Setelah sampai di apartemen milik Kaisar, Zila langsung nyelonong masuk dan merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Ezya yang melihat kelakuan sang adik hanya geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak? Adiknya ini, kerjaannya rebahaaaann... mulu kalau ketemu sofa atau ranjang.
"Minggir dek! Abang mau duduk!" Ketus Ezya sambil menyingkirkan kaki Zila yang terlentang di sepanjang sofa.
"Duduk di bawah aja kali bang bisa! Abang gak kasihan liat adik abang yang cantik jelita ini? Badan aku sakit semua bang!" ucap Zila dengan nada memelas. Ia yakin abangnya ini akan luluh jika melihat ekspresinya.
"Emangnya abis ngapain dek?" Kata Kaisar nimbrung percakapan kedua adiknya.
"Abis latihan karate, terus sempet tepar karena gak fokus" jawab Zila.
"Kamu sih! Cewek, bukannya ikut ekskul tari, malah ikut ekskul karate! Kamu itu harusnya bertingkah kayak cewek dek! Bukannya kek cowok gitu! Gimana kalau gak ada cowok yang naksir sama kamu?" Omel Ezya
"Idih! Sorry yah bang, aku gelagatnya kek gini pun banyak yang ngejar. Lagi pula gak ada salahnya ikut karate, dengan begitu aku bisa ngelindungin diri aku kalau semisal kalian berdua gak ada di deket aku, gitchuuu!" Ucap Zila panjang.
"Yaudah lah, iyain aja, biar kamu bahagia, hehe. Bahagia terus yah adek abangggg!" Ezya mencubit gemas pipi Zila.
"Aku akan selalu bahagia kalau sama abang!" Ujar Zila memeluk erat Ezya dan Kaisar.
"Yaudah tidur gih, besok pagi-pagi kita jalan. Ayo masuk tidur!" Titah Kaisar. Zila dan Ezya menurut.
Zila tidur di kamar tamu, sedangkan Ezya tidur di kamar Kaisar, dan tentunya bersama Kaisar.
~~~Zila berdiri bak patung yang tidak bisa berbuat apa-apa. Sedangkan seorang gadis terbaring kaku di atas brangkar dengan berbagai peralatan medis yang sudah tak menempel lagi di tubuhnya. Latusha terus menangis meraung-raung melihat gadis itu.
Faiq, Kaisar, dan Ezya terlihat menenangkan Latusha yang semakin tidak terkontrol. Air mata Zila terus mengalir, tak tahu harus berbuat apa.
Tubuh Zila semakin terasa kaku saat Latusha dengan tatapan tak bisa dideskripsikan berjalan ke arah Zila.
Semakin mendekat, wajah latusha terlihat sangat marah, hingga saat tepat berdiri di depan Zila, Latusha melayangkan tangannya ke wajah Zila.
Plakk!!!...
Tamparan yang begitu keras hingga membuat tubuh kecil Zila terhempas ke dinginnya lantai rumah sakit. Latusha menarik baju Zila hingga mampu membuat Zila berdiri.
"Apa yang kau lakukan terhadap putriku?!!" Ucap Latusha meluapkan emosinya. Mulut Zila seketika membisu, ia tak tahu harus berkata apa.
"Apa yang kau lakukan?!! Kau membunuh putriku?! Kau sudah membunuhnya!!" ucap Latusha menggebu-gebu.
"Enggak ma!! Aku nggak salah!! Bukan aku yang salah!!" Ucap Zila lirih.
"Kau membunuh putriku!! Kenapa kau melakukan itu?!! KENAPA??!! JAWAB PERTANYAANKU???!!! KENAPA KAU MELAKUKAN ITU??!!" Teriak Latusha penuh emosi.
"BUKAN AKU YANG SALAH!!!" Teriak Zila terbangun dari tidurnya. "Huh... Huh... Huh... Bukan aku yang salah... Hiks... Hiks... Hiks..." Lirih Zila dengan air mata yang bercucuran.
Mendengar teriakan Zila, Kaisar dan Ezya berlari menghampiri Zila. "Kamu kenapa Fa?" Tanya Kaisar Khawatir, sedangkan Zila langsung berhambur memeluk erat Kaisar untuk menghilangkan ketakutannya.
"Aku gak hiks... bersalah bang hiks...! Mama bilang hiks... aku yang membunuh dia hiks...! Tapi aku gak hiks... tahu siapa dia hiks...!" Lirih Zila disela-sela tangis sesegukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAZILA [End]
Teen Fiction📣Nanti libur semester kita revisi, hehe... Kalau gak mager, haha🤣 Bagaimana jika hidup tanpa kasih sayang orang tua? Tidak menyenangkan bukan? Itulah yang dialami Fazila. Ia hidup bersama kedua orang tuanya, tapi tak pernah mendapatkan kasih sayan...