BAB 21 : Misi Gagal

87 6 0
                                    

~Happy Reading guys~
Maaf jika ada typo, mohon koreksinya.

***

Ketika orang yang selalu berjuang untukmu pergi. Kamu baru menyadari, apa itu kehilangan.

***


Sudah empat hari setelah membaca surat yang Medi temukan di dashboard mobilnya. Pemuda itu masih memikirkan isi dari surat yang Citra tulis untuk dirinya.

"serius, Ri, udah sayang-sayangan? Gesit juga teman kita yang satu ini," seru Raisya yang heboh sedari tadi di kelasnya setelah dosen pengajarnya keluar. Hanya sisa beberapa orang saja yang masih bertahan di kelas untuk sekedar berbincang-bincang.

"eh, Arka, coba liat teman kita ngegas banget anjir sama sahabat gue udah pake sayang-sayang aja panggilannya," beritahu Raisya pada Arka agar pemuda itu ikut mengompori temannya.

"iyalah, Rion mah ngegas pol. Gas terus pokoknya, Ri, sebagai sahabat gue dukung lo," sahut Arka ikut heboh dengan Raisya.

Sedangkan Abyan hanya diam memperhatikan Arka dan Raisya yang semakin heboh.

"Rion, kan, gentle. Cowok itu yang ngejar cewek bukan cewek yang ngejar cowok," sindir Raisya melirik Medi yang sedari tadi hanya diam memandang ponselnya. Bahkan pemuda itu tak merasa terusik sama sekali.

"kalian berdua berisik banget, sih," protes Orion melihat kedua sahabatnya berbicara dengan nada tinggi seakan ingin menyindir seseorang. Orion tahu pasti Raisya dan Arka sedang menjalankan misinya untuk membuat Medi menyadari perasaan pemuda itu.

"Sya, gue mau ngomong penting sama lo, ayok ikut gue," ajak Orion langsung menarik tangan Raisya keluar dari kelasnya itu sedangkan Raisya hanya pasrah mengekori Orion tanpa protes.

Tapi sebelum Orion keluar dari kelas pemuda itu menolehkan kepalanya pada Miya, teman sekelasnya. "Miya, tolong itu kandangin anak setan lo," sindir Orion pada Arka dan refleks Arka langsung mengumpat  kasar pada Orion yang sudah berlalu keluar dari kelas.

Orion dan Citra berdiri di depan kelas, koridor ini lumayan sepi karena ada beberapa kelas yang masih ada dosennya.

"lo mau ngomong apa?" tanya Raisya memandang Orion yang ada di depannya.

"gue suka sama Citra,"

"hah??" pekik Raisya kaget tak percaya mendengar perkataan pemuda yang ada di hadapannya ini.

"gue suka sama Citra, gue cinta sama dia," terang Orion pada Raisya. Orion tak mau diam saja kali ini karena Citra sudah memberikannya lampu hijau.

"tapi gimana sama Medi, Ri. Misi kita gimana?" sahut Raisya masih tak percaya dengan Orion yang benar-benar jatuh cinta dengan sahabatnya itu.

Orion menghembuskan napasnya kemudian memandang sahabatnya ini, "gue sebenarnya dari awal udah mau nolak misi konyol lo, Sya. Karena gue udah lama suka sama Citra," kata Orion jujur, ia tak ingin menutupi nya lagi.

"Ri,"

"Sya," tukas Orion, "lo harus ngertiin gue juga, Sya." lirih Orion, pemuda itu berusaha berbicara pelan agar Raisya bisa mengerti dirinya.

"kita udah ngasih kesempatan buat Medi dekat sama Citra, tapi apa? Dia malah nyakitin Citra. Lo gak tau gimana terpuruknya Citra ketika Medi ngomong kasar sama dia," jelas Orion.

"lo sebagai sahabatnya pun gak tau gimana menderitanya Citra yang sering nangis tiba-tiba karena mengingat ucapan kasar dari Medi," cerca pemuda itu.

CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang