Happy baca:)
Yang puasa angkat tangan dunks biar acu tau siapa ae yang puasa disini
Dah ya byeeeeeee😚
◐.̃◐
----------------
Di sana, di ruangan yang cukup besar dengan tembok kokoh berwarna putih yang hanya di isi oleh satu meja, dan beberapa kursi. Suasa gelap nan sunyi mengisi volume ruangan tersebut.
Pemuda yang tengah duduk disalah satu kursi itu merasa gelisah setiap kali ia harus berkunjung diruangan yang sangat gelap ini. Jari jemarinya terus bertautan mencoba menyalurkan kekuatan satu sama lain. Raut wajah yang begitu berbeda dari biasanya dan hembusan nafas yang begitu gusar membuat siapa pun yang melihatnya merasa pemuda itu tengah berhadapan dengan suatu masalah yang tidak bisa ia selesaikan.
"Kau sudah datang rupanya" Ujar seorang wanita dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya yang mulai berkeriput. Wanita parubaya yang mungkin berumur sekita 30an tahun itu duduk dihadapan pemuda itu kemudian mengeluarkan beberapa lembar kertas dari laci mejanya.
Pemuda yang kini tidak sendiri dalam ruangan itu tersenyum samar untuk menutupi kegugupannya. Ia menggigiti bibir bawahnya mencoba untuk menahan rasa gugup yang terus menghinggapinya.
"Dokter bagaimana dengan kondisi saya?" Ujarnya tiba tiba. Wanita yang dipanggil Dokter itu pun mendongak, menatap dengan lembut pemuda didepannya. Entahlah tatapan itu seperti tatapan seorang ibu kepada anaknya.
"Bagaimana perasaanmu?" Timpal Dokter itu. Pertanyaan yang seharusnya berupa pernyataan itu membuat pemuda itu menaikan kedua alisnya. Ia tahu maksud dari pertanyaan itu tetapi ia bingung dengan jawaban yang harus ia katakan.
"Kau tidak tahu jawabanmu?" Tanya Dokter itu lagi. Pemuda itu mengangguk kecil sebagai jawaban "Tida apa apa, kalau begitu jawab saja pertanyaanku okay?" Setelah mendapat anggukan persetujuan dari sang empu, Dokter itu kemudian memulai pertanyaannya.
"Apa kau masih merasa gusar ketika kekasihmu tidak berada didekatmu?"
"Entah, tapi aku merasa sudah tidak terlalu seperti dulu" Jawabnya ragu. Dokter itu tersenyum.
"Bagaimana ketika kau melihatnya bersama dengan laki laki lain selain dirimu?" Tanya Dokter itu dengan sesekali ia menuliskan sesuatu pada selembar kertas dihadapannya.
"Aku masih sulit mengendalikan diriku entahlah aku merasa amarah dan benci selalu dapat menguasaiku. Aku sudah berusaha untuk mengendalikannya namun aku selalu gagal"
Lagi lagi dokter itu tersenyum.
"Kau masih suka bermain fisik dengannya?"
Pemuda yang tadinya selalu menunduk kini mencoba menatap mata dokter dihadapannya. Matanya memerah dengan kedua tangan yang masih setia bertautan satu sama lain. Ia menghela nafas kasar sebelum menjawab pertanyaan dokter itu.
"Beberapa hari ini aku tidak menyentuhnya, aku mencoba menciptakan jarak antara kami agar aku tidak melukainya seperti dulu. Aku selalu merasa marah saat melihatnya dengan laki laki lain lalu untuk melampiaskan amarahku, aku menyakitinya dengan tanganku.." Terdengar isakan dari bibirnya, ia tak sanggup jika harus menceritakan semua perbuatan kejinya kepada kekasihnya pada orang lain karena itu tidak manusiawi "Tapi... Tetapi saat setelah aku menyakitinya aku merasa sangat bersalah, aku a-aku tidak tahu apa yang baru saja aku lakukan. Emosi, amarah, dan juga kebencian selalu dapat menguasai diriku. To-tolong bantu aku keluar dari masalah ini"
Ketahuilah, siapa pun yang mendengar suara putus asa pemuda itu pasti akan merasa sangat iba padanya.
...............
"Tidak boleh" Tegas seseorang di sana, di kamar yang di dominasi warna pink soft dengan berbagai hiasan yang berwarna pink.
"Tapi kak Mama sama Papa kan udah pulang" Timpal seorang lainnya. Terdengar jelas nada memohon dari suaranya.
"Mama sama papa memang sudah pulang tapi kamu mau pergi sendiri? Nggak kakak nggak setuju"
Harin merasa kesal terhadap Jeno, ia takut akan terjadi sesuatu jika Jeno pulang ke Rumahnya sendiri. Ia selalu menganggap Jeno adalah adik kecil yang harus selalu ia lindungi sampai kapan pun, padahal jika kita bandingkan Harinlah yang harus dilindungi Jeno. ㅋㅋㅋ
"Jeno bukan anak kecil lagi kak, lagian kemarin Sungwon pulang sendiri nggak kakak larang kok sekarang Jeno dilarang sih?" Ujar Jeno dengan sesekali menggerutu.
"Sungwon itu beda No, dia sudah biasa bolak balik dari Rumahnya ke Rumah ini jadi kakak udah nggak khawatir ditambah lagi Sungwon biasa mengikuti balapan dan sering keluar malam jadi kakak nggak terlalu khawatir" Timpal Harin kemudian.
Di lain ruangan, Kai yang baru saja memasuki Rumah mengerutkan keninganya karena tidak melihat Harin, biasanya Harin akan duduk disofa ruang tamu sembari menonton tv untuk menunggu Kai pulang .
"Dimana dia sekarang?" Gumamnya hampir tak terdengar.
"Sungwon itu beda No, dia sudah biasa bolak balik dari Rumahnya ke Rumah ini jadi kakak udah nggak khawatir ditambah lagi Sungwon biasa mengikuti balapan dan sering keluar malam jadi kakak nggak terlalu khawatir"
Suara yang terdengar familiar itu mengalihkan perhatian Kai. Mata kai tertuju pada salah satu ruangan yang terletak disebelah ruangan kamarnya. Kai tersenyum, kecil sekali, hampir tidak terlihat. Langkah kakinya membawanya menuju kamar Harin, dengan senyuman tipis nan menawan yang bisa memikat siapa pun Kai memasuki ruangan tersebut.
"Kalian sedang apa?"
Suara yang begitu berat dengan raut wajah yang tidak seperti biasa membuat perhatian seisi ruangan tertuju padanya."Kalian sedang apa?" Ulangnya kemudian karena tidak mendapat satu jawaban pun dari dua orang yang ada di depannya ini.
"Oh bang ini kak Harin nggak ijinin aku buat pulang sendiri sekarang, padahal kan mama sama papa udah balik dari luar Kota masa Jeno terus terusan numpang sama kalian berdua" Jelas Jeno yang kemudian mendapat sikutan lengan dari Harin.
"Ish diem aja" Bisik Harin pada Jeno tetapi masih bisa terdengar oleh Kai.
"Harin benar No, besok juga kan bisa kenapa harus malam ini?" Tanya Kai pasalnya Jeno bukan orang yang terlalu suka keluar dimalam hari dan sekarang ia ingin pulang malam malam ke Rumah orang tuanya? Yang benar saja.
"Aish, kak aku kan udah bilang alasannya toh mama sama papa udah nyuruh aku pulang kok" Ucapnya dengan sedikit kesal.
"Ya sudah, kalau kamu kekeuh ingin pulang biar gue yang antar" Final Kai "Harin jangan lupa kunci jendela, pintu sama pagar aku akan mengantar Jeno kerumahmu dulu" Ujar Kai lalu mendekat ke arah Harin, Jeno melirik Harin sekilas kemudian sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, ia lantas keluar dari kamar dan memberikan waktu untuk pasangan itu untuk berbicara.
Kai mengacak pelan rambut Harin lalu menyelipkan beberapa helai rambut pada kedua telinga Harin "Jaga dirimu baik baik dan tidak usah membuatkan makan malam untuk ku kali ini, aku akan makan di luar" Kai mengecup singkat dahi Harin kemudian berjalan keluar mengikuti Jeno yang sudah terlebih dahulu keluar.
"a-apa yang dia lakukan?"
"Terkadang apa yang ingin kita lakukan berbeda dengan yang akan kita lakukan, setiap hati pun begitu terkadang enggan untuk mengikuti sang pemilik"
----------------
TbcHai annyeong gaiseuuuuuu:*
Hope you enjoy with my story/Idih asw author inggris/
Ya pokoknya kamsha udah satey sama satory akyuuuu:**
Kalo ada typo ya maapqeun:*
Istri sah Pcy❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard with You⚠ | Kai Exo
أدب الهواة#1 sungwon (17/2/2020) 📍13th+ Harin, wanita yang selalu diperlakukan seperti se'ekor binatang oleh Kai Kai, pria yang tidak pernah sama sekali menghormati se'orang Harin seperti seorang perempuan ⚠Bahasa Baku⚠ *tapi kalau lagi khilap ya maapqeun T...