JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA😊
Selamat membaca!!😗🌸🌸🌸
"Lo ga takut setan kepala buntung?" Tanya seseorang. Ana tidak bisa melihat wajahnya. Ia masih malu untuk membuka wajahnya dan bertemu dengan seseorang.
"G-gue.. ga takutt.. hiks.."
"M-mau bu-buaya buntung j-juga.. gue ga takut.. hiks.."
"M-mau.. buaya darat kayak mantan gue juga gue ga peduli.. hikss.. hikss.."
Begitulah Ana berbicara sendiri sambil menangis. Entah siapa yang ada di diri ana sebenarnya, cowok yang berada di depannya ini masih bingung. Rasanya aneh bukan? Padahal ia lagi menangis tapi malah berbicara tentang mantannya.
Tanpa disadari hal ini lah yang membuat hati seorang Akam mencair bagai es batu yang telah lama tidak menemukan sang sinar matahari yang bisa melelehkan nya. Ia tertawa kecil mengingat kejadian bersama wanita yang ada didepannya. Ia sangat rindu melihat wajahnya saat sedang ngambek itu sangat lucu nan imut. Apalagi sekarang pasti wajahnya sudah seperti kepiting rebus, merah merona.
"Lo masih mau disini atau gue tinggal?" Tanya Akam cuek. Sebenarnya ia ingin sekali memberi semangat untuk Ana, ia ingin menenangkan nya, ia ingin memeluknya seperti semalam Ana memeluk boneka besar yang sepertinya dibelikan oleh Erlangga. Tapi mengingat soal kejadian tadi malam ia buang jauh-jauh semua harapannya. Katakanlah jika Akam memang munafik.
"G-gue masih mau disini." Jawabnya. Syukur lah tidak ada suara tangisannya kali ini, tapi wajahnya masih ia tenggelam kan dalam tangannya.
"Gue denger - denger nih ya, katanya si kalau cewek sendirian disini ga baik." Kata Akam berusaha membuat Ana melupakan masalahnya. Akam sudah tahu apa yang terjadi tadi pagi, ia cukup kenal dengan om Bryan dan itu memang papahnya Ana. Lihat saja nanti siapa yang sudah membuat Ana kayak gini.
"Gue ga percaya sama lo." Ujarnya, Ana harus menahan untuk tidak membuka wajahnya, karena ia tahu saat ini pasti mukanya sangat kucel seperti orang tidak mandi 3 bulan. Ah tidak itu terlalu jelek, 3 hari saja.
"Barusan gue denger dari anak kelas 10 katanya dia lihat kepala buntung tepat ditempat lo yang sekarang tempatin." Ucapnya berbohong, kali ini pasti Ana mulai ketakutan.
Tanpa pikir panjang lagi, Ana segera berdiri dari duduknya lalu menghapus bekas air mata di pipinya. Tolong siapapun yang ada disini beri ana cermin untuk melihat wajahnya saat ini. Ia malu untuk bertemu orang saat ini. Apalagi saat ia menatap kedepan. Astagaa Akam, Ana sangat malu, pasti Akam akan menertawai saat ini. Dan benar saja cowok itu terlihat sedang menahan tawanya, dasar cowok nyebelin.
"Kayanya bener deh apa yang tadi gue bilang. Buktinya sekarang setannya muncul di depan gue." Gumam Akam membuat Ana semakin jengkel dengan sikapnya Akam saat ini.
Ana melotot kan matanya tajam pada Akam. Bagaimana bisa seorang Ana, primadona sekolah bisa dikatakan setan yang berkepala buntung.
"Enak aja lo ngatain gue setan." Jawab Ana membela dirinya, ia tidak ingin dikatakan itu oleh Akam. Tidak ada yang lebih bagus dari itu apa? Seperti Princess Ariel atau mungkin bidadari yang jatuh dari langit lalu kecebur di empang. Oh tidak tidak, itu sangat memalukan.
"Buktinya Lo nangis sendirian disini."
"Emang kalau gue nangis harus ajak - ajak lo gitu?" Balas Ana ia tidak ingin kalah debat dengan seorang cowok, karena pasalnya cewek memang selalu benar.
"Ya siapa tau lo butuh telinga untuk dengerin curhatan lo, butuh bahu untuk bersandar saat lo lupa caranya buat berdiri dan Lo butuh sandaran, butuh dada untuk berlindung saat lo kehilangan pelindung." Ucap Akam membuat Ana bungkam seribu bahasa. Ia terharu apa yang dikatakan Akam saat ini, ternyata masih ada orang yang peduli saat masalah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Sight
Ficção AdolescenteCinta pada pandangan pertama memang sangat indah yang bahkan keindahan manapun tak ada yang menyamai indahnya perasaan cinta. Dunia terasa begitu indah kolam berada di taman surga. Hari-hari dipenuhi akan kebahagiaan, menciptakan bibir kerap kali te...