20

21.5K 2.4K 217
                                    

san menyendokkan bubur dan menyuapkannya kepada wooyoung. wooyoung belum sepenuhnya bisa menggerakan tangannya, sehingga ia masih harus dibantu untuk hal hal kecil seperti makan dan minum.

suasana kamar itu hening, keduanya tak ada yang berbicara hanya ada suara dentingan sendok dan mangkuk. san menatap kedua pipi wooyoung yang terlihat gembung karna makanannya merasa gemas.

"dimakan, jangan dimainin." ucap san.

"aku sudah kenyang, sudah ya?." jawab wooyoung dengan pipi yang masih menggembung.

"kau makan baru beberapa sendok saja, bahkan tidak ada setengah."

wooyoung menatap san dengan mata yang berbinar binar, agar san mau menurutinya. perutnya benar benar penuh sekarang. dan terbukti, tatapan seperti anak anjing itu membuat san luluh.

"baiklah." san meletakan mangkunya dimeja kecil disamping ranjang mereka.

"apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya san.

wooyoung menggeleng kecil, ia tidak ingin apa apa selain cepat sembuh sekarang.

san menatap raut sendu milik wooyoung. ia tau betapa tersiksanya sang omega hanya bisa berdiam diri dikamar dengan waktu yang lama. ia merasa bersalah karna membuat wooyoung yang ceria harus mendekam di bilik kamar seperti ini.

san membawa tangannya menyisir untaian rambut hitam milik wooyoung dan ia sampirkan kebelakang telinga sang omega. ditatapnya wajah yang masih sedikit pucat itu lalu tersenyum simpul.

"maaf ya, karnaku kau seperti ini." ucapnya lembut.

"aku bosan mendengar permintaan maafmu tau."

wooyoung mengambil tangan san, ia genggam tangan besar itu dan mengulas senyum manisnya.

"tak perlu minta maaf. aku sekarang sudah merasa lebih baik. hanya beberapa hari lagi aku sudah sepenuhnya sembuh, jangan merasa bersalah lagi." ujar wooyoung.

san tak bisa menyembunyikan perasaan leganya. beberapa hari ini ia dibaluti perasaan bersalah membuat wooyoung terluka lagi dan lebih parah. namun wooyoung selalu membalasnya dengan ucapan ucapan menenangkan untuknya.

"san, aku ingin bertanya padamu."

"hmm?"

"beberapa hari ini aku merasa kak seonghwa terus bersama alpha hongjoong. bahkan beberapa kali alpha hongjoong menemani kak seonghwa kesini."

"bukan kah itu sudah jelas?"

"jelas?" kening wooyoung bertaut, apa maksudnya?

san terkekeh melihat reaksi wooyoung, terkadang wooyoung menjadi orang yang dewasa dan polos disaat yang berbeda.

"bukan kah sudah jelas kalau hongjoong menyukai kakakmu?"

wooyoung tampak berpikir sebentar, lalu ketika semuanya nampak nyambung ia tersenyum lebar, ah akhirnya ada juga yang menyukai kakaknya itu. ia merasa tak sopan ketika melangkahi kakaknya menikah kemarin.

"aku juga.."

wooyoung menatap san heran, "aku juga apa?

"aku juga menyukaimu."

bisa dipastikan wajah wooyoung memerah sempurna mendengar pengakuan tiba tiba dari san.

san mengambil kedua tangan wooyoung. ia genggam tangan yang sangat pas di genggamannya itu.

"wooyoung, aku ingin mengulang semuanya dari awal. mengulang hubungan kita pada layaknya sebagai pasangan tanpa ada yang di tutup-tutupi lagi. aku ingin kita bisa menjalani ini bersama. di masa depan, aku ingin menjadi suami dan seorang ayah? mungkin? aku ingin menjadi pria yang dibanggakan oleh pasanganku dan anak anakku nanti."

wajah wooyoung sekarang seperti kepiting rebus. diperutnya terasa banyak kupu kupu yang berterbangan menggelitik dirinya.

"mau?"

tentu saja wooyoung mau. ia mengangguk kecil, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya terlalu malu dengan wajahnya yang memerah.

san terkekeh, ia menarik pelan wooyoung dan ia bawa kedalam pelukannya. tak lupa ia mengucapkan terima kasih karna wooyoung bersedia membangun kembali hubungan mereka menjadi lebih baik lagi.

••

seonghwa tersenyum ketika melihat adiknya berada dalam papahan san berjalan mendekatinya. sekarang ia tengah duduk di taman bersama mingi, hongjoong dan yunho.

"wooyoung, akhirnya keluar juga." ujar sang kakak.

wooyoung mendudukan dirinya di salah satu kursi yang membentuk lingkaran dengan meja ditengahnya.

"aku bisa mati bosan didalam kamar, san selalu melarangku keluar." jawabnya.

san memutar bola matanya malas, "wooyoung, kau masih sakit. aku juga tidak tega melihatmu diam dikamar terus, tapi aku tidak bisa melihatmu kesakitan lagi. jadi jangan heran kenapa aku bersikap seperti ini, karna demi dirimu juga."

mingi mendengarnnya hanya mencibir kecil, "kalau aku yang sakit, tidak pernah kau seperhatian itu kepadaku. padahal kita sudah bersama begitu kama"

san menatap nyalang mingi, "apa urusannya denganku? kau mematahkan kakimu tapi masih bisa berlari keliling istana. lagipun, hanya membuang waktu ku saja."

"sudah, apa tidak malu bertengkar hei?" ujar wooyoung menghentikan adu argumen dari san dan mingi. biasa sudah ia mendengar kedua saudara ini meributkan hal hal sepele seperti sekarang.

posisi duduk mereka sekarang membentuk lingkaran, yaitu wooyoung, san, hongjoong, seonghwa, yunho, lalu mingi.
jadi wooyoung sekarang berada ditengah tengah antara san dan mingi. bisa dibayangkan bagaimana ributnya mereka?

"lagipun aku melakukan itu kan pada pasanganku sendiri." san masih melanjutkan kalimatnya yang membuat mingi kembali terpancing.

"yaa!! aku ini saudaramu." saut mingi.

"lalu? kau itu cari saja pasangan sendiri sana! tidak liat? hanya kau disini yang tidak punya pasangan!"

"yunho juga masih sendiri, kalian berdua saja sana." sela hongjoong.

dan reaksi keduanya membuat yang lain tertawa. mingi membulatkan matanya dan yunho hampir tersedak minumannya.

"aku? sama omega garang seperti dia??" tanya mingi.

yunho yang tidak terima dikatakan garang menyaut, "siapa juga yang mau sama alpha
seperti kau! tidak ada untungnya."

"yaaa!!"

"berhenti!"

seonghwa menghela nafasnya ketika melihat pertengkaran yang terlalu kekanakan seperti ini. inilah kenapa ia tidak ingin tinggal di istana, hal hal kecil seperti ini akan diributkan.

san berdecih kecil, "memang benar yang yunho katakan, siapa yang bisa tahan sama alpha keras kepala sepertimu."

ucapan itu membuat wooyoung menepuk keras paha sang alpha hingga membuatnya mengaduh sakit.

"kalian sama saja, tidak usah ribut ribut. choi san jangan membuat keributan hmm."

choi san? menutup mulutnya rapat, tak ingin mendengar wooyoung mengomel lebih jauh. alpha itu melengus, membuat sang omega hanya menggelengkan kepalanya.










*TBC*

Sorry banget telat up. aku seharian banyak tugas dan perang sama kalkulus. susah banget kalkulus gak ngerti sama sekali:')

alpha, woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang