15

20.7K 2.5K 330
                                    

san menatap wooyoung yang sedang duduk sendirian di dapur dengan sepiring makanan berada di meja depannya. dilihatnya wooyoung hanya melamun, tangannya mengaduk aduk makanan itu tanpa menyuapkan kemulutnya.

langkahnya membawa dirinya mendekati sang omega. wooyoung sedikit terlonjak karna tidak sadar san mendekatinya.

"kenapa tidak dimakan?" tanya san.

wooyoung tersenyum kecil, "aku sudah kenyang."

wooyoung bangkit dari duduknya, hendak pergi dari sana. namun san lebih cepat menahan pergelangan tangannya.

"wooyoung, kau boleh marah padaku, atau kau boleh mukulku. tapi jangan mendiamkan aku seperti ini."

ujar san dengan nada frustasi. semenjak hari itu, wooyoung berubah. tak adalagi wooyoung yang banyak bicara, tak ada lagi wooyoung yang sering keluar dari istana. sekarang, omega itu lebih memilih mengurung diri di kamar lama nya dulu, dan keluar apa bila ada sesuatu yang penting saja. wooyoung menjadi orang yang sangat irit bicara, tak ada lagi ekspresi menggemaskan yang biasanya selalu ia tampilkan.

"apa aku mempunyai hak untuk itu?" tanya nya.

"wooyoung.."

"san, aku ingin berbalik bertanya kepadamu. setelah malam itu, apa kau sudah memastikan perasaanmu?"

hening, tak ada jawaban yang keluar dari bibir seorang choi san. sungguh dirinya tidak tau apa yang harus ia keluarkan sebagai jawaban dari pertanyaan wooyoung.

"aku mengerti mengapa sampai sekarang kau belum menandaiku." lirih wooyoung. matanya sudah memerah, ingin menangis namun wooyoung tidak ingin terlihat lemah dihadapan san.

"woo--"

"aku tak bisa memaksamu melakukannya, karna seperti yang kau ucapkan pernikahan ini bukanlah kemauanmu, bukan kemauan kita berdua. kita hanya dipertemukan singkat dan kemudian dipaksa hidup bersama dengan ikatan pernikahan."

"aku mengerti apa yang kau rasakan san, tapi setidaknya lebih baik kau memberitahuku dari awal, sehingga aku tak berharap besar kepadamu."

wooyoung berdiri dari duduknya, mendekati san yang menatapnya sendu. tangannya ia bawa memegang pipi sang alpha. dan san menyambut usapan lembut dipipinya.

"katakan padaku kalau kau telah bisa memastikan perasaanmu" ujarnya dengan penuh kelembutan. di kecupnya singkat bibir san, lalu berlalu pergi meninggalkan san yang termenung diam di tempatnya.

••

dengan perasaan yang kacau, san melangkah mendekati sebuah pohon dimana sering ia kunjungi dulu. wajahnya kusut bagai tak ada semangat hidupnya. san belum pernah sekacau ini dalam hidupnya.

tubuhnya ia sandarkan pada pohon coklat yang menjulang tinggi itu. pikirannya dipenuhi dengan hal hal yang membuat otaknya tak berkerja dengan baik.

entah kenapa dirinya bisa sekalut ini. melihat wajah wooyoung beberapa hari lalu yang masih mengumbar senyum manisnya berbeda dengan hari ini yang sama sekali tak ada ekspresi di wajah sang omega membuat hatinya berdenyut sakit.

wooyoung mendiamkannya hampir dua hari ini, bahkan lebih memilih untuk tidak tidur bersama dalam satu ranjang. interaksi dirinya dan wooyoung sangat berkurang. dan san merasa ada sesuatu yang lain ketika wooyoung tidak bersama nya, rasanya seperti ada bagian yang kurang. namun san tidak mengerti apa itu.

mengenai perasaannya, san bahkan bingung kepada dirinya sendiri. di satu sisi, dirinya memang belum sepenuhnya merelakan kepergian yuna. tapi di sisi lain, ia mengakui bahwa ia suka ketika wooyoung bersamanya, dirinya suka ketika wooyoung tersenyum manis kepadanya, san menyukai afeksi ketika wooyoung berada dalam kuasanya.

alpha, woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang