Adek Pergi, Bang, Ma, Pa!

1.8K 91 0
                                    

Pukul 01.37, Zila sudah mengemas barang-barang pentingnya kedalam tas ransel besar yang akan ia bawa pergi, pergi meninggalkan rumah yang sudah menenggelamkannya kedalam lubang penderitaan.

Mungkinkah gue bisa bertahan? Mungkinkah kebahagiaan akan menjemput gue, saat gue keluar dari rumah ini? Batin Zila menatap seisi rumahnya dari ujung tangga.

Ia berbalik menatap pintu kamar kedua kakaknya dan kedua orang tuanya.

Zila melangkah pelan ke arah pintu kamar Ezya dan membukanya pelan. Ditatapnya Ezya yang tertidur diatas sofa sambil memeluk foto keluarganya.

Zila beralih mengambil selimut, lalu menyelimuti tubuh Ezya dengan pelan, agar tak mengganggu tidurnya.

"Maafin adek yah bang! Adek udah berprasangka buruk sama abang. Adek pergi, jaga diri abang baik-baik, adek titip mama papa yah!" ucap Zila pelan sambil menatap wajah teduh Ezya, lalu mengecup kening Ezya lembut.

Setelah kamar Ezya, Zila beralih ke kamar Kaisar, berbeda dengan Ezya, Kaisar justru tertidur dengan posisi duduk diatas karpet dan bersandar ke badan ranjangnya.

Zila mengambil bantal dan juga selimut untuk Kaisar. Lalu membaringkan tubuh Kaisar diatas karpet.

"Bang Kai, maafin adek sudah kasar sama abang, maaf adek juga sudah berprasangka buruk sama abang. Adek pergi bang, titip mama papa dan bang Ez yah? Abang juga jangan lupa jaga kesehatan, jangan terlalu sibuk kuliah! Bye abang, adek sayang sama abang." setelah mengucapkan itu, Zila mengecup kening Kaisar.

Kini Zila berdiri didepan pintu kamar kedua orang tuanya. Dengan ragu dan hati-hati Zila membuka pintu itu. Dilihatnya kedua orang tuanya tidur dengan posisi saling membelakangi.

Ia menghampiri ayahnya terlebih dahulu, lalu mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh sang ayah. "Pa, maafin adek, adek udah bersikap nggak sopan sama papa, adek udah melawan papa, bahkan udah menghina dan menjelek-jelekkan papa. Adek benar-benar gak bersalah atas kematian kak Deeva pa, tapi kalau papa gak percaya, juga gak apa-apa, adek ikhlas. Besok pagi, pertanyaan papa akan terjawab darimana adek dapet uang, papa jangan pernah merasa bersalah jika semisal nanti papa menyesal sudah melakukan ini sama adek. Adek pergi pa, makasih udah mau nampung adek sampe segede ini, percayalah adek sayang sama papa." ucapnya pelan lalu mengecup pipi dan juga kening Faiq.

Zila beralih kehadapan mamanya. Ia bisa melihat jejak air mata di hidung mancung milik mamanya.

Ia mengusap lembut bekas air mata itu lalu tersenyum lembut menatap wajah teduh milik mamanya.

"Ma, makasih mama udah mau berjuang melahirkan adek, mau mengasuh adek, maafin semua kesalahan adek yah ma. Adek udah maafin mama, karena adek tahu, mama cuma salah paham atas kejadian itu. Suatu hari nanti, jika mama mau mendengarkan cerita dari bang Ez dan bang Kaisar, adek harap mama gak menyalahkan diri mama, mama gak boleh sedih lagi. Adek pergi ma, adek sayang sama mama, jaga diri mama baik-baik. Tolong jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan mama, adek gak kuat lihat mama kelelahan. Semoga mama, papa, bang Kaisar, dan bang Ez, bisa menemukan kebahagiaan kalian lagi dengan kepergian adek. Adek sayang sama mama papa, dan selamanya akan seperti itu, adek pergi, selamat tinggal mama." ucap Zila lalu mengecup lembut pipi dan kening mamanya, lalu beranjak pergi.

Saat Zila menutup rapat pintu kamar mama papanya, Latusha langsung membuka matanya dan menatap lurus kearah pintu. Ia tak tidur, hanya memejamkan mata, dan mendengar semua apa yang diucapkan Zila.

Namun, ia kembali menutup matanya mengabaikan ucapan Zila.

~~~

Zila mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dilarutnya malam. Air matanya tak henti-hentinya mengalir deras dibalik helm full face yang digunakannya.

FAZILA [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang