Kini setelah libur semester mereka kembali masuk sekolah. Zila datang terlebih dahulu dan duduk di tempatnya, disusul oleh Zizi. Mereka berdua memang siswi yang rajin, sudah berada di sekolah tepat pukul 06.30. Sedangkan Liza? Dia baru datang 10 menit kemudian.
"Udah pensiun nih dari pekerjaan telatnya?" goda Zila sambil menaik turunkan kedua alisnya menatap Liza. Liza yang digoda hanya cengar-cengir.
Hari pertama sekolah setelah libur semester memang kegiatan pembelajaran tidak efektif. Para siswa(i) diharapkan membenahi kelas mereka terlebih dahulu.
Ketiga gadis mungil itu kini duduk di bangku mereka. Zila menidurkan kepalanya diatas lipatan tangannya memandang ke arah Zizi. Zizi menopang dagunya dengan kedua tangannya memandang ke arah depan. Sedangkan Liza yang di punggungi oleh Zila terlihat sibuk menggambar sesuatu.
Rifad datang dengan membawa kantong kresek yang entah apa isinya dan mendatangi anak-anak mungilnya. Rifad memang sering bergurau jika ketiga anak mungil itu adalah anaknya dan si Afreen adalah suaminya. Emang aneh tuh anak, tapi memang Rifad itu lebih senang bergaul dengan anak perempuan, tapi dari gelagakannya dia seperti laki-laki normal, cuma lebih sering di bully aja mirip cewek.
"WOY!!! Diem-diem baek!!! Ngopi napa ngopi!!!" teriak Rifad dengan semangat empat lima sambil meletakkan kantong kresek yang dibawanya. Sedangkan ketiga anak mungil itu yang sedang sibuk dengan pikiran masing-masing terpelanjak kaget oleh suara Rifad yang tiba-tiba datang.
"RIFAD!!!" teriak ketiga anak mungil itu bersamaan, sontak Rifad menutup kedua telinganya sambil memejamkan matanya.
Kelas mereka tiba-tiba hening di buat oleh teriakan anak mungil itu. Berbagai pasang mata memandangi mereka bertiga. Dan dengan santainya ketiga anak mungil itu menampilkan senyum termanis mereka sebagai bentuk permintaan maaf.
"Haha..." tawa Rifad melihat ketiga anak mungilnya itu. Zila mengambil handbook-nya bersiap-siap melayangkannya ke arah Rifad yang tertawa. Rifad menyadari itu langsung menghentikan aktivitas tertawanya.
"Lo apa-apaan sih?! Ngagetin tau gak?!" ucap Zizi ngegas.
"Iya nih, udah tau gue gampang banget kaget. Untung gue gak punya riwayat penyakit jantung" sambung Zila dengan wajah kesal.
"Iya, iya sorry, gue minta maaf. Lagian kalian gak biasanya diem-diem kayak gitu. Ada apa? Kalian marahan? Berantem?"
"Enggak. Kita itu capek, tadi di suruh membenahi kelas. Mana tadi kelas kotor banget lagi" jawab Zizi.
"Kok bisa capek. Kan ada teman-teman yang lain."
"Hah?! Helloooww.... lo tau kan gimana teman sekelas kita, pada mageran, dan yang lainnya baru dateng. Kayak LO CONTOHNYA!!!" ucap Zila kesal. Rifad hanya cengar-cengir.
"Hehe... Sorry, sorry. Nih gue bawain oleh-oleh. Ini dari perkebunan bokap gue loh yang dirawat sepenuh hati seperti anak sendiri" ucap Rifad mengeluarkan berbagai macam buah-buahan dari kantong kresek yang ia bawa.
"Gak ah, gue gak mau makan itu, takut dosa" ucap Zila datar, sedangkan ketiga temannya itu terdiam heran dan menela'ah baik-baik apa yang diucapkan Zila.
"Loh? Kok gitu? Ini bukan makanan haram kok Zil!" ucap Rifad.
"Iya gue tahu itu halal, tapi gue gak mau makan, takut DO-SA" ulang Zila.
"Alasannya?" Kata Rifad penuh tanya dan juga karena bingung, ada apa dengan anak mungilnya yang satu ini.
"Kan itu saudara ello! Gue gak mau makan saudara temen gue sendiri" jawab Zila datar.
"Saudara?!"
"Iya itu buah-buahan saudara ello kan?"ucap Zila, ketiga temannya hanya mengerutkan dahi bingung.
"Kan tadi lo bilang, buah ini dari perkebunan bokap lo, dan lo juga bilang kalau buah itu dijaga sepenuh hati seperti anak sendiri. Itu artinya bokap lo nganggap buah itu anaknya, jadi bisa di simpulkan kalau lo itu saudaraan sama tuh buah" lanjut Zila panjang lebar lalu tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi teman-temannya.
"Ihh pengen banget gue nabokin pala lo!!!" ucap Rifad geram. "Gue udah deg-degan dari tadi. Awas yah lo! Tunggu pembalasan gue!" kata Rifad. Zila hanya tertawa melihat ekspresi Rifad. "Untung lo cewek, kalau bukan udah gue tabokin dari tadi!" Lanjut Rifad.
"Emang gue cewek?" ucap Zila sambil tersenyum. Zila menggoda teman-temannya yang selalu mengatainya seperti anak laki-laki karena sifatnya yang tomboy.
"Enggak! Lo itu cewek jadi-jadian Zil! Lo itu perfect menjadi seorang cewek, tapi kelakuan lo kayak cowok banget!" timpal Zizi membuat Rifad dan Liza tertawa terbahak-bahak.
"Enak aja lo ngatain gue cewek jadi-jadian! Gue berlagak seperti cowok supaya orang segan sama gue! Lo mau liat bukti kalau gue cewek?!"
"Ihh... Zila kok lo ngomong jorok sih?" ujar Zizi setelah mendengar ucapan Zila.
"Emang waktu gue ngomong keluar sampah? Keluar eek? Enggak kan? Ngapain lo bilang kalau gue ngomong jorok? Lo pikir mulut gue tempat sampah apa?!"
"Bukan gitu nyet! Ah udah ah, capek gue ngomong sama lo! Gue heran otak lo gesrek tapi dapet peringkat 2!" Ucap Zizi menyerah berdebat dengan Zila.
"Ihh itu gue dapet peringkat 2 karena gue kasihan sama si Rifad tau gak?! Gue bisa aja dapet peringkat 1, tapi gue gak mau dibilangin sombong!" ucap Zila memanas-manasi Rifad. Tapi memang sebenarnya Zila memiliki otak yang cerdas
"Au ah, serah lo!" Ujar Zizi jengah. Sedangkan Zila tertawa puas merasa menang dari Zizi.
"Ngomong-ngomong, si tengil Afreen kemana? Gak ke sekolah?" ujar Rifad memecah keheningan ketiga anak mungil itu yang sedang menikmati buah salak pemberian Rifad. Ketiga anak itu kompak menaikkan bahu tanda tidak tahu.
"Zila! Kok lo gak tahu sih? Lo kan tetangganya?!" lanjut Rifad.
"Lah, kan cuma tetangga, mana gue tahu dia kemana, gue juga bukan emmaknya dia, jadi dia gak lapor sama gue mau pergi kemana." jawab Zila dengan nada ketus.
"Iya juga sih yah?"
___________________________
HAYYOOO GUYS!!!!
Jan lupa VOTE dan KOMEN!!!
Dan juga follow @Nurarifani_
Sekalian Ig juga @nurarifani_Terima kasih untuk yang sudah baca!!!
Salam hangat,
NaM
KAMU SEDANG MEMBACA
FAZILA [End]
Teen Fiction📣Nanti libur semester kita revisi, hehe... Kalau gak mager, haha🤣 Bagaimana jika hidup tanpa kasih sayang orang tua? Tidak menyenangkan bukan? Itulah yang dialami Fazila. Ia hidup bersama kedua orang tuanya, tapi tak pernah mendapatkan kasih sayan...