BAB 6 : Tak Terduga

178 67 47
                                    


"Terkadang, kita butuh pundak seseorang untuk mengeluarkan semua yang dipendam. Hanya sekedar menangis tanpa mau menjelaskan apapun."





~Happy Reading guyss~


Maaf jika byk typo hehe,




Saat Orion masuk ke ruangan Citra kembali pemuda itu melihat Citra duduk bersandar pada bantal di punggungnya. Orion berjalan menghampiri Citra kemudian ia berdiri di samping tempat tidur Citra memandang gadis itu.

"are you okay?" tanya Orion pada Citra yang sedang menunduk sambil memainkan jari-jarinya sendiri.

Citra mendongak memandang Orion yang berdiri di sampingnya, mata gadis itu sembab dengan air mata yang masih keluar.

Citra menggeleng pertanda ia tak baik-baik saja. Melihat respon yang diberikan Citra membuat Orion merentangkan kedua tangannya yang langsung di sambut Citra dengan memeluk erat tubuh pemuda itu. Kepala Citra bersandar di dada bidang Orion dengan tangisan yang pecah kembali.

Orion langsung mendudukkan dirinya di ujung kasur sambil mengelus lembut punggung Citra menenangkan gadis itu yang terisak kembali.

Lama gadis itu menangis di dada Orion. Orion hanya bisa mengelus punggung kepala gadis itu agar merasa tenang. Sampai akhirnya suara tangisan itu mengecil dan menghilang. Citra tertidur di dada Orion saking capeknya gadis itu menangis sedari tadi entah apa yang membuatnya menangis.

Kemudian Orion membaringkan Citra dan langsung menyelimuti gadis itu sampai sebatas dada. Pemuda itu juga merapikan rambut Citra yang berantakan menghalangi wajah depan gadis itu.

Setelah selesai Orion berjalan menuju sofa yang ada di ruangan itu. Pemuda itu membaringkan tubuhnya di sofa. Iya. Orion berniat menginap dan menemani Citra malam ini di rumah sakit. Sebelum pemuda itu memejamkan kedua matanya ia terlebih dahulu mengirimkan pesan kepada Ibunya bahwa ia tak bisa pulang malam ini kerumah dikarnakan ia harus menemani temannya di rumah sakit.

Setalah mendapat balasan dari Ibunya yang memperbolehkan pemuda itu menginap menemani Citra yang sakit. Orion kemudian langsung memejamkan kedua matanya.

Lelah.

Itulah yang dirasakan Orion setelah seharian ini ia sibuk di kampus kemudian ia langsung bergegas ke rumah sakit ketika mendengar kabar Citra yang dilarikan ke rumah sakit karena pingsan di kafetaria.

***

Jam menunjukkan pukul 00.16 tengah malam. Tapi mata pemuda itu enggan menutup rapat seperti biasanya. Ia gelisah, membalikkan badannya kekiri maupun kekanan mencari posisi ternyaman untuk tidur. Matanya masih terasa segar kemudian badannya ia telentangkan lagi memandang langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang bertumpuk di depan perut.

Ia termenung memikirkan hal yang seharusnya tak dipikirkan.

Citra sama siapa ya dirumah sakit?

Gimana kondisi gadis itu setelah ia tinggal tadi?

Apakah dia baik-baik saja?

Tersadar. Medi langsung menggelengkan kepalanya, tangannya meremas rambutnya frustasi. "arghhh..."

Mengapa ia harus memikirkan gadis bar-bar itu?

Medi meruntuki merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tiba-tiba memikirkan gadis itu.

Pemuda itu beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi untuk mencuci muka kemudian ia mengambil celana jeans dan jaket parkanya untuk di kenakan. Setelah siap pemuda itu mengambil kunci mobilnya yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya dan langsung bergegas pergi keluar dari kamar.

***

Citra mengerjapkan kedua matanya ketika cahaya silau matahari mengintip di sela-sela jendela kamar rawat inapnya. Gadis itu mengucek kedua matanya kemudian merentangkan kedua tangannya keatas untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Citra terdiam sesaat memandang langit-langit rawat inapnya. Dadanya naik turun dengan nafas teratur berusaha mengumpulkan nyawa setelah bangun tidur.

Citra mengingat kejadian semalam, ketika ia menangis menjerit di dada bidang Orion setelah kepergian Bu Tania dan Pak Tio.

Citra meruntuki dirinya sendiri merasa malu atas kejadian semalam saat ia menangis menjerit di dada bidang Orion bahkan sampai ia ketiduran. Citra menghembuskan nafasnya pelan kenapa ia bisa sampai kelepasan seperti itu di depan Orion. Biasanya, ia bisa mengontrol emosi terendahnya di depan semua orang kecuali dengan kedua pasangan dokter Psikiater itu. Pasti pemuda itu merasa aneh dengan sikapnya yang semalam.

Citra menolehkan kepalanya untuk mencari dimana keberadaan Orion sekarang apakah masih ada di ruangan ini atau tidak.

Saat kepalanya menoleh kekiri ia terlonjak kaget, membuat seorang pemuda yang tertidur lelap di kursi samping ranjangnya dengan tangan terlipat menumpu kepalanya sendiri itu yang berada di ujung kasur tempat tidur Citra tersentak kaget dengan gerakan tiba-tiba Citra yang membuat brangkar itu bergerak.

Pemuda itu mendongak dengan wajah khas bangun tidur, matanya yang memerah memandang wajah perempuan yang ada di depannya yang sudah terbangun terlebih dahulu. Bahkan Citra terkejut melihat Medi sudah ada dihadapan gadis itu.

Citra menjerit kaget, "eh, Medi, sejak.. Sejak kapan tidur disini," tunjuk gadis itu tak percaya pada Medi yang ada dihadapannya.

"Orion mana? Bukannya semalam dia disini," tanya Citra celingak celinguk bingung mencari keberadaan Orion dengan wajah bertanya-tanya juga memandang Medi yang ada dihadapannya.





Tubuh Medi menegang dengan nafas yang tiba-tiba tertahan. Medi meruntuki dirinya sendiri kenapa bisa ketiduran semalam.


~~~~~~





Jangan lupa tinggalkan jejak guys 😉



CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang