Hari ini aku pergi bareng sama Yeonjun. Diliat dari gerak geriknya, kayanya Yeonjun ini makin pendiam. Apa aku salah ya ninggalin dia karena ada Soobin?
"Jun, lo kok jadi hemat ngomong sih? Kenapa? Karena takut gue omelin?." Tanyaku. Yeonjun ga jawab tapi respon dia ketawa. Setidaknya dia ga pokerface lah.
"Maaf gue ga ada selagi perut lu makin membesar." Kata Yeonjun liat perut aku. Otomatis aku liat perutku juga. Dan sekarang aku ga pake baju seragam, aku pake baju biasa tapi harus formal.
Dan karena Pak Wonjae dan Pak Christian yang super baik itu, aku juga boleh pake celana panjang.
"Gimana kabar Bang Mino Sama Kak Irene?." Tanya Yeonjun. Aku udah berhura hura karena akhirnya Yeonjun mau bicara.
"Mereka mau cerai."
"Hah, jadi gimana bayinya?." Ekspresi Yeonjun kaget. Benar benar kaget waktu dia denger kalau Bang Mino sama Kak Irene mau cerai.
"Tetap aku kasih sama Kak Irene. Dia rela jadi single mother kok." Jawabku. Dari wajah Yeonjun, tuh cowo kayanya ga suka sama jawabanku.
"Bayi kita ga hidup bahagia dong kalau gitu."
"Iya sih bener, tapi kalau kita yang ngurus bayinya juga ga bakal hidup bahagia juga." Ucapku. Masalahnya mentalku jadi ibu ini masih belum ada. Masih mau kuliah, dan jalanin masa masa muda sebelum nikah.
"Memang hidup itu ga ada yang bahagia. Tapi setidaknya si bayi dibesarkan sama orang tua aslinya." Kata Yeonjun.
Sekarang pembicaraan kami serius karena satu pertanyaan tentang Kak Mino sama Kak Irene.
"Ya coba aja, bagusan dibilang anak adopsi atau anak hamil di luar nikah?." Tanyaku kesal ke Yeonjun. Tangan Yeonjun udah kuat banget sampai keluar veinya genggam setir mobil.
"Ya itukan salah kita berdua. Lu seharusnya tau dong konsekuensi yang kita lakukan itu gimana." Bentak Yeonjun.
"GUE WAKTU ITU MABUK JUN, MABUK." Teriaku di mobil. Ketika itu juga, Yeonjun berhentiin mobilnya di pinggir jalan. Kayanya kami kesekolah terlambat lah.
"Please Yuri, gua cuma mau bayi itu punya kehidupan yang nyaman. Dimana kaya orang tua lu besarin lu dan masih support meskipun tau anaknya hamil di luar nikah. Gua takutnya karena Kak Irene itu single mother, pikiran dia jadi lebih berat." Jelas Yeonjun.
"Jun, gue belum siap jadi ibu. Gue masih mau merasakan namanya pacaran."
"Memang keputusan terbaik sih buat lu untuk ngasih anak kita ke Kak Irene. Pikiran lu aja masih kaya bocah." Kata Yeonjun. Dia ngendarain lagi mobilnya dan disitu kami ga ngucapin sepatah katapun.
Harus kuakui, Yeonjun marah itu ganteng. Tapi kalau situasinya kaya gini aku jadi bingung sama takut. Kayanya dia serius banget sama pembicaraanya.
Kami ga ngomong sampai di parkiran. Bahkan waktu aku keluar dia pun ga bukain pintu. Kalau orang liat mungkin itu definisi cowo brengsek.
Ketika aku keluar, ternyata udaranya dingin banget. Aku lupa kalau coatku ketinggalan di mobil Yeonjun. Ga berani balik ke mobilnya Yeonjun karena takut di tatap sama dia.
Terpaksalah aku jalan sambil lipatin tangan biar ga dingin kali.
"Jo Yuri." Ucap seseorang. Udah pasti itu Soobin. Dia nyamperin aku dan natap aku bingung. Mungkin karena aku pasang muka yang sedih makanya wajah Soobin juga ikutan sedih.
"Kamu kedinginan ya?." Soobin ngelepasin coatnya dan letakin coatnya ke bahuku. Karena badanya itu tinggi banget. Aku mendongak ke atas liat ekspresi Soobin.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 & Pregnant - Soobin ✔️
Fiksi PenggemarYuri masih remaja umur 17 tahun harus bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat setelah pesta. Yeaah she's pregnant #2 in Young B #1 in Young B (16/03/2020) #13 in Soobin (10/04/2020) #9 in Soobin (17:04/2020)