- 1 -

1.9K 176 8
                                    

[Karakter, tempat, dan alur cerita hanya fiktif belaka]

🐈🐈🐈

7 tahun kemudian...

Hatchuuuuu

Hatchuuuu

"Ah, Pik! Jangan usil, dong!" Cowok bernama Fiki itu menggendong seekor kucing yang masuk ke kelas mereka, lalu menyodorkan tepat di wajah Fajri.

Saat ini memang sedang jam istirahat, jadi banyak siswa yang keluar masuk kelas, sehingga pintu kelas terbuka dan membuat siapapun termasuk kucing leluasa untuk masuk.

"Ayo, Ji, sekali-kalilah elus nih kucing," jawab Fiki yang masih menggendong kucing tersebut.

Fajri mengeluarkan masker di kantongnya lalu segera mengaitkan ujungnya di kedua telinga hingga hidung dan mulutnya tertutup.

"Bawa aja sana, jangan kasih ke gue!" Fajri menepis tangan sahabatnya tersebut. Fiki tak pernah habis-habisnya menggoda Fajri kalau sudah berurusan dengan yang namanya kucing.

"Setiap hari dia ke kelas kita, loh! Masa sekalipun gak pernah lo elus dia. Liat coba, kasian kucingnya pengin banget dielus lo, jahat banget si lo," ucap Fiki dramatis.

"Apasih, alay banget lo!" Lelaki yang disapa Aji itu bergidik ngeri. Kenapa bisa dia punya sahabat seperti ini.

***

"Bu!! Kenapa banyak banget kucing di rumah? Aji takut," teriak Fajri di depan pagar rumah.

Tak habis pikir, baru saja sampai rumah, ia sudah dikejutkan oleh banyaknya hewan yang paling ia hindari.

"Pake masker kamu!" teriak Ibu memerintah dari dalam rumah.

Fajri memakai masker yang ia taruh di saku celananya. Kemudian membuka pagar dengan hati-hati lalu masuk dengan langkah cepat, menghindari kucing-kucing yang ingin menghampirinya.

"Kucing siapa sih, Bu?" tanya Fajri sambil meletakkan tasnya di sofa.

"Tante kamu nitip kucing, dia mau pergi ke luar kota. Rumahnya bakal kosong beberapa minggu, katanya urusan pekerjaan," jelas Ibu.

"Tante Vanya?"

"Iya."

"Kok Ibu setuju, sih? Kenapa gak dititipin ke tetangganya aja? Lagian tante Vanya, kan, tau Aji alergi bulu," ujar Fajri mendengus kesal.

"Hush! Gak boleh gitu, ini amanah, lho."

"Masa Aji pake masker terus Bu di rumah?"

"Gak segitunya juga Ji, yang penting, kan, gak kehirup bulunya."

"Tetep aja, Bu." Fajri menghela nafas. "Ya udah deh, yang penting kucingnya tidur di luar!"

"Di dalem, Ji. Ada kandang khususnya, tuh." Ibu menunjuk sebuah kandang yang berada di samping meja.

"Hah? Kandangnya kecil gitu? Emang muat? Kucingnya banyak banget lagi, Ya Allah," ucap Fajri mengeleng-geleng kepala.

"Yowes, ada yang tidur di kamar kamar kamu aja, ya!"

"Ibuu!!!"

***

"Aw, cayangku!" Kinan mengelus manja kucing yang menghampirinya tepat saat ia membuka pintu rumah.
"Udah makan belo- Eh? Makanan kamu abis ternyata." Kinan melihat bungkus whiskas yang ternyata sudah hampir habis.

Kucing | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang