"Aaargghh..." Zila meremas kuat rambutnya, kepalanya berdenyut hebat selama ingatan itu muncul.
Tak tahan, ia sudah tak tahan, kesadarannya sekarang diambang batas, dan...
Bruk!!...
Zila jatuh tak sadarkan diri di atas lantai kamar Deeva, kakaknya. Tanpa ada seorang pun yang tahu.
~~~
Pukul 01.03....
Zila membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya.
Zila bangkit sambil sesekali meringis karena sakit dikepalanya.
"Gue ingat sekarang! Semuanya gue ingat! Kak Deeva, kakak tahu kan kalau aku gak salah? Maafin aku kak, aku gak bisa menyelamatkan kakak waktu itu, seandainya saat itu aku tahu kalau setelah kejadian itu akan terjadi seperti ini, aku lebih baik mati bersama kakak. Mama sama papa membenci aku kak. Apa keputusanku untuk pergi setelah mengetahui semua kebenarannya sudah benar? Apa aku benar-benar bisa mendapatkan kebahagiaanku dengan keluarga baru? Dan apakah yang kakak maksud keluarga baruku itu adalah papi dan mami? Om Fajar dan tante Naura? Apa itu benar kak?" batin Zila sambil memeluk foto Deeva. Ia menangis dalam diam.
Setelah merasa membaik ia melihat layar ponselnya, sudah pukul dua pagi. Ia langsung bergegas keluar dari kamar Deeva dengan hati-hati, jangan sampai ada yang melihatnya keluar dari sini.
Ia segera berlari ke kamarnya untuk melanjutkan tidur. Tapi sayangnya, ia tidak bisa tertidur. Pikirannya melayang memikirkan seputar keluarganya.
"Sekarang, gue udah tahu semuanya, itu artinya sekarang udah saatnya gue untuk pergi dari kehidupan mereka semua, untuk memenuhi janji gue ke diri gue sendiri."
Zila terus memikirkan keluarganya, sahabatnya, cafenya, dan butiknya. Akan seperti apa mereka semua saat ia pergi.
Karena terlalu lelah memikirkan itu semua, akhirnya ia tertidur.
~~~
Kring... Kring... Kring...
Semua siswa dikelas Zila bersorak heboh, akhirnya waktu-waktu membosankan mereka berakhir dan tergantikan dengan waktu istirahat.
"Yuhuuu!!! It's time to Mamam!!" seru Zizi heboh.
"Kantin yokk!!" ajak Hana.
"Ayookk!!" seru mereka bersamaan kecuali Zila. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah pesanan mereka semua datang, mereka semua makan dengan diiringi tawa, kecuali Zila. Gadis itu hanya tersenyum.
"Fa!" panggil seorang pria membuat Zila dan teman-temannya kompak menoleh.
Afreen dan Rifad. "Kenapa?" tanya Zila.
Afreen menyenggol Rifad dengan sikunya. Rifad pun gelagapan dan terlihat gugup lalu menyodorkan lima bungkus coklat. Membuat Zila menatapnya heran dengan kening berkerut.
"G-gini Zil, g-gue mau minta maaf karena kejadian itu. Lo mau maafin gue kan? Gue bener-bener menyesal waktu itu, gue gak tahu kalau lo takut kucing, suer! Maafin gue yah?" ucap Rifad penuh penyesalan dengan mengacungkan dua jarinya membentuk V.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAZILA [End]
Teen Fiction📣Nanti libur semester kita revisi, hehe... Kalau gak mager, haha🤣 Bagaimana jika hidup tanpa kasih sayang orang tua? Tidak menyenangkan bukan? Itulah yang dialami Fazila. Ia hidup bersama kedua orang tuanya, tapi tak pernah mendapatkan kasih sayan...