6

24K 2.8K 132
                                    

Wooyoung menuangkan bubuk putih kedalam cangkir minumannya. Bukan apa, hanya bubuk untuk menekan feromonnya yang sudah mulai menguar supaya tidak terlalu keluar.

Sudah beberapa hari dirinya merasa heatnya akan segera datang. Dari badan wooyoung yang sering merasa panas dan sulit dikontrol.

Wooyoung bukan pertama kalinya menghadapi heatnya, ini yang kedua. Heat pertamanya ia lewati dengan bantuan ramuan dan mengunci diri dikamar.

Tangan wooyoung mulai mengaduk minumannya dan meneguknya perlahan. Helaan nafas berhembus dari wooyoung. Ia membawa kakinya menuju arah ranjang dan mendudukan dirinya dipinggirannya.

Cklek

Wooyoung menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka. Diujung pintu, dengan gagahnya san memasuki kamar mereka membuat senyum wooyoung terukir dengan manis.

"San?" panggilnya lembut.

Sang alpha menoleh sekilas, di lihatnya wooyoung yang tersenyum manis kepadanya. Tanpa menjawab panggilan wooyoung, san langsung berbaring karna terlalu lelah bahkan sekedar untuk berbicara.

Dua hari lalu, san meninggalkan istana untuk bertemu dengan beberapa pemimpin pack lainnya dan baru kembali hari ini. Tidak ingin menganggu istirahat san, wooyoung lebih memilih keluar dari kamar membiarkan sang alpha menikmati tidurnya.

Hari ini wooyoung berencana mengunjungi kakaknya. Sudah lama tidak bertemu rasa rindu yang menggebu dan sekaligus meminta bubuk tambahan untuk dirinya.

Memakan waktu yang lama untuk dirinya sampai di rumah kakaknya. Tentunya tidak sendiri, dengan beberapa guards menemani wooyoung selama perjalanan.

Sampai di rumah seonghwa, wooyoung memeluk kakaknya erat. Pertemuan yang membuat keduanya saling melepas rindu satu sama lain. Dulu keduanya tidak pernah terpisah. Ketika seonghwa pergi kesuatu tempat, wooyoung selalu mengikuti kakaknya dan begitu pun sebaliknya ketika wooyoung keluar dari rumah seonghwa selalu menemani sang adik.

"Wooyoung, apa kau baik baik saja?" tanya seonghwa. Sang kakak menyentuh rambut hitam milik wooyoung, mengusapnya dengan pelan. Keduanya tengah duduk di ruang tengah kediaman orang tua mereka. Hanya seonghwa yang tinggal disini sendiri. 

Wooyoung mengangguk kecil.

"Apa heat mu akan datang?"

Lagi lagi wooyoung menganggukan kepalanya. "Aku kesini mau minta bubuk itu lagi kak, persediaan yang kubawa sudah habis"

"Kenapa meminta? Bukan kah ada san yang akan membantumu melewati heat?"

Wajah kecil wooyoung memerah mendengar ucapan kakaknya. "Sepertinya tidak mungkin" jawabnya.

"Apa nya yang tidak mungkin wooyoung?"

Helaan nafas wooyoung membuat seonghwa mengerutkan dahinya. "Kami bersama bukan karna kemauan, karna terpaksa baginya dan balas jasa bagiku."

Jawaban wooyoung membuat seonghwa merasa bersalah. Ia bisa melihat sang adik menekuk bibirnya, bersedih atas takdir yang menimpa keduanya.

"Wooyoung, apa san baik pada mu?"

Wooyoung sedikit tergelak, ia terdiam memikirkan apa jawaban yang ia harus keluarkan. Jika di pikir kembali, san bukan tidak baik kepadanya. Buktinya saat ia terjatuh kemarin san lah yang menggendongnya hingga sampai di istana. Hanya saja alpha itu dinginnya sungguh terlalu, sikap dingin, tidak punya ekspresi dan wajah datar yang selalu di tampakkan sehari hari.

"Dia baik, hanya saja sikapnya sedingin es. Aku heran kak, kenapa bisa ada orang sedingin dirinya. Wajahnya sama sekali tidak mempunyai ekspresi, dan sikap dinginnya membuat para guards takut kepadanya. Padahal ayah dan ibunya orang yang hangat pada ku." jawab wooyoung. Keluhan demi keluhan keluar dari bibir mungil, mengatakan segala keanehan san menurut dirinya sendiri.

