26.🌸 Memalukan 🌸

54 6 3
                                    

Senyum Ana tak pernah hilang sampai sekarang. Erlangga tau pasti karena ia membelikan boneka yang sangat Ana inginkan. Ana juga tidak henti - hentinya mengucapkan terimakasih kepadanya. Erlangga tersenyum hangat melihat Ana yang tidak henti - hentinya memeluk boneka itu di dalam dekapannya. Ia merasa iri dengan boneka Stitch yang ada dipelukan Ana, rasanya ingin sekali Erlangga menjadi boneka itu agar bisa dipeluknya setiap saat.

"Kok bonekanya aja yang dipeluk? Yang ngasih bonekanya gak?" Tanya Erlangga tersenyum geli melihat Ana yang sedang menatap bonekanya senang.

Ana menoleh kesamping, ia dapat melihat Erlangga yang sedang tersenyum manis untuknya. Tapi itu tidak sedikitpun luluh untuknya. "Ga mau. Kalau Er mau Er bisa peluk bonekanya." Ucap Ana, ia dekatkan bonekanya pada Erlangga. "Gue mau nya lo aja." Jawabnya sambil terkekeh, Ana tersenyum malu. Erlangga memang jago sekali membuatnya seperti ini.

***

Kini Erlangga sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah Ana. Saat melewati Supermarket Ana memintanya untuk mampir terlebih dahulu. Ia hanya membeli cemilan untuk dirumahnya saat sedang bete dan itu bagus untuk temannya.

"Sebentar ya." Ucap Ana lalu keluar dari mobil. Tapi ternyata Erlangga juga ikut keluar dari mobilnya.

"Gue ikut." Sahut Erlangga. Lalu Ana mengangguk, dan mereka sama - sama masuk ke dalam.

Kini keranjang nya sudah dipenuhi dengan banyak cemilan. Ana berfikir sejenak, hmm apa lagi ya. Yang harus ia beli? Aha! Ana ingat, dia harus membeli permen karet untuk disekolah kalau tidak ada guru setidaknya ia bisa memakan permen karet itu.

Saat memutari beberapa kali. Akhirnya ketemu, Erlangga masih setia mengikuti nya dibelakang. Biarin muter-muter, cape itu pasti. Siapa suruh dia ikut kan? Kalau tidak mau cape kenapa tidak diam saja di mobil.

Ana mengambil salah satu permen karet, kalau tidak salah nama produknya Fiesta. Ya fiesta, setahu Ana itu adalah permen karet, Ana rasa ini merk permen karet terbaru, dan Ana belum pernah mencobanya. Karena penasaran dia pun mengambilnya. Karena banyak bermacam warna dan rasa. Ia mengambil dua rasa, strawberry dan Anggur. Saat sedang mengambil itu. Ana tersentak kaget mendengar apa yang membuat kupingnya memanas. Ya itu suara Erlangga. Matanya melotot melihat Ana. Ia sendiri tidak tau dimana letak kesalahannya. 

"What the fuck Are you doing Ana?!" Teriak Erlangga kaget saat melihat Fiesta ada ditangan Ana. Ia tidak menyangka Ana seperti ini. Untuk apa dia membeli itu? Yaampun Ana rupanya kau sudah besar.

"Why?" Tanyanya dengan tampang polos sekali, seperti tidak tahu apa - apa. Ana juga sama kagetnya dengan Erlangga, padahal ia hanya membeli permen karet. Tapi kenapa eskpresi nya sampai seperti itu. Aneh pikirnya.

"Lo serius beli itu?" Tanya Erlangga tidak habis fikir dengan kelakuan Ana. Diangguki oleh Ana dan tersenyum senang.

Erlangga merutuki keadaannya saat ini. Bagaimana Anaku yang polos sudah tau tentang hal dewasa seperti itu. "Ini buat disekolah kalau tidak ada guru." Jawabnya santai sekali. Tapi tidak dengan Erlangga, ia sudah berfikir kemana - mana tentang ini.

"What the?!" Teriaknya lagi, tapi tidak terlalu keras takut mengganggu orang yang sedang belanja. Erlangga benar - benar dibuat terkejut oleh Ana. Dia tidak habis pikir dengan Ana, bagaimana dia bisa menggunakan itu disekolah? Dan dengan siapa dia melakukannya. Kalau sampai benar terjadi, Erlangga tidak akan tinggal diam. Dia akan menghajar siapapun orang yang sudah mengajari Ana seperti ini.

"Iya. Erlangga mau satu juga?" Tanya Ana, membuat Erlangga berfikiran negatif. Ia menggeleng. Untuk apa ia menggunakan itu, tidak berguna.

"Hehe yauda kalau gitu Ana aja, soalnya Ana belum pernah makan yang ini." Jawabnya lagi. Erlangga bingung dengan satu kalimat. Yaitu makan? Maksud Ana dimakan gitu? Erlangga benar benar tidak mengerti. Ia gagal paham dengan Ana.

First Sight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang