"BANG EZZZ!!! CEPETAN!!" teriak Zila dari lantai bawa memanggil Ezya yang masih bersiap-siap dikamarnya yang terletak dilantai dua.
"Berisik! Ini rumah dek, bukan hutan!" ujar Ezya menuruni anak tangga sambil merapikan kemeja yang digunakannya.
"Lama! Pantesan jomblo!" ketus Zila kemudian berlalu keluar rumah meninggalkan Ezya.
"Gak nyadar! Cih!" gumam Ezya lalu mengikuti adiknya.
Hari ini mereka akan pindah ke rumah baru Zila. Ezya juga ikut pindah ke sana dengan alasan yang sama dengan Zila, ingin tetap dekat dengan orang tuanya. Ia akan pindah dari rumah Zila itu jika sudah menikah nantinya. Kaisar, Nisa, dan Hanz juga ikut kesana.
Mobil sport milik Zila yang berada paling depan, diikuti mobil Fajar, Faiq, Ezya, dan Kaisar. Mobil mereka di kawal oleh bodyguard Zila di bagian depan dan belakang.
Setelah sampai, Zila langsung memerintahkan bodyguardnya untuk memarkirkan mobilnya dan keluarganya didalam baseman mansionnya, setelah mengeluarkan barang bawaan keluarganya.
Mereka semua terdiam menatap kagum mansion milik Zila. Tak ada yang berbicara. Mereka semua hanya kompak mengedarkan pandangannya menatap sekeliling.
Halaman depan yang luas ditumbuhi rumput hijau dengan berbagai jenis bunga dan sebuah air mancur ditengah-tengah halaman luas itu. Bangunan besar dengan desain khas Eropa dengan warna putih yang terlihat sangat mewah.
"Ini yang kamu bilang rumah sederhana?" tanya Latusha kepada Zila dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Zila hanya tersenyum menatap mamanya.
"Ini mah bukan rumah sederhana dek! Tapi ini udah bisa dibilang istana!" sahut Ezya.
"Hanz mau tinggal disini dong aunty!" ujar Hanz kegirangan. Zila hanya tersenyum mengangguk kearah keponakannya itu.
"Ayo masuk!" ajak Zila lalu dua orang penjaga yang berdiri disisi kanan dan kiri pintu utama mansion itu membuka pintu.
Mereka semua masuk langsung disambut oleh puluhan maid yang berbaris rapi dengan menggunakan pakaian yang sama menunduk hormat kepada mereka.
"Tolong bawa koper mereka ke kamar mereka masing-masing! Setelah itu kalian kembali lakukan tugas kalian!" ucap Zila penuh wibawa.
Mereka mengelilingi mansion itu dengan Zila yang menjelaskan letak kamar mereka dan juga ruangan-ruangan lainnya.
"Abang sama Nisa tinggal disini juga?!" tanya Kaisar, pasalnya ia tak membereskan barang-barangnya untuk pindah ketempat itu.
"Yah, terserah abang sama mbak Nisa aja! Adek cuma nyediain kamar buat kalian!" jawab Zila santai.
Mansion yang dibangun kokoh dan tinggi itu disertai empat lantai. Lantai pertama diisi dengan ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan ruang makan, mini bar, dan lima kamar tamu.
Dilantai dua, diisi dengan kamar Faiq dan Latusha, kamar Fajar dan Naura, ruang kerja masing-masing keempat orang tuanya, ruang santai, dan juga perpustakaan besar yang terhubung dengan lantai tiga sekaligus.
Lantai tiga, diisi kamar Ezya, kamar Kaisar dan Nisa, kamar Hanz, ruang bermain untuk Hanz, perpustakaan yang terhubung dengan perpustakaan di lantai dua, dan kamar Zila yang terhubung langsung dengan ruang kerjanya sehingga kamar Zila lah yang paling luas diantara kamar lainnya.
Lantai empat, diisi dengan tempat untuk seru-seruan, disana ada studio musik, tempat karaoke, teater room, tempat gym, dan rooftop. Mansion itu juga dilengkapi lift dan basement yang memarkirkan berbagai koleksi mobil sport milik Zila.
Tak lupa halaman belakang yang tak kalah luas dan asri. Terdapat kolam renang, kolam ikan, gazebo untuk bersantai, taman yang ditumbuhi berbagai macam bunga, serta ada pohon mangga yang lumayan besar disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAZILA [End]
Teen Fiction📣Nanti libur semester kita revisi, hehe... Kalau gak mager, haha🤣 Bagaimana jika hidup tanpa kasih sayang orang tua? Tidak menyenangkan bukan? Itulah yang dialami Fazila. Ia hidup bersama kedua orang tuanya, tapi tak pernah mendapatkan kasih sayan...