Seonghwa terkekeh, "mungkin ada suatu alasan dibalik semua itu, wooyoung. Jangan berprasangka buruk, mengerti?"

Seonghwa sepertinya menyadari sesuatu ketika wooyoung berbicara tentang san. Bagaimana adiknya itu terlalu semangat membicarakan sang alpha di depannya. Senyumnya terulas mengingat adik kecilnya ternyata sudah dewasa, walau terkadang masih bersikap seperti anak anak.

"Wooyoung, apa kau menyukai san?"

Wooyoung yang tengah makan langsung tersedak karna pertanyaan kakak nya. Dengan cepat seonghwa mengambil gelas berisi air dan memberikan kepada adiknya.

"Kakak kenapa bertanya begitu? Aku hampir mati tadi kak…" tanya wooyoung. Dadanya masih kembang kempis menghirup udara sebanyak banyaknya.

"Penasaran saja, kau bercerita tentang san begitu semangat. Sepertinya…" seonghwa menghentikan ucapannya lalu melihat wooyoung dengan tersenyum, bermaksud menggoda sang adik.

"Kakakk…" rengek wooyoung. Bibirnya mengerucut maju, entah merasa kesal atau malu karna pertanyaan kakaknya.

"Iya maaf. Kakak buatkan bubuk dulu buatmu, lanjutkan saja makannya"

Setelah selesai, seonghwa kembali dengan sebungkus bubuk yang ia letakan dikantung berwarna coklat dan memberikanya kepada sang adik.

"Kak, aku pulang dulu ya. Kapan kapan aku berkunjung lagi kesini." pamitnya.

"Iya, kalau perlu kakak yang akan berkunjung ke istana."

Sebelum pergi, wooyoung menyempatkan memeluk kakaknya sebentar. Dan seonghwa hanya terkekeh gemas melihat tingkah sang adik.

•••

Entah berapa lama san tidur, hingga sadar tidak ada siapapun di dalam kamar. Sudah tengah malam namun seseorang yang harusnya berada satu ruangan dengannya sama sekali tidak menampakkan diri.

Hingga tak lama san mendengar ketukan pintu dikamarnya membuat ia mau tak mau berdiri dari posisi nyamannya dan membukakan pintu.

Penciumannya sedikit menajam karna aroma manis yang kuat entah berasal dari mana ia cium.

Dan ketika ia membuka pintu, matanya membulat sempurna menemukan wooyoung yang berada dalam papahan mingi dengan tubuh yang lemas.

Ternyata feromon manis yang ia cium tadi milik wooyoung. Dan san semakin frustasi ketika feromon itu semakin menguat membuat dirinya pusing dan memancing nafsu nya.

"Ada apa dengan dia?" tanya san setelah membaringkan wooyoung diatas ranjang.

"Tadi pagi dia berkunjung kerumah kakaknya, dan dalam perjalanan pulang beberapa rogue mengejarnya karna feromon. Sepertinya dia sedang atau mau heat" jelas mingi.

San memutar kepalanya melihat wooyoung yang masih terpejam di ranjang lalu menatap sepupunya lagi. Dan tak lama mingi keluar dari ruangan milik san.

San mencoba tenang walaupun sulit karna aroma manis milik wooyoung yang berputar di sekitarnya. San mendekati wooyoung perlahan, dan ia bisa melihat bagaimana wooyoung berkeringat dan bergerak gelisah dengan mata yang terpejam.

San membawa tangannya menyentuh dahi wooyoung, dan saat itu juga wooyoung membuka matanya. Menatap san dengan mata sayu dan menggoda, wooyoung mencoba meraih tangan san dan meletakannya di pipi miliknya.

"T..tolong…"

Pikiran san mulai kacau. Tatapan yang wooyoung berikan padanya membuatnya ingin menerkam wooyoung saat itu juga. Feromon manis yang menguar membuat san semakin tergoda.

"S..san… tolong…" ujar wooyoung masih mengenggam tangan san.

Dan sang alpha, kehilangan kendalinya.









*TBC*

*TBC*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
alpha, woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang