Part 4 : Rindu yang salah.

18.8K 446 1
                                    

Mature Themes 21+

"Mila, dia di operasi ." Ucap Bara.

"Hah, kok bisa ? Memang nya dia sakit apa ?"

"Aku juga tidak tahu sayang, aku rasa aku harus ke rumah sakit sekarang."

"Baiklah, aku ikut ya." Ucap Nayla, Bara mengangguk dan bersiap-siap untuk pergi.

Sesampainya mereka di rumah sakit, Nayla dan Bara langsung menuju bagian Resepsionis dan bertanya, dan setelah nya mereka langsung menuju ruangan tempat Mila. Saat ini Bara tampak sangat khawatir dan sangat panik.

Mereka berjalan lewat kantin dan tidak sengaja bertemu dengan adik nya Bara yang saat itu sedang memesan kopi.

"Dion ?" Panggil Bara.

"Kak."

"Mana Mila, bagaimana kondisi Mila?" Tanya Bara yang khawatir.

"Kak Mila, sekarang dia Lagi di operasi." Ucap Dion.

"Operasi apa ? Kenapa bisa di operasi, kan dia baik-baik saja." Ucap Bara yang tampak khawatir tapi jujur perkataan itu kenapa sangat membuat Dion ingin menonjok muka Kakaknya, dia dengan entengnya bilang kalau Mila baik-baik saja.

"Setahu Kakak ? Dari kapan Kakak begitu perduli pada nya ?" Ucap Dion yang lalu melihat sinis ke arah Nayla.

"Bahkan Kakak tidak pernah memperhatikan dia, saat dia menahan sakit nya." Sambung Dion lagi, yang tampak emosi.

"Apa maksud kamu, dia memang tidak pernah melihatkan sedikit pun pada Kakak kalau dia sedang sakit, sudah jangan bertele-tele katakan pada Kakak, Mila sakit apa Dion ?"

"Kak Mila, Ada tumor di kepala nya, dan Kak Mila tidak baik-baik saja, dia menahan sakit itu sekian lama , bahkan Tumor itu sudah tumbuh besar di kepala nya, pasti nya kata Dokter dia sudah menahan itu sudah lama dan sangat menderita, bukankah dia sering sama Kakak, bagaimana mungkin Kakak tidak pernah memperhatikan kalau dia sakit, Kakak memang sudah terlalu di butakan." Ucap Dion. Bara yang mendengar tidak sanggup berkata apa-apa. Dia langsung pergi meninggalkan Dion dan Nayla berdua.

"Dion." Ucap Nayla pelan.

"Kenapa Kakak kesini ?" Tanya Dion.

"Kakak mau melihat Mila."

"Kakak semalaman sama Kak Bara, iya kan ? Maka nya Kak Bara enggak pulang dan susah di hubungi, sampai-sampai tidak tahu kejadian di rumah, dan apa yang menimpa Kak Mila."

"Maaf Dion aku tidak bermaksud seperti itu." Ucap Nayla yang tampak merasa sangat sedih sekarang.

"Maaf Kak, bukan nya maksud untuk mengusirmu, hanya saja bisakah Kakak pergi saja, mungkin itu lebih baik untuk situasi sekarang, Kakak jangan muncul di depan Mama dulu, Mama lagi engga stabil kondisi nya karena Kak Mila, Dion cuma engga mau lihat Mama nanti malah kenapa-kenapa." Ucap Dion pada Nayla, ya Nayla tahu pasti kalau Mama Bara memang tidak pernah menyambut baik kedatangan Nayla, tapi kan alasan dia datang kesini hanya karena dia khawatir dengan Mila, tapi apa yang bisa dia perbuat , dia juga tidak mau membuat semua tampak lebih kacau. Dan akhirnya Nayla memilih untuk pulang saja.

"Baiklah Dion, Oh iya salam ya buat Mama, Papa dan Mila, kamu jaga Kak Bara juga ya, bilang Kakak harus pergi ada keperluan, ya sudah Kakak pergi dulu ya Dion." Ucap Nayla yang keluar dari rumah sakit, jujur hati nya sangat sakit saat ini, bertahun tahun bersama tapi tidak pernah sedikit pun keluarga Bara menerima dirinya, entah apa yang salah padahal dia juga tidak pernah memperlihatkan keburukan di depan keluarga Bara, tapi sungguh dia merasa tidak pernah di hargai dan selalu merasa terbuang dari keluarga Bara, padahal sudah bertahun-tahun bersama.

