🔴 Tradisi Yang Keliru Di Bulan Sya'ban
Diantara ritual-ritual tersebut adalah:
📌 Ruwahan
Ruwahan berasal dari kata “ruwah” merupakan bulan urutan ke tujuh, dalam kalender jawa, dan berbarengan dengan bulan Sya’ban tahun Hijriyyah sehingga bulan Sya’ban pun dikenal juga oleh sebagian masyarakat khususnya di daerah Sunda dan Jawa dengan bulan ruwah.
Kata “ruwah” sendiri memiliki akar kata “arwah”, atau roh para leluhur dan nenek moyang. Ruwahan sendiri bukan dari ajaran islam akan tetapi berasal dari Hindu. Lalu ritual ruwahan tersebut di adopsi kedalam agama islam berupa kebiasaan kirim do’a kepada kerabat yang sudah meninggal dunia dengan mengadakan tahlilan atau yasinan dan mengundang tetangga kanan kiri yang pulangnya mereka diberi ”berkat” sebagai simbol rasa terima kasih.📌. Nyadran
Nyadran adalah ziarah kubur untuk mengingatkan manusia kepada asal-usulnya yaitu para leluhur. Nyadran di awali dengan membersihkah makam dan sekitarnya dari rerumputan liar dan sampah lalu membacakan tahlil dan yasin.
.
Nyadran sendiri berasal dari kata “sradha”, yang konon merupakan tradisi yang diawali oleh Ratu Tribuana Tunggadewi, raja ketiga Majapahit. Pada zaman itu Kanjeng Ratu ingin melakukan doa kepada sang ibunda Ratu Gayatri, dan roh nenek moyangnya yang telah diperabukan di Candi Jabo.
.
Untuk keperluan itu dipersiapkanlah aneka rupa sajian untuk didermakan kepada para dewa. Sepeninggal Ratu Tribuana Tunggadewi, tradisi ini dilanjutkan juga oleh Prabu Hayam Wuruk. Lalu sampai akhirnya di bumbui diramu dan di campurkan dengan ajaran islam dan dilestarikan sampai sekarang.
Ziarah kubur adalah ibadah yang sangat di syari’atkan akan tetapi menetapkan lebih utama di bulan sya’ban butuh kepada dalil khusus, sementara dalilnya dalam masalah ini tidak ada.
.
📌 Mengkhususkan shalat dan puasa pada malam Nisfu Sya’ban.Sebagian orang beralasan dengan hadits palsu:
.
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا، وَصُومُوا نَهَارَهَا
."Apabila berada pada malam nisfu Sya’ban, maka shalatlah malam harinya dan puasalah siang harinya". [HR Ibnu Majah:1388]
Hadits ini palsu, sebagaimana penjelasan Al Bushiri bahwa didalam sanadnya ada Ibnu Abi Sabrah yang nama aslinya Abu Bakar bin ‘Abdullah bin Abi Sabrah.
Imam Ahmad dan Imam Ibnu Ma’in menyatakan: “Ia telah membuat hadits palsu”. (Zawaaid Ibnu Majah 2/10, lihat Bida’ Wa Akhtho’ Tata’alaqu Bil Ayyam Was Syuhur, hal. 352).
Maka dalam hal ini bukan masalah shalatnya atau puasanya yang tercela tapi penetapan keutamaannya yang dilakukan pada malam Nisfu Sya’ban yang butuh kepada dalil khusus, sementara dalil-dalil dalam pengkhususan malam Nisfu Sya’ban untuk beribadah tertentu tidak ada yang shahih.
Seperti misalnya malam jum’at itu waktu yang utama, akan tetapi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam melarang mengkhususkannya untuk beribadah tertentu.
Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِى وَلاَ تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الأَيَّامِ
“Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dari malam lainnya untuk shalat. Dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dari hari lainnya untuk berpuasa.” [HR. Muslim 1144]
Didalam kaedah tentang bid’ah disebutkan:
كُلُّ عِبَادَةٍ مُطْلَقَةٍ ثَبَتَتْ فِيْ الشَّرْعِ بِدَلِيْلٍ عَامٍ؛ فَإِنَّ تَقْيِيْدَ إِطْلَاقِ هَذِهِ الْعِبَادَةِ بِزَمَانٍ أَوْ مَكَانٍ مُعَيَّنٍ أَوْ نَحْوِهِمَا بِحَيْثُ يُوْهِمُ هَذَا التَّقْيِيْدَ أَنَّهُ مَقْصُوْدٌ شَرْعًا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَدُلَّ الدَّلِيْلُ الْعَامُ عَلَى هَذَا التَّقْيِيْدِ فَهُوَ بِدْعَةٌ
![](https://img.wattpad.com/cover/191065651-288-k920828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUJU JANNAH
SpiritüelHijrah memanglah tidak mudah, karena disetiap rangkaian perjalanannya pasti kita akan menemui berbagai halang dan rintangan. Tapi Hijrah itu pun tak sesulit itu, jika kita mau beriringan dan perlahan-lahan dalam menggapai ridho dari-Nya. Mari satuk...