Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Fajri iseng ingin melihat kucing-kucing tantenya yang sedang belari-lari di halaman rumah. Tidak, ia memanh tengah diamanatkan ibunya untuk mengawasi kucing-kucing itu dari jauh.
Minggu ini tidak ada jadwal pergi kemana-mana. Fajri hanya menghabiskan waktu di rumah tanpa gangguan PR atau apapun yang berhubungan dengan sekolah. Andai saja setiap minggu seperti itu.
Rumah sangat sepi, penghuni rumah lainnya sedang pergi untuk keperluan masing-masing. Saat ini, hanya tinggal ia sendiri.
Fajri sudah mengundang kedua temannya untuk datang ke rumah. Sambil menunggu keduanya datang, Fajri berniat memberi makan kucing-kucing itu. Ibunya telah berpesan agar tidak lupa memberi makan. Sang ibu belum sempat memberinya makan karena harus pergi sedari shubuh.
Fajri sudah memakai masker dan sarung tangan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
(Wkwk jadi ngakak ngebayanginnya)
Ia menuangkan makanan kucing ke dalam wadah yang sudah disediakan sesuai dengan takarannya. Setelah dirasa cukup, ia sedikit menggoyangkan wadah tersebut untuk memberi tanda pada kucing-kucing itu.
"Push... push..." katanya memanggil kucing-kucing tersebut.
Gitukan cara manggilnya? Pikirnya.
Merasa terpanggil, kucing-kucing itu berlari dengan cepatnya menghampiri Fajri. Fajri sedikit tersentak, terkejut akan reaksi mereka. Dengan cepat ia menghindar saat kucing-kucing itu sudah berada tepat di depan wadah berisi makanan yang ia pegang.
"Pelihara kucing lo sekarang?" ucap seseorang.
Fajri menoleh, "Heh. Kapan dateng? Salam dulu orang mah?"
"Oke. Ulang-ulang," cowok bernama Fiki itu mengintruksi agar mengulang. Sedangkan cowok yang satunya hanya mengiyakan.
"Assalamu'alaikum, orang ganteng dateng."
"Wa'alaikumussalam. Maaf anda siapa?" canda Fajri.
"Kenalin saya Fiki, yang paling ganteng di UN1TY. Samping saya, Zweitson. Yang paling... Gak tau lah isi aja sendiri!" ucapnya asal.
"UN1TY apasih, gak jelas lo!"
"Fiki emang gak pernah jelas!" sambung Zweitson.
"Ah, kudet lo."
"Btw, itu kucing-kucing lo? Katanya alergi tapi kok malah ternak kucing si!?" ucap Zweitson bingung.
"Jangan-jangan selama ini cuma pura-pura?" sambung Fiki.
"Lo pada udah kenal gue berapa tahun si? Masa iya gue pura-pura? Itu kucing tante gue, dititipin disini. Lagian lo gak liat apa gue masih pake masker gini!" elak Fajri sedikit emosi.
"Sabar sabar, gausah ngegas, orang sabar mukanya ganteng kaya Fiki," ucap Fiki percaya diri.
"Sok ganteng lo," sahut Zweitson.
"Emang gue ganteng."
"Iya dah biar cepet!" Kali ini Fajri ikut menyahut. "Yok ah masuk, udah siap PS nya," ucapnya lagi sambil melepas masker yang dipakainya.
"Bentar dah, gue mau main sama kucing nyaa... Liat tuh yang putih lucu banget." Fiki mendekati kucing besar berwarna putih. Ia hendak menggendongnya, namun tangannya malah kena cakar.