Nayla akhirnya pulang, dan bodoh nya Nayla entah kenapa sekarang malah pikirannya terpusat ke Gerald, dia melihat Jam, sekarang sudah pukul 7, dia memutuskan untuk pulang ke rumah nya dan bersiap untuk pergi ke kantor.

Sesampainya dia di kantor dia terbiasa membuatkan kopi untuk Gerald, dia masuk ke ruangan Gerald, tapi kursi itu kosong, dia lupa kalau Gerald kan mengambil Cuti 2 hari, lalu dia melihat HP nya, tidak ada sama sekali Gerald menghubunginya. Pikiran Nayla berkecamuk, entah kenapa dia malah merindukan Bos nya.

2 hari kemudian.

Masa cuti memang sudah selesai, tapi malah ketemu dengan hari libur sabtu dan minggu. Bara juga jarang menelepon dia, dia sibuk mengurusi Mila, tapi bukan Bara yang dia rindukan malah Gerald yang dia pikirkan.

Katakan dia gila, katakan dia pendosa, tapi dia tidak bisa menahan ini lagi, dia harus bertemu dengan Gerald.

Di sisi lain.

Gerald minum dan mabuk di kamar hotel nya seperti biasa, bohong jika dia cuti dan sibuk dengan istri nya itu semua bohong, bahkan makan siang waktu itu juga hanyalah makan siang bodoh yang terjadi, tidak ada Jasmine datang, hanya Gerald, orang tua Jasmine dan orang tua Gerald.

Gerald tidak bisa menahan rindu nya pada Nayla, hanya sebuah ciuman yang tidak sampai seperkian detik, tapi dia begitu memuja ciuman itu dan sangat merindukannya, mengingatkannya berkali-kali, wajah nya, desahannya, tubuhnya, dia sangat menginginkan Nayla berada di pelukannya saat ini.

Gerald mabuk-mabukan selama 2 hari ini, dia tidak makan, tidak tidur, dan hanya minum-minum saja, sangat kacau. Berkali-kali dia mencoba untuk menelepon Nayla tapi dia tidak bisa melakukan itu, dia menahan keinginanya dengan kuat, dia tidak mau menarik Nayla ke neraka bersama nya, Nayla akan hancur jika bersamanya, dan mereka bahkan tidak bisa bersama.

Ada suara ketukan di pintu kamar Gerald, siapa yang berani mengetuk pintu itu, tidak ada yang berani. Gerald dengan gontai mengarah ke pintu, dan dia membuka nya, tapi badannya sangat lemas sebelum dia melihat orang itu dia malah jatuh ke tubuh orang itu dengan sangat lemas.

Nayla membopong tubuh besar Gerald ke kasur nya, tempat ini sangat gelap dan bau alkohol, sangat kacau dan berantakan, bahkan lebih berantakan di bandingkan tempo lalu saat Nayla disini. Nayla menghidupkan lampu dan melihat segala kekacauan di tempat ini, botol alkohol di mana-mana, botol obat-obatan berserakan, gelas yang pecah, barang yang berantakan, baju yang berserakan, ini sangat kacau, apa yang terjadi dengan Bos nya yang tampak hebat di luar sana, tapi malah hancur dan kacau di dalam sini.

Semakin melihat kerapuhan Gerald semakin Nayla ingin mengetahui tentang Gerald lebih dalam. Dia ingin tahu kenapa Gerald yang tampak kuat ternyata begitu lemah di dalam nya, apa yang dia tuupi, apa yang dia sembunyi, luka apa yang membuat nya hingga dia harus seperti ini ?

Entah kenapa rasa penasaran itu begitu kuat untuk mendorong Nayla mendekap Gerlad, memeluk nya, dan ingin bersama nya. Bersama merasakan apa yang Gerald rasakan, bersama menjalani nya, dan bersama menghadapi nya.

Nayla ingin sekali bersama Gerald, selalu bersama nya.

Nayla meneteskan air mata nya, dia mengelus rambut Gerald yang tampak berantakan, mengelus pipi nya, bibir nya, lalu dia memeluk Bos nya itu, yang saat ini sedang tidak sadarkan diri.


TBC.

Love Affair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang