28⚠ Biang Lala

1.3K 100 15
                                    


Mencintai kekurangannya adalah kelebihanku. Kekurangannya berbeda, seperti sebuah anugrah. Jika dibayangkan, mungkin akan sulit untuk terbayang.

Kehidupanku sudah menyatu dengan dirinya, hingga aku pun buta pada apa yang sebenarnya. Ya, hanya aku yang menyatu dengannya, tidak dengan dia.

Aku memang nampak konyol karena menyebut namanya didalam doa sedangkan dia saja tidak mau tahu. Aku, menyedihkan.

Kata-kata yang ia ucapkan selalu kupercaya, tapi nyatanya hanya bertahan tidak lebih dari satu jam.

Iya, aku bodoh.

-Jung harin 2017/4/8

***

Harin menutup buku-bukunya kemudian menyimpannya dengan rapi bersama buku-buku yang lain. Ia berjalan kesamping tempat tidurnya dan merebahkan tubuh rapuh miliknya.

Ia menghela nafas panjang, sampai kapan ia akan hidup seperti ini? Ia, ingin bebas dan hidup seperti remaja seumurannya. Namun, ia cukup tahu diri jika ia tidak akan pernah bisa menggapai impiannya.

Harin menoleh ke arah pintu ketika ia mendengar ketukan dari luar. Ia bangkit lalu berjalan mendekati pintu kemudian membukanya.

Harin menatap segan orang dihadapannya yang sudah sangat rapi dengan pakaiannya.

Apa lagi ini ya tuhan.

"Bersiaplah, aku ingin mengajakmu keluar"

Harin terkesiap. Ia tidak bisa berkata kata lagi. Roh siapa yang sedang merasuki Kai sekarang?

"Ke-kemana?"
Perasaan Harin kalut. Ia ingin terharu namun ditahannya karena ia tidak tahu akan dibawa kemana.

"Kau akan tahu nanti, sekarang bersiaplah" Ucapnya kemudian berbalik untuk meninggalkan Harin. "15 menit" Lanjutnya sebelum benar-benar menghilang.

Harin tersentak dari lamunannya kemudian buru-buru menutup pintu kamarnya dengan rapat. Ia menyenderkan tubuhnya pada pintu. Jantungnya tidak bisa ia kontrol. Rasanya ia akan segera melompat keluar dari tempatnya.

Tidak ingin membuat Kai marah karena menunggu, ia langsung menuju lemari dan membuat kamarnya seperti kapal pecah.

Katakan saja dia lebay.

Ia memilih gaun biru langit yang ibunya belikan setahun yang lalu tetapi belum sempat ia kenakan.

Syukurlah masih muat.

Dengan kecepatan cahaya, Harin selesai dengan dandanannya. Ia tidak terlalu repot dengan riasan wajahnya karena ia memang tidak suka memakai riasan wajah.

Tidak suka dan tidak bisa itu beda tipis.

Harin menetralkan detak jantungnya sebelum turun untuk menemui Kai yang menunggunya. Entahlah, ia sangat gugup sekarang.

***

"Kai"

Suara lembut Harin mengintrupsi Kai yang sedang fokus dengan ponselnya. Kai mendongak, meneliti setiap inci dari tubuh Harin, sempurna.

Hard with You⚠ | Kai ExoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang