Bab 1 = Positif

2.6K 125 7
                                    

Dua.

DUA.

Sumpah aku panik. Aku langsung lempar testpack yang kubeli tadi di toko dengan harga yang lumayan terjangkau untuk anak SMA.

Sialan, kok bisa sih.

Pasti karena aku ikut party kemarin. Mau nelfon Yeonjun tapi takut dianya terkejut dan langsung ninggalin aku gitu aja. Ya karena itu cowo kan masih labil pikiranya, dan udah aku bayangin gimana perasaanya kalau aku pregnant.

"Ih pasti karena pesta kemarin." Teriaku di perkarangan rumahku. Untung ga ada orang jadi aku ga perlu malu kalau aku hamil.

Yeah, kalian boleh bilang aku hamil atau pregnant terserah kalian. Tapi itu kenyataanya.

Aku masuk ke perkarangan rumah. Di dalam udah ada orang tua yang menungguku di luar. Ceritanya aku lagi ngelampiasin emosi karena aku positif hamil.

Reaksi orang tua ku saat aku hamil mereka terkejut tapi ga marah sama sekali. Mungkin ayah yang marah tapi tentu aja mereka membantuku untuk menghadapi semua ini.

"Yah jadi gimana? Masa mau kamu gugurin." Tanya ibu. Aku menggerutu kesal karena kalaupun aborsi biayanya juga ga nyenangin. Kalau dipertahanin juga nanti bakal susah.

Jadi semuanya itu salah aja.

Tok tok tok

Kami terdiam sebentar. Pasalnya hari libur ini perumahan yang ada di perkaranganku itu lagi pergi jalan bareng. Kebetulan kami aja yang ga pergi karena keluarga ku juga butuh klarifikasi tentang my pregnancy.

Mungkin itu Taehyun karena dia kemarin tidur di rumah Huening Kai atau sering dipanggil Kai.

Aku membuka pintu rumah itu. Dan ternyata bukan Taehyun yang ada dihadapanku. Melainkan seorang wanita berumur 27an dengan pernak pernik yang sangat mahal.

"Salah alamat mba?."

"Bukan, kamu cewe yang beli testpack tadi ga sih?."

Degg degg

Kok tau si mbanya. Jangan jangan dukun.

"Hahaha salah orang ka—."

"Kalau hasilnya positif, saya mau adopsi anak kamu." Ucap wanita itu terang terangan. Aku menganga, baru kenal di pintu udah langsung minta adopsi aja.

"Mau laki-laki mau perempuan pun saya mau adopsi dengan bayaran yang mahal." Orang tuaku yang menguping itu langsung berjalan ke arah pintu bersamaku.

Reaksi mereka juga terkejut mendengar ini. Apakah ini jalan untuk si bayi.

"Silahkan masuk nyonya. Nama anda siapa?."

"Saya Bae Irene. Saya bisa membayar bayinya dengan jumlah yang besar. Dengar, suami saya orang yang penting dalam pendidikan—."

"Aku cuma mau bayi ini punya kehidupan yang bagus." Ucapku. Untuk menjawab pertanyaan Mba Irene aku jawab aku bakal ngasih bayiku ke Mba Irene.

Ga mungkin di umur 17 tahun aku bakal hidupin bayi ini sendirian. Lagian Yeonjun gimanaaa?

"Ah baiklah, terima kasih banyak ini nomor telfon saya. Silahkan dihubungi, nama adek siapa?."

"Kang Yuri Mba."

"Kalau Yuri mau beli kebutuhan buat bayinya hubungin aja saya ya." Mba Irene memberikan sebuah kertas yang kurasa itu kartu nama.

Gila, ini istri pejabat gak sih. Elit banget soalnya.

"Non kenapa mau bayi dari anak saya? Kan bisa liat ke panti asuhan?." Tanya ayah. Yaampun ayah bukanya ini yang dia mau. Maksudku kan ayah mau mencari solusi, bukanya ini solusi yang paling baik, memberikan si bayi kehidupan yang layak.

"Anak anda cantik dan saya rasa dia belum cukup umur untuk besarin bayinya. Papanya udah tau?."

Haaa ini masalahnya.

Aku belum ngasih tau orang tuaku siapa ayah si bayi. Karena yang orang tuaku tau, Yeonjun ini bar bar tapi aman.

"Belum, tapi aku punya fotonya Kak. Boleh manggil kakak aja kan?." Bae Irene mengangguk. Aku pun langsung ngasih foto Yeonjun kepada Kak Irene. Reaksi Kak Irene bahagia.

"Papanya ganteng banget. Ga sabar liat wajah bayinya yaampun."

"Siapa non ayahnya?."

"Rahasia om, bukan saya yang bakal jelasin itu ke kalian." Kata Irene. Aku menghentakan kakiku pelan pelan. Gugup ngumumin siapa ayahnya.

"Ayahnyaaaaa..." gumamku yang didenger sama seluruh oknum yang ada dirumah.

"Choi Yeonjun."

Ibu dan ayah membatu. Duh pasti bakal di bogem si Yeonjun sama my abojie.

"Lah ibu kira si tinggi Soobin." Ucap ibu. Jadi mereka kira aku hamil anaknya Soobin. Yawlah, iya kali aku ngobrol sama Soobin yang tinggi dan populer itu.

"Lah ayah kira si Yohan. Ternyata Yeonjun, ganteng sih tapi ya bakal ayah pukul karena dia macam macam sama kamu. Rumahnya yang itu kan?."

Oalah, gimana ni jadinya.

"Dia belum tau?." Tanya ayah lagi. Aku menggelengkan kepalaku. Kepala ayah merah dan aku mulai panik. Njir, gimana ya. Apa langsung bilang sekarang aja? Atau besok? Yaudah besok aja lah bilangnya.

Tapi kalau misalnya dia di Bogem sama ayahku yang Yeonjun ga tau salahnya apa kan jadi makin serem mikirnya.

"Besok aku kasih tau ke Yeonjun. Ayah tahan yeaaa."

"Jangan sampai ga dikasih tau ya." Ucap ayahku. Aku menganggukan kepala dan memikir gimana cara ngomong hal kaya gini ke Yeonjun.

Harus siapkan mental men.

17 & Pregnant - Soobin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang