- 13 -

521 109 15
                                    

Waktu cepat sekali berlalu, baru dua hari lalu bisa berlibur dari kegiatan sekolah yang tak ada henti-hentinya, sekarang harus berjumpa lagi dengan hari yang menjadi kebencian banyak siswa, apalagi kalau bukan-senin.

Entah apa yang membuat banyak siswa membenci hari senin, apa karena ada upacara bendera yang menuntut siswa untuk berpakaian rapih dan lengkap? Atau tugas selama liburan yang belum sempat dikerjakan dan harus dikumpulkan hari senin?

Fajri mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, sesekali ia melirik jam tangannya.

Pukul 06.20

Sepuluh menit menuju keterlambatan.

Hari ini, kelasnya kedapatan menjadi petugas upacara, ia yang bertugas menjadi pemimpin upacara. Ini pertama kalinya ia diamanatkan untuk menjadi pemimpin, jadi Fajri tak ingin mengecewakan teman-teman kelasnya.

Tin tin!

Suara klakson kendaraan saling bersautan, sudah hampir 5 menit mobil yang berada di depan Fajri tak kunjung bergerak maju, membuat Fajri frustasi.

Tin tin!

Tin tin!

"Aduh, kenapa malah macet, sih. Telat deh," eluhnya.

***

Secepat apapun motor Fajri melaju, memang sudah takdirnya terlambat, pasti akan tetap terlambat.

Upacara sudah berlangsung sepuluh menit lalu, sedangkan Fajri baru sampai di gerbang sekolah. Setelah ia memarkirkan motornya dibelakang sekolah, ia sudah pasrah akan terlambat, dan benar saja terjadi.

Gerbang telah ditutup rapat, yang terdengar hanya paduan suara sedang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Fajri yang mendengarnya langsung ngedeprok di depan gerbang, sangat pasrah.

Mana sempat, keburu telat.

Memang, jika hari senin, gerbang sekolah akan ditutup pada pukul setengah tujuh tepat, tidak ada dispensasi waktu seperti hari-hari biasanya. Bagi yang terlambat harus menunggu diluar sampai upacara selesai, dan sanksinya nanti setelah upacara, yaitu hormat bendera selama 15 menit, serta mendapat poin keterlambatan.

Yang Fajri pikirkan sekarang, siapa yang menggantikannya menjadi pemimpin upacara?

Fajri kembali berdiri, kakinya berjinjit naik ke sela-sela gerbang, penasaran ingin melihat siapa yang menggantikannya. Namun, sebenarnya percuma, tidak akan terlihat jelas, karena letak lapangan upacara yang jauh dari gerbang dan terhalang oleh gedung kelas.

"Heh! Mau ngapain lo?"

Fajri terkejut, tubuhnya hampir terjungkal jatuh ke belakang.

"Enggak bu, saya-" Fajri menoleh, "Astaghfirullah, kirain satpam."

"Mana ada satpam cewek!"

"Ada lah. Eh, lo telat juga?"

"Iya lah. Kalo gak telat, gue gak disini."

"Iya juga."

"Lo mau manjat gerbang?"

"Nggak, mau ngeliat siapa yang jadi pemimpin upacara, harusnya, kan, gue."

Kucing | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang