18

20.5K 2.5K 140
                                    

pertarungan tak terhindarkan. dua kubu saling menyerang, hingga membunuh dengan sadis. pertarungan menjadi sengit karna dua kubu sama sama berada dalam puncak kekuatan masing masing

semua diluar dugaan pemimpin pack. mereka tak menduga malam inilah rogue menyerang dan ternyata jumlah rogue lebih banyak dari yang diperkirakan.

sedikit kewalahan schout bertarung tapi bukan berarti mereka menyerah begitu saja. serigala serigala liar ini harus di habiskan tuntas, agar tidak membahayakan penduduk lagi.

san memasuki hutan dengan perasaan begitu cemas. tak ada tanda tanda dari wooyoung bahkan sekedar aroma nya yang tertinggal pun membuat san lebih frustasi.

dengan keadaan malam yang cukup gelap membuat san harus lebih fokus lagi mencari keberadaan sang omega. langkahnya ia bawa lari memasuki hutan lebih dalam hingga ia mencium sesuatu yang tidak asing baginya.

san melangkah perlahan, berjaga jaga jika ada rogue yang bisa menyerangnya dari sudut mana saja.

hari semakin larut, juga san yang semakin kalut karna wooyoung belum juga ia temukan. mulutnya tak henti henti berteriak memanggil sang omega berharap wooyoung mendengarnya.

nafas sang alpha terengah engah karna terus berlari didalam hutan. air matanya tak tertahankan jatuh mengaliri pipinya. kekhawatirannya semakin membuncah, ia berharap semoga wooyoung sedang bersembunyi disuatu tempat yang aman.

san mengedarkan pandangannya kesekitar, melihat celah celah pepohonan yang menjulang tinggi. san terkesiap ketika indra penciumannya menyadari sesuatu yang tak asing baginya. langkahnya ia percepat menelusuri aroma itu.

hampir hilang kewarasan seorang choi san ketika melihat pemuda manis tergeletak tak jauh darinya penuh dengan darah disekujur tubuhnya. san menatap tak percaya ketika melihat wooyoung dalam kondisi yang terluka parah.

"wooyoung.." lirihnya bahkam hampir tak bersuara.

matanya meloloskan air mata begitu saja tanpa ia sadari. san terduduk disamping wooyoung, tangannya ia raih kepala sang omega untuk ia sandarkan pada tubuhnya.

teriakan dari mingi ia hiraukan karna sekarang wooyoung berada dalam kondisi jauh dari kata baik baik saja.

"wooyoung, hei? kau masih bisa mendengarku?"

namun tak ada jawaban dari sang omega. mata cantik itu terpejam dengan darah yang mengalir dari keningnya. tanpa pikir panjang san menggendong sang omega menjauhi tempat tinggalnya dan kembali ke istana.

wooyoung harus segera di obati karna luka nya terlalu parah. dan jika ia terlambat menemukan wooyoung tadi, kemungkinan ia akan kehilangan orang yang sangat sayangi kedua kalinya. dan sungguh, san tak ingin menyesal untuk kedua kali nya.

"bertahan wooyoung, bertahan untukku..."

•••

sampai di istana san dengan cepat meletakan tubuh wooyoung yang terkulai lemas diatas ranjangnya, ia berteriak memanggil para tabib dengan panik.

setelah tabib masuk ia keluar dari kamar itu dengan perasaan yang kalut. san terduduk di depan pintu kamar, ia melihat kedua tangannya yang penuh akan darah wooyoung. ia menyesal, sungguh sungguh menyesal.

andaikan saja ia kemarin membujuk wooyoung untuk kembali ke istana, tak mungkin wooyoung berada dalam kondisinya sekarang.

andaikan saja ia tak bersikap lebih tegas lagi, tak mungkin wooyoung akan pergi dari istana dan berakhir ia melihat wooyoung terluka parah seperti ini.

andaikan waktu bisa diputar, ia tak akan bersikap bodoh membuat kesalahan yang dulu hampir terulang kembali.

sayangnya semua hanya harapan semu san, nyatanya ia terlambat membujuk wooyoung membuat sang omega dalam kondisi yang buruk. nyatanya ia terlalu bimbang dengan perasaannya membuat wooyoung terluka parah seperti ini. nyatanya waktu tidak bisa diulang, dan dirinya mengulang kesalahan yang sama kepada orang yang ia sayangi.

sang ibu dengan raut wajah panik menghampiri sang anak yang terduduk di depan kamarnya yang terisak pelan. ia bawa sang anak dalam pelukan hangat seorang ibu, mencoba menenangkan anaknya.

"ibu, ibu... aku terlambat bu.." ujarnya disela isakannya.

sang ibu tersenyum kecut, ikut merasakan kepedihan sang anak. tangannya ia bawa mengelus punggung yang bergetar karna tangisannya.

"aku hampir kehilangan wooyoung, hampir saja ia meninggalkanku..."

"choi san, wooyoung akan baik baik saja..."

semua kalimat penenang yang ibunya lontarkan tak berpengaruh. san tetap tenggelam dalam penyesalannya. sulung choi terisak dalam rengkuhan sang ibu, mengutuk semua perbuatan bodoh dirinya.

"sayang, semuanya akan baik baik saja. wooyoung akan kembali bersama kita." ujar sang ibu.

isakan san mulai mereda, ia mencoba bangkit menatap pintu coklat di depannya. tangannya ia raih membuka pintu kamar yang menjadi tempat wooyoung dirawat.

ada beberapa tabib didalam sana, dan ia bisa melihat wajat pucat wooyoung dengan beberapa luka di wajahnya.

"apa wooyoung baik baik saja?" lirih san

salah satu tabib mendekat kearah wooyoung, menunduk hormat lalu tersenyum simpul.

"beberapa luka ditubuhnya sangat parah. butuh waktu lama untuk dia benar benar pulih. untung saja alpha cepat membawanya, jika tidak mungkin wooyoung tidak akan bersama kita lagi"

helaan nafas berat keluar dari sang alpha,
"terima kasih, kalian boleh pergi."

para tabib itu segera keluar dari kamar sang alpha. san membawa langkah kakinya mendekati omega yang terbaring tak berdaya diranjangnya.

tubuh bagian atas wooyoung hanya ditutupi selimut karna luka yang bertebaran. lagi lagi ia melihat wooyoung terbaring seperti ini, dan lagi lagi ini semua akibat ulahnya sendiri. dia yang bertindak tapi wooyoung yang terkena imbasnya.

wajah wooyoung benar benar pucat seakan tak ada darah yang mengalir. luka luka dikeningnya masih menganga dan ditempeli beberapa ramuan obat.

san mendudukan dirinya tepat disamping wooyoung. ia raih tangan kecil wooyoung lalu menggenggamnya, membuat hangat tangan yang terasa dingin itu.

"aku tau aku terlambat. maaf, lagi lagi aku membuatmu terluka." lirihnya.

mata san memandang lurus mata indah yang terpejam itu. hatinya seakan tertimpa batu besar melihat wooyoung dalam keadaan tak sadarkan diri seperti sekarang.

seminggu lebih tak bertemu ia kira pertemuan mereka akan indah, namun sebaliknya ia sangat membenci situasi ini tak ada indahnya sama sekali.

"aku terlambat menyadarinya, bahwa sebenarnya aku telah jatuh padamu. aku--"

san kembali terisak, ia tak sanggup melanjutkan kalimatnya. perasaan menyesalnya semakin besar sekarang.

"jangan pergi ya? aku membutuhkanmu disini.."











*TBC*

*TBC*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



ternyata aku sempat double update, hihi special buat kalian deh❤️❤️, sorry ya kalau dri kemarin banyak typo soalnya nulisnya buru buru:')

alpha, woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang