Mereka pun berjalan menuju kantin. Setelah tiba dikantin, mereka memandang ke seluruh arah untuk mencari meja kosong untuk mereka tempati makan, namun sayang, semuanya full.
Sampai sorot mata Liza menangkap sebuah penampakan, tapi bukan setan kok, Liza melihat Zila tertidur disalahsatu meja dengan seseorang yang berniat menumpahkan segelas jus ke kepala Zila.
Dengan sigap Liza berlari untuk menyelamatkan sahabatnya itu dari guyuran jus, tapi sebelum Liza sampai, sudah ada orang lain yang menyelamatkan Zila.
"Mau ngapain lo?! Hah?!" ucap seorang gadis yang mencekal tangan si pelaku. Sedangkan si pelaku hanya meringis kesakitan. Zila yang tadinya tertidur langsung terbangun karena suara bising di sekitarnya.
"Zil! Lo gak apa-apa kan?!" cemas Liza.
"I-iya gue gak apa-apa? Kenapa khawatir gitu?"
"Zil! Lo ngapain tidur di sini?!" kini Zizi yang bersuara.
"Yah nungguin kalian berdua bengek! Gue pikir lo berdua udah ada di sini, makanya gue ke sini, eh tau-taunya lo pada belum dateng. Emang lo berdua dari mana aja sih? Lama banget?!" jawabnya panjang lebar, Liza dan Zizi yang mendengarkan hanya mangut-mangut dan sesekali memandang sinis ke arah si pelaku.
Zila yang heran dengan objek yang ditatap sinis oleh kedua temanya, lalu menoleh menemukan musuh barunya. "Ehh... Lo ngapain disini?"
"Dan... Siapa lagi nama lo? Aduh gue pake lupa lagi, ah, Fan... Fania... Iya Fania. Kenapa lo megang tangannya si brengsek ini?" tanya Zila pada gadis yang namanya Fania itu.
"Zila!" tegur Liza karena Zila keceplosan ngucapin kata-kata kasar.
"Ah, sorry Za, tapi nih anak emang pantes di panggil brengsek, gara-gara dia gue harus duduk di bangku paling belakang." ucapnya lalu menyunggingkan senyum sambil melipat kedua tangannya di dadanya.
"Oh iya, Fania lo belum jawab pertanyaan gue, kenapa lo ngecekal tangan si brengsek ini?" tanya Zila kini memandang Fania. "Oh iya, gue sampe lupa, lepasin tangan lo dari tangannya dia! Cepet!" lanjutnya. Fani mengerutkan dahinya seolah-ilah bertanya 'kenapa'.
Melihat ekspresi Fania, Zila mengambil tangan Fania lalu menariknya untuk berdiri disebelahnya. "Gini Fa, gue gak mau lo dapet masalah dari anak manja ini, gue gak mau lo harus di keluarin dari sekolah ini gara-gara ngelindungi gue dari nih anak" ucap Zila, Fania semakin bingung dengan keadaan itu hanya diam membiarkan Zila berbuat semaunya.
"Sekarang lo pergi dari sini sebelum gue bertindak lebih!" titah Zila pada musuh barunya itu. "Satu lagi, lo jangan macam-macam sama gue dan kalau lo macam-macam sama temen-temen gue, itu artinya lo berhadapan sama gue!" ancam Zila.
Musuh Zila itu bernama Nara. Nara itu sebenarnya tak menyukai Zila. Ia menganggap Zila selalu bersikap bossy, ambisius, selalu caper di depan guru-guru, dan masih banyak lagi.
Setelah kepergian Nara, Zila dan kedua sahabatnya duduk bersama, tak lupa juga mengajak Fania tentunya. Tak lama kemudian Faezya--kakak Zila datang dan memberikan uang kepada adik tercinta kemudian pergi meninggalkan Zila dan teman-temannya.
"Zil! Lo sama kak Ezya pacaran yah?" Tanya Zizi.
"Menurut lo?"
"Yeh, nih anak, ditanyain malah balik nanya!" Ketus Zizi. "Lo sama kak Ezya tuh deket banget, terus mesra banget lagi. Kak Ezya juga kan terkenal banget seantero sekolah kalau sikapnya itu dingin kek kutub, tapi kalau sama lo anget banget" ucap Zizi mendramatis.
"Lo ngatain kak Ezya kek kutub? Emang sedingin itu bebeb gue?"
"I...iya... tu...tunggu, lo bilang kak Ezya bebeb lo?!" Pekik Zizi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAZILA [End]
Teen Fiction📣Nanti libur semester kita revisi, hehe... Kalau gak mager, haha🤣 Bagaimana jika hidup tanpa kasih sayang orang tua? Tidak menyenangkan bukan? Itulah yang dialami Fazila. Ia hidup bersama kedua orang tuanya, tapi tak pernah mendapatkan kasih sayan...