BAB 17 : Misi Raisya

97 7 0
                                    

~Happy Reading Guys~
Maaf jika banyak typo, mohon koreksinya.

***

"Jika egois bisa membuat kita bahagia. Maka, itulah yang akan aku lakukan sekarang."

***


"Rionnnnn,"

"kenapa sih, Sya?" tanya Orion sedikit kesal.

Orion bingung melihat sahabatnya satu ini sedari tadi misuh-misuh tidak jelas memaksa dirinya untuk menjelaskan kejadian yang membuat tangan Citra bisa di lilit perban olehnya.

Raisya mengembungkan pipinya dengan bibir mayun memandang Orion yang masih sibuk bermain games bersama Abyan dan Arka.

"jelasin dulu kenapa tangannya Citra bisa lo yang perban, terus itu, tangannya kenapa?" tanya Raisya memaksa Orion menjawab pertanyaannya.

Tak menghiraukan perkataan Raisya, Orion malah mengumpat dan menggerutu pada Abyan dan Arka yang juga memainkan game sepertinya.

Merasa tak di hiraukan, gadis itu akhirnya menyerah. Ia memutuskan memakan cemilannya lagi sambil menunggu permainan mereka selesai. Percuma ia berbicara tak akan di respon. Ingin rasanya Raisya merebut paksa hape yang mereka pegang tapi karena takut kena omel seperti sebelum-sebelumnya akhirnya ia pasrah menunggu.

Nongkrong katanya, tapi semuanya sibuk bermain hape.

Raisya mendecak, karena rasa penasarannya pada Citra, gadis itu rela ikut nongkrong untuk mengintrogasi Orion. Seandainya Citra membalas pesannya, Raisya sekarang mungkin sudah berada di apartemen sahabatnya itu dan sudah menuntaskan rasa kepo akutnya.

"ada apa, Sya" tanya Orion kembali setelah selesai memainkan games nya. Pemuda itu menaruh hapenya di meja kemudian menyesap minumannya.

"kenapa tangan Citra bisa lo yang perban? Terus, tangannya kenapa? Setelah kejadian di Kota Tua ada apa sebenarnya? Lo kan gak ada di sana waktu itu, terus kenapa lo bisa sama Citra?" tanya Raisya beruntun. Orion sedikit tersedak, ia kaget mendapat serangan pertanyaan sebanyak itu tiba-tiba.

"satu-satu, Sya, nanya nya," sahut Arka geleng-geleng kepala melihat tingkat kekepoan Raisya kumat. Sedangkan Abyan hanya diam menyimak sambil mengambil cemilan kekasihnya itu.

"gue itu sebenarnya sudah sampai, tapi... " jeda Orion, membuat Raisya menaikkan alisnya menunggu kelanjutaan ucapan Orion semakin penasaran.

"tapi gue gak datangin kalian yang sedang ribut, gue cuman perhatiin dari jauh,"

Citra melotot terkejut, kemudian langsung memukul lengan pemuda itu. Membuat Orion kaget dengan pukulan tiba-tiba gadis di hadapannya ini.

"kenapa lo gak datangin, sih, orang lagi berantem juga," omel Raisya pada Orion yang masih meringis kesakitan. Pemuda itu mengelus lengannya yang terasa panas akibat pukulan Raisya.

Orion mendelik tak suka pada Raisya, kebiasaan gadis itu tak mau mendengarkan dulu penjelasannya malah langsung menarik kesimpulan.

"gue itu udah mau datangin kalian, tapi gue liat Citra nangis sambil lari menuju parkiran mobil," jelas Orion, "jadi gue langsung ngejar Citra, gue takut dia kenapa-kenapa."

"terus, terus."

"asal lo tau, Citra naik mobil ugal-ugalan kayak orang lagi mabuk," ungkap Orion menjelaskan apa yang ia lihat.

"tapi Citra gak papa, kan?" tanya Raisya khawatir.

"menurut, lo? Kalau dia kenapa-napa gak mungkin tadi ada di kafetaria," jawab Orion sedikit meninggikan nada suaranya.

CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang