5

21.1K 2.9K 124
                                    

Wooyoung terbangun di tengah malam. Matanya membuka dengan pelan karna kantuk yang masih mendera. Ketika sudah terbuka sempurna, mata sipit itu membola melihat sosok yang berada di hadapannya.

Rona merah menjalar di pipi gembul milik wooyoung hingga ke telinga. Wajah tampan, dan rahang yang tegas milik san menjadi pemandangan indah setelah sesaat ia membuka matanya.

Senyuman tipis terukir di bibir wooyoung, mengingat siang tadi san yang menggendongnya. Degupan jantungnya yang masih terasa kencang sedikit membuat wooyoung bingung dengan dirinya sendiri.

Setelah beberapa saat menikmati indahnya wajah san, wooyoung merasa haus. Ia bangkit perlahan agar tidak membangunkan sang alpha yang sedang tidur di sampingnya.

Bibirnya membuat ringisan kecil karna lupa kakinya dalam keadaan terkilir. Maka dengan pelan wooyoung berdiri dan mulai melangkah keluar dari kamar miliknya.

Butuh waktu yang lama ia untuk menemukan pelayan karna waktu sudah menunjukan tengah malam dan pelayan sudah pasti beristirahat.

Wooyoung membawa kakinya perlahan memasuki lorong utama, dan ia terkejut karna sebuah tepukan di bahunya.

"Wooyoung?"

Wooyoung berbalik, dan ia menemukan sosok mingi yang masih segar di lorong.

"Wooyoung? Kau mau kemana?" tanya mingi.

"Aku haus, tadinya aku menunggu pelayan datang. Tapi sepertinya mereka sudah beristirahat, jadi aku mau pergi kedapur."

"Lalu kemana san?"

"Dia sedang tidur, tidak enak jika aku membangunkannya"

"Kalau begitu, duduk lah disana. Aku akan mengambilkan air untukmu" ujar mingi sambil menunjuk sebuah tempat duduk diujung ruangan.

Beberapa saat kemudian, mingi datang dengan dua gelas berada di genggamannya berisi minuman untuk wooyoung dan dirinya.

Wooyoung meraih gelasnya dan meneguknya perlahan. Lalu ia meletakan kembali gelasnya.

"Apa kau lapar? Mau kubuatkan makanan sekaligus?" tanya mingi.

Wooyoung menggeleng, "tidak perlu mingi, terima kasih"

Mingi mengangguk, "bagaimana kakimu?"

"Sedikit lebih baik, tabib istana ini pasti sangat hebat" ujar wooyoung juga sekaligus memuji, biasanya wooyoung perlu beberapa hari untuk menyembuhkan cederanya. Namun dalam beberapa jam saja kakinya sudah merasa lebih baik.

Mingi terkekeh, "bukan tabib. Tapi san"

Wooyoung melotot tak percaya, "san?"

"Dia yang menggendongmu hingga istana. Sampai kau tertidur dan tidak sadar kalau dia juga yang mengobatimu" jelas mingi.

"Ahaha, aku sedikit tak percaya mingi. Ketika aku jatuh, dia mengataiku bodoh. Diperjalanan dia mengataiku gendut. Tapi dia yang mengobatiku? Sedikit kurang bisa dipercaya rasanya" jelas wooyoung.

"Ah iya, tapi bagaimana bisa kau sampai di bukit itu?"

"Bukit?"

"Bukit dimana kau bertemu dengan san"

Wooyoung meringis kecil, "ah ituu…"

Mingi menatap wooyoung penasaran, benar benar penasaran kenapa omega ini bisa menemukan tempat itu. Dan bertemu dengan san disana.

"Aku hanya bosan di istana, tidak ada yang bisa ku lakukan. Akhirnya aku berjalan keluar dan masuk kehutan lalu tiba dibukit itu" jawabnya.

Mingi mengangguk paham.

alpha, woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang