Horeeee
Hari ini aku cek kandungan. Perutku udah makin besar, bahkan ibu saranin biar ga usah sekolah. Guru BK sama kepsek ngebolehin tapi akunya yang ga mau.
Karena ga bisa liat Soobin. (Maaf bucin).
"Kak Irene mari kita cek kandungan." Kataku sambil narik tangan Kak Irene. Aku rasa Kak Irene ini lagi sakit karena tanganya lemas gitu waktu aku tarik.
"Pelan ya Yuri." Kata Kak Irene. Aku nurut sama Kak Irene. Dan akhirnya kami jalan pelan pelan ke ruangan dokter kandungan. Keruangan Dokter Nayeon yang super baik.
"Halo lagi nona Irene, Yuri." Kata dokter Nayeon. Dokter Nayeon suruh aku buat tidur di tempat USG. Kami berdua melihat gimana bayinya sekarang.
"Bayinya perempuan. Pasti gemesin." Kata Bu Nayeon. Aku tersenyum dengan Kak Irene.
"Anak kakak cewe dong. Mau kubantuin cari nama anaknya?." Tanyaku. Kak Irene mengangguk pelan. Kayanya keadaan Kak Irene ini lagi ga fit sampai di tanya tanya aja cuma jawab body language.
Biasanya kan langsung dijawab dengan kata kata kalau menyangkut soal bayi.
"Jadi kapan lahiranya Kak Nayeon?." Tanyaku mengalihkan atensiku tentang Kak Irene yang ga fit ini.
"Mungkin dalam kurun tiga bulan lagi. Memang udah seharusnya kamu cari cari nama." Ujar dokter Nayeon. Aku mengangguk dan melihat ke arah Kak Irene lagi.
Selama pemeriksaan, Kak Irene mukanya pucat juga. Apa perlu ke dokter ya. Lagian kan ini dirumah sakit.
"Kakak lagi sakit? Kalau kakak sakit kan aku bisa minta tolong sama orang." Kataku.
"Ih kamu ini, nanti kakak ga tau apa gender bayinya."
"Ya kan bisa aku telfon sih kak. Eh btw kak, aku sebenarnya mau kasih berberapa album ini sama Kak Mino. Tapi kemarin ga jadi karena ada urusan. Kakak mau kasih albumnya ke Kak Mino?."
"Gimana ya Yuri, kakak belum cerita sama kamu"
Kalau denger ucapan Kak Irene ini kayanya Kak Irene sama Kak Mino lagi kelahi.
"Kakak mau cerai sama Kak Mino." Kata Kak Irene. Aku ngelepasin totebag yang aku pegang dari tadi sehingga orang orang liat ke arah kami.
"Hah? Beneran kak?." Kak Irene ngangguk. Kalau alasanya selingkuh buat apa coba. Mereka sama sama cantik dan ganteng. Terus tajir lagi.
"Kenapa?." Tanyaku lagi. Bukan hati Kak Irene aja yang runtuh. Hatiku juga runtuh denger kabar ini.
"Ah aku tanya ajalah sama Kak Mino. Kakak jangan jawab." Ungkapku lagi. Kami keluar dari rumah sakit tanpa sepatah kata apapun. Bahkan di mobil aja yang ada cuma keheningan. Lagu di radio malah jelek semua.
Aku agak kecewa sama mereka berdua. Masalahnya kalau Kak Irene sama Kak Mino cerai, jadi bayinya gimana?
Kalau ga jadi ya ga masalah, tapi kalau jadi ya sama aja Kak Irene single mom.
"Kakak ga masalah kalau kakak besarin bayinya sendiri." Kataku membuka suara di mobil. Kak Irene melihat ke arahku dengan tatapan yang yakin.
"Aku memang mau jadi ibu Yuri, jadi jangan raguin aku." Kata Kak Irene. Aku mengangguk. Finansial Kak Irene itu jauh lebih baik dariku. Tapi kasian banget bayi ini kalau ga ada ayah.
"Kakak masih tinggal sama Kak Mino?." Tanyaku. Kak Irene mengangguk.
"Yaudah kita kerumah kakak dulu, aku mau bicara sama Kak Mino."
• 17 & Pregnant •
Aku langsung keruangan Kak Mino. Disana dia lagi ngumpulin album album yang ada di ruanganya. Berberapa album yang dipilihnya itu dimasukan ke dalam totebag.
"Kak." Sapaku. Kak Mino menoleh kebelakang dan melihat ke arahku. Dia langsung terkejut dan balik arah menghadap ke arahku.
"Aku kira kamu orang lain. Kenapa kesini? Kasian sama Noel?." Tanya Kak Mino. Aku menggelengkan kepalaku. Tawa yang ada di wajah Kak Mino kemudian pudar.
Dia tau maksud aku apa dari gelengan kepalaku.
"Kak, kok gitu sih. Gimana bayinya?" Tanyaku. Kak Mino mengusap kepalanya. Dia kemudian memberikan totebag yang berisi album lagi.
"Aku sering ngasih ini ke kamu karena aku suka musik. Aku lebih pentingin pekerjaan dan hobi aku dibanding membangun keluarga Yuri. Aku kira aku bisa merubah diri. Ternyata aku ga bisa." Jelas Kak Mino.
"Berubah itu sesusah move on kak, tapi lebih susah berubah. Cuma ya kalau niat kan bisa pelan pelan berubah." Jelasku.
"Aku belum siap. Irene itu mau punya bayi. Aku bersyukur dia ga bisa hamil. Dan aku awalnya takut liat dia nyebut nyenut kalau dia punya bayi untuk diadopsi."
"Jadi kakak awalnya ga terima gitu, mungkin ga terima sampai sekarang." Ucapku marah. Kalau ga mau yaudah ga usah. Ga perlu orang tua kaya buat bayi ini. Bayi aku cuma butuh kebahagiaan.
Aku kira Kak Mino sama Kak Irene ini cocok karena mereka itu bahagia. Tapi ternyata oh ternyata.
"Kalau gitu bayinya aku ambil lagi. Bakal aku ganti rugi semua yang kakak kasih buat biayain bayi aku."
"Maaf Yuri, aku—."
"Jangan dong Yuri." Kata Kak Irene yang udah nahan nangis. Dia langsung berlari ke arahku dan memegang pundaku.
"Kakak pengen banget jadi ibu. Kakak tau jadi ibu itu susah kalau umur kamu masih segini. Kakak juga bantu kamu kok" jelas Kak Irene.
Ini masalahnya bukan di akunya. Tapi di masa depan bayinya.
"Kakak DO aja aku di sekolah ga masalah kok kak."
"Kakak juga kasian liat kamu Yuri. Ga tega dan kakak kasih kesempatan simbiosis mutualisme agar kamu ga tertekan kali." Jelas Kak Irene.
Apakah dengan cara single mom bayi ini akan bahagia? Aku ga tau.
"Meskipun ga ada Kak Mino, Kakak bersedia jadi orang tua buat bayi ini." Kata Kak Irene. Matanya udah berkaca kaca. Kalau gini aku merasa kasihan. Dan Kak Mino juga keluarin air matanya.
Beuuh chapter sedihlah ini.
"Oke, yang jelas buat bayi aku bahagia ya kak." Ucapku untuk meyakinkan Kak Irene. Kak Irene mengangguk dan memeluku. Ternyata gini banget dia mau punya anak.
Ah sial, maaf ya Kak Irene.
Kak Mino ngasih totebag yang tadi ada di meja kepadaku. Tentu aja aku terima totebag dari Kak Mino.
"Kita masih teman kan?." Aku melirik ke arah Kak Irene dan Kak Mino. Kesal sih sama Kak Mino. Tapi dia ga sepenuhnya salah juga.
"Masih kak."
"Makasih banget Yuri. Buat Kak Irene jadi ibu yang paling bahagia ya dengan adanya kehadiran kamu." Kata Kak Mino ke perutku.
"Kakak tetap cerai?." Tanyaku kepada mereka berdua. Dua duanya ngangguk. Ah sialan, mau nangis lah liat couple visual ambruk gitu aja.
"Aku mau kasih bayi aku kalau Kak Mino setidaknya ada disamping si Bayi." Kataku. Ga mungkin aku larang mereka buat ga cerai. Aku cuma surrogate mom dan aku cuma mau minta setidaknya si bayi tau siapa ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 & Pregnant - Soobin ✔️
Fiksi PenggemarYuri masih remaja umur 17 tahun harus bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat setelah pesta. Yeaah she's pregnant #2 in Young B #1 in Young B (16/03/2020) #13 in Soobin (10/04/2020) #9 in Soobin (17:04/2020)