Dari Basket, Berujung UKS

1.1K 87 0
                                    

Sudah tiga bulan lamanya Zila duduk di bangku paling belakang bersama dengan Zizi. Kini hubungan mereka--Zila, Zizi, Liza, Fania, dan Hana semakin erat. Sahabat. Yah, sekarang mereka semua bersahabat.

Zila bahagia hari-harinya ditemani oleh sahabat-sahabatnya. Zila juga merasa beruntung bisa dipertemukan dengan mereka yang bisa menuntun Zila perlahan-lahan ke arah yang lebih baik.

~~~

"Anak-anak, berhubung materi pembelajaran kita saat ini adalah budidaya ikan hias, maka ibu akan memberikan tugas kepada kalian untuk mewawancarai pembudidaya ikan hias, untuk satu pembudidaya hanya boleh maksimal enam orang siswa yang mewawancarainya, jelas?!"

"Jelas bu!"

"Baiklah, pembelajaran kita berakhir sampai disini, sampai jumpa di pertemuan selanjutnya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatu"

Setelah guru prakarya di kelas Zila, Zila dan teman kelompoknya yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat-sahabatnya sendiri, langsung berkumpul untuk membicarakan kemana mereka harus pergi mencari narasumber untuk mereka wawancarai.

"Gimana nih? Kita harus cari narasumber kemana? Gue sama sekali gak tahu tempat pembudidayaan ikan hias" ucap Zizi.

"Iya gue juga gak tahu, karena gue jarang banget keluar rumah" ucap Zila.

"Boong banget lu Zil! Jarang keluar rumah iya bener, soalnya dari pulang sekolah sampe malem lu keluyuran! Gimana mau sering keluar rumah? Orang lo udah di luar seharian!" ejek Liza, sedangkan Zila sudah tertawa terpingkal-pingkal mendengar ocehan Liza.

"Gue tahu satu tempat pembudidayaan!" Ujar Hana.

"Dimana?" tanya Liza.

"Ada di perkampungan dekat tempat gue tinggal, tapi lumayan agak jauh juga dari rumah gue. Kalau kalian mau kalian bisa dateng ke rumah gue, terus kita berangkat bareng gimana?" Kata Hana.

"Boleh?" Tanya Zila lalu diangguki oleh Hana.

"Tapi... Gue gak tahu rumah Hana, gimana kalau lo semua ngikut mobil gue aja, biar gue pinjem mobil abang gue, soalnya mobil gue ada di bengkel." ucap Zila.

"Gak usah naik mobil Zil, jalan ke sana tidak memungkinkan untuk mobil bisa lewat, soalnya jalanannya lumayan sempit. Mungkin lebih baik naik motor atau sepeda" seru Hana.

Mereka terdiam sejenak memikirkan cara agar mereka bisa pergi ke tempat pembudidayaan tersebut.

"Kalau gitu, Liza lo sama gue aja, biar gue bawa motor, lo gak tau bawa motor kan?" Ujar Zila dan diangguki cepat oleh Liza.

"Nah kalau gitu Zizi biar sama gue, Han lo bisa naik motor gak?" Hana menggelengkan kepalanya.

"Kalau gitu, gak apa-apa biar nanti lo ikut sama gue aja, biar kita boncengan tiga, soalnya Zizi kan lumayan kecil, jadi nanti cuma dianggep adek gue aja yang ngekorin gue, hehe" ucap Fania terkekeh dan mendapatkan pelototan dari Zizi.

"Ehh, Zi lo jangan kek gitu! Lo gak mau boncengan tiga? Yaudah gak usah ikut! Biar kita berempat aja!" Tegur Zila melihat mata Zizi yang mau keluar karena melotot.

"Yaudah deh, gue kan imut-imut gimana gituh, jadi nanti dikiranya adek lo pada" ucap Zizi dengan PD.

"Idih PD banget lu unyil!" ejek Zila.

"Terserah gue dong pak Yoga!" timpal Zizi. Yang lainnya hanya tertawa melihat pemandangan itu.

"Udah-udah! Gak usah saling ngeledek, ayo buruan ke ruang ganti! Bentar lagi pasti pak Bagas dateng, mau lari keliling lapangan sepuluh kali lo berdua?!" Ujar Liza sambil mengambil baju olahraganya.

~~~

Zila beserta teman sekelasnya sudah berada di lapangan basket. Setelah melakukan pemanasan, mereka naik ke atas tribun yang ada di lapangan tersebut.

Pak Bagas membagi mereka menjadi empat team. Dua team perempuan dan dua team laki-laki. Permainan pertama dilakukan oleh team perempuan. Zila dan para anggota teamnya harus melawan team Nara. Yah kalian tahu lah siapa Nara bagi Zila.

Pertandingan berlangsung seru. Score terkini team Zila unggul dengan perolehan nilai 8-2. Zila memang sangat jago dalam bermain basket. Tak jarang para siswa laki-laki memuji kesempurnaan yang dimiliki Zila.

Kulit putih bersih, wajah cantik blasteran, body goals, tinggi--walaupun menurut Zil tubuhnya tak tinggi-tinggi amat, normal lah. Terlebih lagi otak cemerlang yang dimiliki Zila, membuat anak laki-laki di kelasnya maupun di sekolahnya banyak yang memujinya, bahkan tak segan-segan mengajak Zila menjadi pacar mereka, namun semuanya di tolak mentah-mentah oleh Zila.

Zila berlari sambil mendrible bola menuju ring lawannya. Namun saat Zila akan menghindari salah satu anggota team lawannya, kakinya tersandung dan membuatnya terjatuh dengan posisi tengkurap.

Zila hendak berdiri dan merapikan bajunya langsung menoleh ke arah Liza yang berteriak histeris memanggil namanya.

"ZILAA! AWAAASSS!!!" teriak Liza yang berdiri di belakang Nara.

Bugh!!!...

Seketika penglihatan Zila menghitam dan tubuhnya terhempas keras ke lantai lapangan.

Bola yang dilempar Nara tepat mengenai wajah cantik nan polos milik Zila. Para sahabatnya pun langsung berhambur menghampiri Zila yang terbaring di lapangan.

"Zil... Zila bangun! Zila! Ayo bangun!" Ucap Liza panik sambil menepuk pelan pipi Zila.

"Fania! Cepat panggil kak Ezya!" Titah Liza dan langsung diangguki oleh Fania. Fania pergi menuju kelas Ezya berasama Hana.

"Za! Hidung Zila Za!" ucap Zizi histeris melihat darah segar yang mengalir dari hidung mancung milik Zila.

"Ya Allah" ucap Liza lalu merogoh sakunya mencari sapu tangan. Lalu mengelap darah di hidung Zila yang terus mengalir.

Tak lama Ezya datang dengan panik di ikuti oleh Fania dan Hana yang berlari mengejar Ezya.

Ezya langsung berlutut disamping Zila. "Fa... Fafa bangun Fa! Fa! Fafa ayo bangun dek!" ucap Ezya lembut sambil mengusap pipi mulus Zila. Nara yang berjalan meninggalkan lapangan basket terhenti mendengar ucapan Ezya. Ia mengepalkan tangannya kuat kemudian berlari meninggalkan lapangan.

Pak Bagas yang baru saja memarahi Nara habis-habisan datang mendekati Ezya dan menyuruh Ezya membawa Zila ke UKS.

Zizi mendekatkan minyak kayu putih ke hidung Zila. Tak lama setelah itu Zila bangun.

"Bang Ez! Ngapain abang di sini? Terus ini kita dimana?" ucap Zila sambil berusaha duduk dan dibantu oleh Ezya.

"Kita lagi di UKS, tadi kamu kena bola terus pingsan" jawab Ezya.

Zila mengangguk sambil tersenyum. Ezya mengelus lembut pipi sang adik. "Kamu gak apa-apa kan? Ada yang sakit? Apa perlu kita ke rumah sakit?" tanya Ezya khawatir.

"Gak perlu bang, Fafa baik-baik aja kok!" jawab Zila sambil memegang lembut tangan kakaknya yang masih setia mengelus lembut pipinya.

"Zila, kak Ezya kita pamit ke kelas dulu yah, mau ganti baju, nanti ke sini lagi" pamit Zizi dan diangguki oleh Ezya sedangkan Zila tersenyum.

"Kamu yang baik-baik yah Zil! Kita pamit ke kelas dulu" ujar Fania. Kemudian ke empat sahabatnya itu meninggalkan Zila dan Ezya di UKS.

FAZILA [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang