OBSESI

16.3K 1.1K 104
                                    

Suara deringan ponsel yang tidak diangkat terdengar berkali-kali. Geanza terus berusaha mencoba menelpon Azelya, namun panggilan telepon masih juga belum terangkat, padahal WhatsApp kekasihnya itu dalam kondisi aktif.

Tak berselang lama sebuah notifikasi  pesan WhatsApp masuk kedalam ponsel Geanza.

WhatsApp

Azel :
Gean maaf ya aku belum bisa angkat telepon kamu

Azel :
Aku masih jagain Bumi, kamu tau sendiri dia habis kecelakaan

Azel :
Jangan telepon aku dulu ya

Tangan Geanza mengepal kuat setelah membaca pesan dari Azelya. Lalu tak lama setelahnya bunyi benda terjatuh terdengar nyaring. Geanza, lelaki itu dengan sengaja menendang meja yang ada didekatnya hingga membuat meja itu terbalik dan barang yang ada diatasnya berhamburan.

“BUMI! BUMI! BUMI! SELALU BUMI!” murka Geanza.

“Sebenernya aku ini siapa kamu, Zel?! kenapa selalu Bumi dan Pramahta yang jadi prioritas?!”

Berdecak sebal, Geanza kembali menendang meja yang sebelumnya ia tendang. “Seharusnya anak Lionel’s bukan cuma nyerempet Bumi, tapi tabrak sekalian aja biar cowok sialan itu enyah dari sisi Azel gue!”

Geanza kembali menatap ponselnya, tangannya semakin mengerat kuat, pemikiran licik mulai tersusun di otak lelaki itu. “Nggak akan pernah gue biarin Bumi monopoli sesuatu milik gue!”

Senyum seringaian tiba-tiba terukir dibibir Geanza, lelaki itu menatap lurus kedepan dimana terdapat pantulan dirinya dicermin yang terletak dilemari pakaian miliknya. Sebelah tangan Geanza terangkat menyentuh pipi kirinya, terlihat sedikit bekas kemerahan telapak tangan yang didapat dari tamparan Mamanya tadi.

“Gimana pun caranya Azelya harus ada dalam kendali gue!”

Setelah mengatakan hal itu, suara tamparan dan pukulan terdengar. Geanza secara sengaja menampar dan memukul pipi kirinya sendiri dengan kuat berkali-kali hingga bekas kemerahan tamparan Mamanya yang awalnya hanya terlihat samar kini semakin terlihat jelas.

Nafas Geanza terengah, lelaki itu kemudian kembali menatap pantulan dirinya dicermin. Pipinya sangat memerah dan terasa nyeri, Geanza yakin tak berselang lama akan tertinggal luka lebam yang jelas disana.

Untuk terakhir kalinya, Geanza kembali mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan tanpa aba-aba Geanza kembali melayangkan tamparan ke pipi, kali ini lebih kuat dari sebelumnya hingga membuat sudut bibir Geanza terluka dan sedikit mengeluarkan darah.

Perfect. Batin Geanza, namun hanya dengan begini Azelya belum tentu akan berlari tertatih menghampirinya.

Luka ini masih kurang, Geanza butuh yang lebih lagi.

Lalu Geanza menatap bingkai foto keluarganya yang terpasang rapih di dinding. Sebelum mengambil bingkai itu, Geanza terlebih dahulu meletakkan ponsel yang sedari tadi ia pegang ke tepi kasur. Baru setelahnya Geanza kembali melangkah mendekat menuju bingkai foto besar itu terpasang.

Kedua tangan Geanza terangkat melepas bingkai foto itu dari dinding, lalu menatap sejenak wajah mendiang papanya yang ada didalam foto. “Maaf ya Pa, nanti Gean ganti bingkainya sama yang lebih bagus lagi. Gean lakuin ini supaya semua perhatian yang Azelya punya terpusat untuk Gean seorang.”

Selepas mengatakan hal itu, Geanza mengangkat tinggi-tinggi bingkai foto besar itu keatas kepalanya. Dan dalam hitungan detik suara pecahan kaca terdengar nyaring memenuhi seisi kamar.

Geanza dengan sengaja menjatuhkan bingkai besar itu keatas kepalanya hingga membuat kaca bingkai pecah dan berserakan di lantai.

Karena tindakan nekat Geanza barusan, kening lelaki itu terluka dan mengeluarkan darah akibat terkena goresan dari pecahan kaca yang tajam.

Jari-jemari Geanza menyentuh darah yang membasahi keningnya, kemudian ia menyeringai dengan lebar dan terkekeh pelan. “Ini baru sempurna.”

“Selamanya perhatian milik Azel itu punya gue, nggak akan gue biarin orang lain rebut itu. Nggak masalah kalau gue harus ngelukain tubuh gue setiap hari asalkan balasannya adalah dapetin perhatian penuh Azelya,” kata Geanza lagi, senyum menyeringai yang penuh akan kelicikan masih setia terpatri dibibir lelaki itu.

**********

NOTE❗❗
scene diatas barusan adalah scene dipertengahan part ya ^^

Selamat datang di kisah hidup Azelya
& seluruh anggota Pramahta,
community, humanity, and solidarity.

I hope you like this story^^
Semoga ini menjadi awal yang baik. Aamiin.

Jum'at, 11 desember 2022.
Salam hangat,

Ama.

AKRASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang