Ingatan

1K 65 0
                                    

Sudah larut malam, tapi Zila belum juga bangkit dari ruangan pribadinya di cafe itu.

Ia masih asik bergelut dengan berbagau pertanyaan dikepalanya. Ia memutar-mutar ponsel di jari kanannya sambil melamun.

"Mami, papi. Hahaha... Gue masih gak percaya sama jalan hidup gue sendiri! Kacau! Keluarga rasa orang asing dan orang asing rasa keluarga, hebat emang!"

Berkali-kali Zila menghela napas panjang, ia menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya sambil memejamkan mata, atau sekali-kali menatap kosong kearah langit-langit ruangannya.

Ia memijat pangkal hidunya. "Kapan semua ini akan berakhir? Apakah hidup gue harus berakhir dengan sad ending?"

Drrtt... Drrtt...

Bang Ez is calling...

"Hallo?"

"Dek, kamu dimana? Kenapa belum pulang? Ini udah larut loh!"

"Hm, aku ada di rumah temen, lagu nginap disini, soalnya tugas kelompoknya belum selesai." jawab Zila tenang.

"Kenapa gak izin atau ngomong sama abang?"

Emang situ siapa gue?! Enak banget ngatur hidup gue! Sorry, gue udah gak bisa dikibulin lagi sama drama sok baik lo! Dasar munafik!~batin Zila.

"Lupa" Jawabnya datar.

"Yaudah, lain kali jangan diulang yah? Abang khawatir sama kamu, takut kamu kenapa-napa!"

Idih, sok khawatir segala! Bilang aja lo suka kalau hidup gue ancur!

"Hm"

"Yaudah abang tutup dulu, kamu jangan tidur kemaleman! Nanti kesiangan!" Zila menjawabnya hanya dengan deheman saja.

Drama king banget anjir!

~~~

Zila pulang dari sekolah lebih awal, bukan karena bolos, tapi sekolahnya sedang mengadakan acara tahunan. Jadi semua siswa sibuk berlatih untuk menunjukkan bakat mereka, guru-guru pun sibuk mengurus pembentukan tim juri, jadilah sekolah mereka cepat pulang.

Acara tahunan ini diadakan sebelum kelas 12 mengikuti berbagai ujian, agar mereka juga bisa ikut berpartisipasi. Acara ini juga diharapkan kedua orang tua murid bisa menghadirinya untuk melihat anak-anak mereka mempertunjukkan bakat mereka.

Acara tahunannya akan diadakan dua hari dari sekarang, tapi Zila tak mempersiapkan apa-apa, karena ia tahu kedua orang tuanya tak akan datang untuk melihatnya tampil. Tapi ia lupa, jika pemilik sekolah ini adalah ayahnya sendiri.

Zila sampai dirumahnya, ia menatap sekeliling, hanya ada beberapa pembantu yang terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ia beralih ke depan pintu kamar kedua orang tuanya, lalu menempelkan telinganya, untuk memastikan mereka ada di rumah atau tidak. Merasa tidak ada siapapun, ia melakukan hal yang sama di kamar kedua kakaknya dan ruang kerja mama papanya.

Merasa aman, ia berlari ke kamarnya dan membersihkan diri secepat kilat lalu beralih menuju kamar yang sudah membuatnya penasaran setengah mati. Kamar Deeva.

Ia melihat sekeliling lalu membuka kunci pintu kamar itu dengan cepat lalu masuk dan menguncinya kembali dari dalam.

Setelah selesai, ia menatap sekeliling kamar itu. Gelap. Ia menyalakan senter ponselnya untuk mencari saklar lampu.

FAZILA [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang