Bukan Mama, Tapi Mami

1.1K 70 0
                                    

Zila tertidur gelisah, bahkan dahinya sudah dipenuhi keringat, padahal kamar inapnya ber-Ac.

Zila terus meracau tak jelas sambil menggumamkan nama kakak perempuan satu-satunya, Deeva.

Kaisar terus memandangi wajah sang adik sambil terus meminta maaf atas kondisi yang dialami adiknya saat ini.

Ceklek...

Pintu kamar Zila terbuka menampilkan Ezya dengan penampilannya yang sangat berantakan, seragam sekolahnya pun masih melekat di badannya.

Ezya datang tak sendirian, dibelakangnya ada dokter yang menangani Zila saat ini, dokter Naura.

"Bang kenapa Fafa seperti ini?" tanya Ezya panik.

"Ayo abang ceritakan di luar, biar dokter memeriksa Fafa dulu!"

Kaisar pun beranjak di ikuti Ezya di belakangnya, membiarkan dokter Naura menangani Zila.

"Kak Deeva... Kenapa kakak ninggalin Fafa? Fafa sendirian disini." racau Zila dalam tidurnya, dan dokter Naura mendengar itu.

"Fa! Fafa... Bangun sayang!" panggil dokter Naura lembut, agar Zila berhenti meracau.

"Fa... Fa—"

"KAK DEEVAAAAA!!!" teriak Zila langsung bangun dari tidurnya dengan napas yang memburu.

Dokter Naura langsung mengelus punggung Zila untuk menenangkannya.

Zila dengan spontan langsung memeluk tubuh Naura erat. "Ma! Mama jangan tinggalin Fafa! Fafa gak salah! Fafa mohon! Jangan tinggalin Fafa ma!" ucap Zila dengan suara bergetar dan kepalanya terus menggeleng memeluk tubuh Naura.

Ezya dan Kaisar yang terkejut dengan teriakan Zila langsung masuk ke dalam. Mereka terdiam dipintu melihat Zila memeluk dokter Naura dan mendengar semua apa yang dikatakan Zila saat dalam pelukan Naura.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada anak ini? Kenapa dia selalu mengira aku adalah ibunya? Apa ibunya mencampakkannya? Apa beban hidupnya sangat berat hingga membuat dia tertekan seperti ini?" batin Naura sambil menenangkan Zila dengan mengelus lembut punggung Zila.

"Fafa... Hei..." ucap Naura lembut membuat Zila melepaskan pelukannya dan menatap Naura.

Deg!

"Bukan mama?"

"Ma—maaf dokter! Saya kira anda mama saya"

Naura tersenyum lembut sambil mengatakan "Tidak apa-apa. Kau bisa memanggilku mami jika kau mau." ucap Naura mengelus rambut Zila lembut.

Zila tersenyum dengan mata berbinar lalu mengangguk, "Apakah ini yang dimaksud kak Deeva? Jika aku akan mendapatkan keluarga baru yang lebih menyayangi ku daripada keluargaku sendiri? Tapi apakah benar kak Deeva itu kakakku? Kenapa aku tak mengingatnya?" batin Zila bertanya-tanya.

Kaisar dan Ezya menatap datar  Naura dan juga Zila. Mereka belum menyadari keberadaan Kaisar dan Ezya yang berdiri diambang pintu.

Setelah Zila tenang, ia dibaringkan kembali ke brankarnya dibantu oleh Naura. Naura menoleh dan mendapati Kaisar dan Ezya yang berdiri mematung di pintu.

"Masuklah! Kondisi adik kalian sudah membaik, tapi tetap ingat, jangan membuat dia tertekan!"

Kaisar dan Ezya mengangguk patuh, lalu berjalan mendekati Zila.

Zila menggenggam tangan Naura saat melihat Kaisar dan Ezya mendekat.

Naura berbalik lalu mengelus punggung tangan Zila. "Jangan takut, saya ada disini, mereka kan kakak kamu, mereka tak akan melukaimu." Zila mengangguk ragu sambil tersenyum ke arah Naura lalu mengalihkan pandangannya ke arah kedua kakaknya.

FAZILA [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang