Quality Time

985 80 0
                                    

Mobil Ezya kini terparkir di halaman rumah mewah dengan nuansa klasik itu. Ia melirik ke arah kursi penumpang lalu tersenyum.

Zila tertidur pulas bahkan terdengan suara dengkuran halus. "Kamu pasti capek bangetkan dek? Capek berpura-pura baik-baik aja" batin Ezya yang kini berada di pintu sebelah kiri mobil lalu mengusap lembut kepala sang adik sebelum menggendongnya ke kamarnya.

Zila merasa tidurnya terganggu pun bangun. Ia menatap wajah tampan sang kakak yang sedang menggedongnya.

"Bang... Turun..." Ezya berhenti melangkah lalu menoleh menatap wajah Zila. Ezya menurunkan Zila dari gendongannya lalu, menarik tangan Zila untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Kamu berat banget Fa! Selama ini makan apa aja kamu?" ejek Ezya membuat Zila mengerucutkan bibirnya.

"Ihhh... Gemesh banget" Ezya mencubit kedua pipi Zila yang masih cemberut.

"Kamu bahagia kan dek?" ucap Ezya serius.

Zila mengembangkan senyumnya. "Iya, Fafa bahagiaaaaa banget punya super hero kayak bang Ez sama bang Kai" ucap Zila lalu memeluk Ezya.

Di ambang pintu ada seorang laki-laki tinggi, putih, dan wajah tampan yang disertai rahang yang kokoh berdiri sambil tersenyum melihat pemandangan yang ada dihadapannya.

Ekheem...

Deheman itu membuat Zila dan Ezya melepaskan pelukan mereka. Zila menatap pria itu lalu beranjak berlari menuju pria itu, ia langsung memeluk pria itu dengan erat, bahkan berusaha memanjat tubuh pria tinggi itu.

Melihat kelakuan Zila yang seperti itu, pria itu langsung menekuk lututnya lalu menggendong Zila.

"Ihh... Udah gede masih aja minta gendong!" Ucap pria itu, tapi Zila malah mengeratkan pelukannya di tubuh proposional pria itu.

"Fa, gak malu sama umur? Udah mau 17 tahun tapi kelakuannya masih aja kek bocah!" Kini Ezya yang berbicara sambil berjalan ke arah pria itu dan menyalimi tangan pria itu.

"Biarin, wle... Bang Ez cemburu kan karena  udah gak ada yang mau ngegendongin bang Ez? Iyakan?" Ketus Zila. Ezya tak menghiraukannya.

"Ck, Bagaimana keadaan abang? Baik kan?" Tanya Ezya.

"Iya abang baik-baik aja, kalian juga baik kan? Gak ada yang lecet kan sama adik-adik abang yang ganteng ini!" Ucap pria itu.

"Kalau aku sih enggak bang, tapi Fafa tuh yang lecet, idungnya tambah pesek" ejek Ezya.

Zila turun dari gendongan pria itu lalu mencubit lengan Ezya. "Ih... Bang Ez! Jangan ngomongin itu!" Ucap Zila berbisik berharap pria tinggi itu tak mendengarnya.

"Abang sudah tahu semuanya Fa, gak usah nyembunyiin itu, kamu sama Faez gak ngomong pun abang akan tahu semua yang terjadi sama kalian" ucap pria itu. Faezya dan Fazila terdiam karena terkejut dengan apa yang baru saja Kaisar ucapkan.

"Iya, abang tahu semuanya, semua gerak-gerik kalian bisa abang tahu, sampe masuk kamar mandi aja abang tahu semuanya." Mendengar ucapan Kaisar, mata Zila membulat sempurna.

"Bang Kai!!! Jangan bilang bang Kai juga tahu apa yang kami lakukan di kamar mandi?! Ihh.... Bang Kai!!!" Teriak Zil histeris. Kaisar melihat itu hanya tersenyum.

"Fagila... Eh maksud abang Fazila, hehe. Jangan panggil abang dengan sebutan kayak gitu!" Geram Kaisar.

"Fagila? Abang nyebut Fafa gila?!" tanya Zila, Kaisar hanya tersenyum mengejek.

"BANG KAIIIIII!!!!!" teriak Zila lalu mengejar Kaisar yang sudah berlari mengelilingi ruang tamu.

Tak hanya Zila dan Kaisar yang saling kejar-kejaran, tapi Ezya juga ikutan. Ia justru mengincar Zila untuk ia kelitiki.

FAZILA [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang