Mama?

1.2K 85 2
                                    

Happy reading!

Typo bertebaran!

______________________

Sreett...

"Aakhh... Maafkan... sstt... segala perbuatanku ss-selama ini dan untuk sstt... yang terakhir ini! Maaf sudah... menyu...sah...kan... kal...lian... Sel...la...mat ting...gal... Fa...fa... sa...yang... kal...lian!"

Brak!!!...

"FAFA!!!" teriak Kaisar saat melihat Zila terjatuh setelah mengiris pergelangan tangannya dengan pisau buah yang dipegangnya itu.

Kaisar berlutut memangku kepala Zila dengan wajah panik. "Fa! Bangun Fa! Jangan tutup mata!"

Zila tersenyum ke arah Kaisar sebelum menutup matanya. "FAFAAAAAA!!!" teriak Kaisar menggelegar di penjuru rumah.

Kaisar langsung membopong Zila untuk membawanya ke rumah sakit dengan tergesah-gesah.

Sedangkan Faiq dan Latusha masih terdiam di tempat mencerna apa yang baru saja terjadi.

Mereka menghela napas lega. "Itu jauh lebih baik terjadi padanya setelah apa yang dia perbuat kepada putriku!" ucap Latusha datar memandang darah Zila yang berceceran di lantai.

"Yah, kau benar. Setidaknya yang dilakukannya itu bisa menjadi balasan setelah membunuh Deeva." sambung Faiq santai.

Kedua pasutri itu kemudian pergi meninggalkan rumah untuk menghadiri meeting penting tanpa rasa bersalah maupun sedih atas kejadian yang menimpa putri mereka—Zila, setelah menyuruh pembantu rumah mereka untuk membersihkan darah Zila.

~~~

Sementara di rumah sakit.

Dokter keluar dari ruang UGD setelah memeriksa kondisi Zila.

Kaosar langsung menghampiri dokter tersebut dan menanyakan bagaimana kondisi adiknya itu.

"Syukurlah tidak terjadi apa-apa terhadap pasien, untung anda segera membawanya ke rumah sakit, jika terlambat sedikit saja, mungkin nyawanya tidak bisa tertolong, karena irisan pada pergelangan tangannya cukup dalam." Kaisar menghela napas lega seraya mengucap syukur karena keadaan Zila baik-baik saja.

"Keadaannya sangat tertekan, tolong jaga dia dengan baik, jangan sampai di melakukan hal yang seperti ini lagi!" ucap dokter ber- name tag Naura Pranita Hermawan.

"Baik dokter, terima kasih banyak. Boleh saya menemui adik saya?"

"Anda bisa menemuinya saat pasien sudah dipindahkan ke ruang inapnya, dia juga masih dalam pengaruh bius, mungkin dia akan bangun dalam waktu 1-2 jam! Saya permisi dulu!"

"Iya dokter, sekali lagi terima kasih banyak!" dokter itu hanya mengangguk lalu beranjak meninggalkan Kaisar.

Kaisar celingukan mencari keberadaan orang tuanya, namun tak menemukan sosok itu. "Kalian benar-benar kejam! Orang tua macam apa kalian yang tak mengkhawatirkan putrinya sedikit pun! Ck!" batin Kaisar.

Ceklek...

Pintu ruang inap terbuka, menampilkan sosok gadis yang terlelap tenang dengan wajah pucatnya.

Kaisar duduk disamping brangkar Zila dengan menggenggan tangan halus milik adiknya tersebut.

"Maafin abang dek, gara-gara abang kamu melakukan ini. Abang menyesal sudah berbuat kasar sama kamu. Maafin abang dek, abang bukan abang yang baik untuk kamu!" ucap Kaisar penuh penyesalan. Sesekali ia mengecup tangan milik Zila yang ada dalam genggamannya itu.

FAZILA [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang