Kelas XI. IPA 1 lagi free class, Ibu Melly gak masuk, karena anaknya lagi sakit. Alhasil semua siswa sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, tapi Zila tak kunjung membuka matanya, padahal sudah berapa kali teman-temannya berusaha membangunkannya. Dasar Zila kebo.
"Zila! Ayo bangun Zil!" Geram Zizi memukul pelan pundak Zila yang menenggelamkan wajahnya dilipatan kedua tangannya.
"Zil kita tinggalin yah kalau gak bangun!" Zizi sudah lelah membangunkan Zila.
"Ayo ah! Kita cabut aja! Zila gak mau bangun" ujar Zizi menarik para sahabatnya, kecuali Zila.
Tak berapa lama Zila bangun. "Eeuungghh" suara Zila sambil meregangkan otot-otot tubuhnya dan mengumpulkan seluruh nyawanya.
Ia melotot sempurna saat tak menemukan seekor ehh seorang pun sahabatnya. Mereka benar-benar meninggalkannya.
Zila terburu-buru meninggalkan kelasnya dan menuruni tangga untuk mengejar teman-temannya yang sudah lebih dulu turun.
Zila mengejar para sahabatnya dengan napas yang terengah-engah. "Huufftt... Lo pada kejam banget sama gue, kek ibu tiri" ucap Zila setelah menyamai langkahnya dengan para sahabatnya dengan napas ngos-ngosan.
"Ck, siapa suruh dibangunin gak bangun-bangun, dasar kebo!" timpal Zizi kesal.
"Huufftt... Tadi malam gue gak bisa tidur, soalnya..." ucap Zila menggantung.
"Soalnya?..." Fania kepo.
"Soalnya.... Pengaruh.... Kopi yah kopi, semalam gue minum cappucino dua gelas" ucap Zila ngarang.
"What?!! Dua gelas?! Ngapain lo minum kopi dua gelas Zil? Lo tahu kan lo gak bisa tidur kalau abis minum kopi seteguk aja, apalagi ini... Dua gelas Zil? Dua gelas?" Cerocos Liza sambil mengacungkan dua jarinya.
Zila hanya memancarkan cengirannya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tadi malam gue liat ada dua gelas cappucino di mini bar rumah gue, yah karena gue haus, abis joget-joget gak jelas di kamar gue, yah gue minum deh. Saat seteguk lagi abis, nyokap bokap tahunya sudah ada dibelakang gue sambil geleng-geleng kepala, dan saat itu juga mulut mercon mereka jadi mode on, hehe" ungkap Zila panjang lebar.
"Hmm... Nanti jangan di ulang lagi yah Zil, gak baik loh buat kesehatan kamu!" ujar Hana lembut.
Zila langsung memeluk lengan Hana. "Emang Hana yang paling perhatian daripada lo semua yang sering banget nyeramahin gue!" ucap Zila datar dan langsung dihujami sentilan oleh Liza, Zizi, dan Fania.
~~~Kini pelajaran sejarah sedang berlangsung, Zila berdecak kesal karena sangat mengantuk, ia selalu mengantuk saat pelajaran ini.
"Zi!" Zila yang merebahkan kepalanya di atas meja mencolek lengan Zizi. Zizi sibuk memperhatikan sang guru berdongeng hanya bedehem.
"Zizi! Balik dikit napa! Muka gue di sini Zi!" Bisik Zila ketus.
"Ihh apasih?! Gue lagi serius denger dongeng! Lagian lo kenapa sih?! Tidur aja sono!" Ucap Zizi menatap kesal Zila.
"Ah ello mah gak seru! Dengerin dulu!" Ucap Zila menarik-narik lengan Zizi. Mau tidak mau Zizi harus mendengarkan ocehan Zila. Jika tidak, hidupnya tak akan damai sampai pelajaran sejarah selesai.
"Hmm... Apa? Nih gue dengerin!" Ujar Zizi malas.
"Gini Zi, semalam kan kita gak ada tugas, jadi gue ngerecokin nyokap gue yang lagi bikin brownies untuk bokap gue, terus gue ikut deh bantu-bantu" curhat Zila semangat. Sedangkan Zizi mendengarnya malas, dia harus mendengar curhatan Zila lagi.
"Hmm... Terus?" Ujar Zizi malas.
"Gue juga kepikiran mau bikin buat gue sendiri, tapi saat bantu bukain kemasan terigu, terigunya langsung berhamburan ke muka gue, soalnya kemasannya susah banget di buka, alhasil muka gue penuh tepung dong, dan nyokap ketawanya kenceng banget, sampe-sampe bokap sama abang gue pada dateng ke dapur dan ngetawaain gue. Sumpah gue malu banget, muka cantik nan manis gue ketutup gara-gara sekilo tepung." ucap Zila memelas menceritakan pengalamannya membuat brownies.
"Eemmphh.... Hahahaha...." Tawa Zizi pecah, membuat seisi kelas terdiam menatapnya.
"Mampus gue" ucap Zizi pelan setelah menyadari seisi kelas menatapnya termasuk Zila yang menjadi biang dia tertawa kencang seperti ini.
"Mampus!!, fix gue bakalan ke semprot ini mah" batin Zizi. Dan benar seperti dugaannya, Zizi terkena omelan dari guru sejarahnya.
"ZILAAAAAA!!!! lo harus tanggung jawab atas perbuatan lo!" Ketus Zizi kesal setengah hidup karena kena omelan guru sejarahnya.
"Tanggung jawab apaan? Emangnya gue ngehamilin ello?! Gue kan cewek! Gak mungkin bisa bikin lo hamil!" Ucap Zila datar tanpa beban.
Zizi menghadiainya sebuah tabokan di kepala Zila. "Aaww, sakit kampret!" Pekik Zila sambil memegang kepalanya.
"Tuh mulut sembarang aja kalau ngomong! Lo harus tanggung jawab karena gara-gara lo gue kena semprot pak Budi tadi!"
"Ngapain gue tanggung jawab! Kan yang ketawa lo sendiri! Jadi gue gak salah apa-apa dan sampai kapanpun gue gak bakalan tanggung jawab, mau sampe upin ipin lulus Tk kek, atau sampe upin ipin tumbuh rambut sekalipun gue gak bakalan tanggung jawab!" Ucap Zila dengan nada mengejek lalu meninggalkan Zizi yang menggerutu kesal dibuatnya.
Zizi berlari mengejar Zila yang sedang berjalan dengan entengnya. Zizi menubruk badan Zila dan mengalungkan tangannya di leher Zila. Zizi agak kesusahan merangkul leher Zila karena perbedaan tingginya lumayan jauh, membuat Zila juga tersiksa dibuatnya.
"Tanggung jawab gak Zil! Kalau nggak, gue patahin leher lo sekarang juga!" Ancam Zizi. Zila tak bergeming justru membungkukkan dirinya lalu membopong tubuh mungil Zizi dengan sangan mudah membuat Zizi seketika meronta.
"Lo jangan liar-liar Zi! Badan lo ternyata kecil-kecil berat juga!" Mendengar perkataan Zila, membuat Zizi lebih sedikit jinak.
"Nah! Sampe juga akhirnya! Eeuughhh..." Zila menurunkan Zizi lalu meregangkan otot-ototnya setelah sampai di kantin.
Zila langsung duduk bergabung dengan Liza, Fania, dan Hana. "Lo makan apa sih Zi? Berat banget kayak gentong!" ejek Zila.
"Biarin wleee..." balas Zizi menjulurkan lidahnya. "Lagian gue gak minta lo gendong juga!" lanjutnya ketus.
"Zil! Ngapain gendong Zizi kek gitu, lo udah kayak penculik aja tau gak! Haha" kini Zila yang disindir Fania, sedangkan Hana dan Liza tertawa mendengar ucapan Fania.
"Tau si Gila! Gue minta pertanggung jawaban, malah diculik ke sini!" ketus Zizi langsung bergabung duduk di sebelah Fania.
"Yeh si Unyil! Gue gak nyulik lo tau! Gue bawa lo ke sini yah mau bertanggung jawab! Sekarang lo pesan aja yang lo mau!" Ujar Zila.
"Yang bener?" Zila tersenyum menatapnya. "Apa aja boleh?" Zila mengangguk mantap.
"Tapi lo bayar sendiri yah! Hehe" ucap Zila.
"Yeeh, itumah sama aja lo gak tanggung jawab Fagilaaa ehh Fazila, hehehe" ucapnya dengan cengiran pelan.
"Hemm... Yaudah pesan gih! Gue yang bayar! Gue janji! Lo tahu kan kalau Fazila Laila Hazimah ini sudah berjanji maka..."
"Gak bakalan ingkar, karena berjanji itu sama aja mempertaruhkan harga diri!" Ucap keempat sahabatnya kompak.
"Nah... Itu kalian tai!" Senyum merekah terpancar dari wajah cantik Zila mendengar kekompakan sahabatnya yang menghapal kalimatnya.
Di sisi lain kantin seorang anak laki-laki yang terkenal akan ketampanan dan sikap dinginnya tersenyum lebar melihat raut kebahagiaan di wajah Zila. Siapa lagi kalau bukan Faezya, yang sangat mengharapkan kebahagiaan akan tetap bersama dengan adik terasayangnya.
"Tetap pertahankan senyum manismu itu dek" batin Ezya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAZILA [End]
Teen Fiction📣Nanti libur semester kita revisi, hehe... Kalau gak mager, haha🤣 Bagaimana jika hidup tanpa kasih sayang orang tua? Tidak menyenangkan bukan? Itulah yang dialami Fazila. Ia hidup bersama kedua orang tuanya, tapi tak pernah mendapatkan kasih sayan...