14

21.7K 2.5K 393
                                    

seorang wanita berpenampilan elegan masuk kedalam ruangan anak kesayangannya. ditangannya terdapat sebuah wadah berisi cemilan kesukaan sang anak.

"choi san?" panggilnya dengan nada yang lembut.

sang anak menoleh, lalu tersenyum singkat. "oh ibu. kenapa bu?"

sang ibu tersenyum manis. ia mengambil tempat duduk diseberang sang anak, lalu meletakan cemilan itu di meja depannya.

"tidak, hanya ingin bertemu denganmu. apa kau sibuk?"

san menggeleng, "tidak juga."

"kemana wooyoung? ibu tak melihatnya sama sekali disekitaran sini."

"dia sedang berada dikamar, beristirahat."

"apa wooyoung sakit?" tanya sang ibu.

"hanya kelelahan, ibu tak perlu khawatir."

alis sang ibu naik, kelelahan? apa yang menantunya lakukan hingga kelelahan yang memerlukan waktu istirahat seperti ini?

"wooyoung sama sekali tidak keluar dari istana beberapa hari ini, tapi kenapa bisa kelelahan? ibu akan mengujunginya setelah ini."

"karna aku menghajarnya habis-habisan semalam." ujar san, namun dalam hatinya. dan seketika kegiatan panasnya melintas sekilas dipikirannya.

"tidak perlu bu, wooyoung akan segera membaik. ibu tenang saja." ucap san meyakinkan sang ibu.

"san, kemarin bersama paman choi kau pergi kemana?"

"mengunjungi yuna." jawab singkat.

"apa wooyoung tau tentang yuna?"

san menggeleng, "dia tidak perlu tau sejauh itu, ibu."

"san, ibu mengerti mengapa sosok yuna sangat penting untukmu. tapi, apa kau tidak merelakan kepergiannya? ini sudah beberapa tahun berlalu, choi san."

helaan nafas berat keluar dari sulung choi, "kalau ibu mengerti, kenapa ibu bertanya lagi?"

"ibu hanya tidak ingin melihatmu terus terusan bersedih. san, yuna sudah bahagia disana, dan kau harus--"

"mudah ibu berkata seperti itu, tapi tidak untukku bu. selamanya yuna adalah hal yang tidak bisa kurelakan begitu saja."

"lalu bagaimana dengan wooyoung?"

pertanyaan sang ibu membuat san terdiam seribu kata. tubuhnya ia sandarkan pada sandaran kursi dibelakangnya.

"bu, yuna dan wooyoung adalah dua hal yang berbeda." ujarnya.

"apa perasaan yang kau miliki untuk yuna dan wooyoung berbeda, san? apa selama ini perhatian yang kau berikan kepada wooyoung hanya sekedar formalitasmu sebagai seorang suami? san, ibu tau bahwa sampai sekarang kau belum menandai wooyoung sebagai matemu, apa yuna adalah alasannya?"

"ibu.."

"san, yuna sudah tiada dan kau harus tau itu. wooyoung tepat berada didepan matamu, mengapa kau tidak melihatnya san?"

san menggeleng, bukan seperti yang ibunya maksud. bukan berarti dengan kehilangan yuna, ia tidak bisa menerima orang baru dikehidupannya.

"apa yang kurang dari wooyoung san? dia anak yang manis, ramah, perhatian kepadamu dan semua orang yang berada disini. sama seperti yuna, bukan?"

alpha pack lemois itu tiba tiba berdiri memukul meja dengan keras membuat sang ibu terkejut.

"ibu, sampai kapanpun wooyoung tidak akan bisa menggantikan sosok yuna. bahkan jika wooyoung sebaik apapun, dia tetap wooyoung dan bukan yuna!"

alpha, woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang