahabatnya itu. Entah apa yang membuat seorang Citra enggan ke fakultas sahabatnya itu.
Tapi sekarang demi memperjuangkan cintanya Citra rela menginjakkan kakinya disini.
Cihh, dasar BUCIN.
Sesuai janjinya dengan Raisya. Citra menunggu sahabatnya itu di gazebo taman fakultas fisip sebelum mereka pergi menuju kafetaria. Mata Citra memperhatikan sekeliling orang yang berada di sekitaran area gazebo itu.
Saat matanya melihat orang yang ia tunggu sedari tadi berjalan ke arah nya membuat Citra membenarkan duduknya dan tersenyum tertahan.
Akhirnyaaa...
Bukan, bukan Raisya yang menjadi bahan perhatiannya melainkan sosok pemuda yang berjalan di belakang sahabatnya itu. Medi Keano Archandra.
"Cit, lo ke kafetaria duluan aja ya? Soalnya gue ada urusan bentar di BEM mau datangin Abyan," kata Raisya memberitahu sahabatnya itu, membuat cowo yang sedari tadi memainkan ponselnya mengangkat kepala kaget melihat siapa orang yang ada di hadapannya.
" Med, temanin Citra dulu ya? Ntar gue nyusul, oke? Oke pokoknya, dahh" belum sempat Medi membantah perkataan gadis mungil itu Raisya sudah pergi meninggalkannya bersama dengan Citra berdua.
Sial.
Medi meruntuki Raisya setengah mati karna telah meninggalkannya bersama dengan cewe tak tahu malu ini. Tau gitu tadi ia ikut Orion saja ke perpustakaan.
Medi tetap diam, ekspresinya bahkan datar memandang cewe berambut sebahu di depannya ini yang sedang tersenyum kearahnya. Tak ingin berlama-lama berdiri di tempat ini akhirnya Medi memutar badannya berjalan meninggalkan Citra yang masih berdiri mematung memandang Medi yang tiba-tiba pergi.
Tersadar, senyum Citra langsung luntur saat melihat Medi mulai berjalan pergi menjauhinya tanpa satu kata pun. Gadis itu langsung mengejar sosok Medi yang sudah berjalan lebih jauh di depannya, ia berusaha menyamakan langkah mereka agar bisa jalan bersisian.
"Med, nanti pulang gue ikut lo ya?"
Hening. Tak ada jawaban.
"kan, tadi gue, ikut lo ke kampus," kata Citra berusaha berbicara dengan Medi.
Hening. Masih tak ada jawaban.
Sial. Citra menggeru kesal dalam hati "ini orang bisu kah? " batinnya.
Tak sadar mereka sudah sampai di kafetaria. Medi langsung menghampiri salah satu stand yang langsung di ikuti Citra. Gadis itu harus berusaha mencari perhatian agar omongannya di respon balik oleh pemuda itu.
"bu, pesan burger 1 sama air mineral, kayak biasa," ucap Medi pada ibu-ibu yang berada di depannya yang melayani pesanannya seperti biasanya.
"siap mas," jawab ibu itu, kemudian melirik perempuan yang berada di samping Medi, "mbanya pesan apa? " tanya ibu kantin itu pada Citra.
"eng.. samaain aja bu sama dia," jawab Citra sambil menunjuk Medi yang berada di sampingnya, " biar sehati bu," kata Citra dengan nada menggoda. Membuat ibu kantin itu terkekeh mendengar perkataan Citra.
"pacarnya mas Medi ya? " kata ibu kantin itu mulai menggoda Medi. Mendengar itu lantas Medi mulai protes, "buk.. " belum sempat Medi menjawab Citra sudah memotongnya terlebih dahulu.
" bentar lagi, bu. Doain ya? " kata Citra sambil tersenyum ke arah ibu kantin itu kemudian tersenyum kearah Medi. Membuat Medi mendengus memutar bola matanya kesal.
" iya, mba, ntar saya doain biar mas Medi nya cepat nembak mbanya," kata ibu kantin terserbut. Membuat senyum Citra kian mengembang.
"iya, ntar sekalian gue tembak mati," jawab Medi tegas dan dingin sambil mengeluarkan uang untuk membayar burgernya.
Maksudnya burgernya aja.
"dihh, sadis amat" kata gadis itu dengan nada seolah tersakiti, membuat ibu kantin itu geleng-geleng kepala melihat kedua generasi micin ini.
" lahh, satu aja ini mas," tanya ibu kantin itu saat melihat uang yang diberikan Medi pas untuk membayar makanannya dan minumannya saja. Medi mengangguk, kemudian ia pergi meninggalkan ibu kantin dan Citra yang kebingungan.
"dasar cowo pelit," batin Citra.
"bu, ini uang saya, Medi emang gitu, bu, pelit," ujar gadis itu mengeluarkan uang dari dompetnya dan menyodorkan uang nya yang langsung di terima oleh ibu kantin itu.
"ahh, nggak kok, mba. Mas Medi gak pelit kok," bela ibu kantin itu, "biasanya dia sering traktir temannya terutama si mba Raisya itu," kata ibu kantin yang sering melihat Medi membayarkan Raisya.
Citra hanya tersenyum dan mengiyakan saja perkataan ibu itu. Ia langsung pergi mendatangi meja yang diduduki Medi setelah membayar makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CITRA
Teen Fiction[HIATUS] [beberapa kata mungkin ada yang typo atau sedikit rancu, akan di revisi jika sudah tamat] *** Citra tak mengira mencintainya akan menumbuhkan luka yang teramat dalam dihatinya. Jatuh cinta sepihak yang ia rasakan membuat perasaannya hancur...