•°•°•°•
Untuk sejenak kedua manusia dari spesies bernama hawa membulatkan mata tak percaya. Beberapa saat kemudian salah satu dari mereka bertepuk tangan seolah tidak terjadi apa-apa. Sontak saja aksinya menuai pelototan dari yang lainnya.
"Wah, itu, mah, namanya isyarat pembunuhan," kelakar si wanita. Tinjuan mentah mendarat di paras ayunya. Tidak terlalu keras, tapi cukup untuk membuat Athena merintih kesakitan. "Kasar, ih. Siapa suruh membangunkan macan tidur?"
Fana menjambak rambut legamnya frustrasi. Kenapa juga dia memilih pekerjaan yang rentan musibah fitnah-memfitnah seperti ini? Tugasnya memang mudah, tapi beban mentalnya justru luar biasa menukik.
"Kalau kamu tidak kasih deathlagre ditambah aksi cegat-mencegat kayak tadi mungkin aku sudah mengadakan kencan buta sama kasur."
"Aish, mana ada tugas tambahan lagi. Siaaaaaaal!"
Athena terdiam. Jika dipikir-pikir lagi semua situasi ini terjadi sebab kontribusi besar darinya. Namun, sejak mendeklarasikan diri sebagai 'musuh bebuyutan' Fana beberapa menit lalu, tentu saja dia enggan mengakui. "Cewek annoying macam kamu itu mau dibacok sekali pun tidak akan mempan. Goloknya malas duluan lihat ke-absurd-anmu."
"Ya elah, memangnya aku si Pitung apa?"
"Hah? Pitung? Siapa itu?"
"Cucunya Naruto," jawab Fana sekenanya.
Fana berusaha memutar otak. Maklum, namanya juga setengah waras, otaknya pun ikut terbalik. Berbanding lurus dengan persentase kenormalan isi kepala yang mendekati 0%.
Tiba-tiba sebuah koper berisi bohlam lampu animasi dilempar ke arahnya. Fana terkikik pelan, yang dalam waktu singkat berubah menjadi tawa nan membahana. Kesintingan kembali merasuk.
"Li Yazhu Jing, tidak sia-sia kamu kujadikan sahabat. Terima kasih, wahai engkau jelmaan tepung KFC!"
Athena menutup wajah dengan kedua telapak tangan sembari meringis prihatin. Merasa bersalah karena telah berperan mengubah makhluk setengah waras menjadi sepenuhnya kehilangan akal.
Oh Tuhan, azab seperti apa yang akan Engkau timpakan pada hambamu nan berlumuran lumpur dosa ini?•°•°•°•
Lalat nyaris saja memasuki terowongan gelap bernama mulut menganga. Untunglah Tuhan telah menciptakan yang namanya refleks hingga pemuda berwajah oriental itu selamat dari kematian mendadak. Tidak lucu, bukan, jika di headline koran besok tertulis berita berjudul: 'Akibat Tersedak Serangga Seorang Pemuda Tewas Seketika'?
Bisa-bisa reputasi seorang Li Yazhu Jing hancur tak bersisa.
"Kamu bercanda, 'kan?" Yazhu menggelengkan kepala. Enggan memercayai penuturan (baca: repetan) sang sahabat. "Makanya, jadi cewek jangan terlalu murah. Sudah jelas kliennya aneh begitu masih diterima. Ya sudah, terima nasib saja."
Sejenak Yazhu terdiam. Tampak berusaha menyusun kata-kata. Dengan hati-hati dia bertanya, "Itu masih utuh, 'kan?"
Berhubung koneksi otaknya masih belum di-upgrade, Fana kebingungan selama beberapa saat. Butuh waktu lama baginya untuk mencerna kata-kata Yazhu. Yang untungnya tak harus menunggu pergantian abad terlebih dahulu.
"Astaga Li Yazhu Jing! Ya jelas masih utuh, lah! Itu mulut di-filter sedikit kenapa?! Kebanyakan lihat video bokep jadi begini, deh," gerutu Fana sebal. Wajahnya telah memerah, kuning, hijau di langit yang biru. Kepiting rebus dan tomat? Kalah!
"Kamu kok tahu?" tanya Yazhu dengan polosnya. Mati-matian Fana berusaha menahan dirinya. Tidak lucu jika sampai polisi menangkapnya atas kasus percobaan pembunuhan. Dia tak ingin menghabiskan masa muda dalam kungkungan jeruji besi. "Perasaan cuma Ara, deh, yang tahu soal ini. Memang, ya, mantan itu akronim dari manusia setan."
Sepertinya Fana butuh minum Oskadon Pancen Oye.
"Kamu juga mantan alias manusia setan, Lucifer. Apalagi warna suaramu coklat dengan gradasi merah. Cocok sudah." Seperti yang diketahui bersama Fana hobi memberi julukan-julukan aneh. Lucifer hanya salah satu dari ribuan ke-absurd-annya. "Bunda harus tahu kelakuan anak cowoknya."
Petir menyambar dunia seorang Yazhu. Mendadak wajahnya semakin memutih. Air muka pemuda bermata sipit itu nyaris menyerupai ekspresi seorang predator yang tertangkap basah warga melakukan tindakan asusila.
"Please, jangan kasih tahu Bunda. Aku sedang tidak berencana mati muda," rajuknya.
"Makanya, itu mulut jangan lupa dikasih saringan. Terus ...."
"Terus apa? Jangan bikin penasaran, dong."
Fana menarik kepala kawannya mendekat. Dibisikkannya kata-kata yang entah apa. Beberapa saat kemudian wajah Yazhu berubah bermacam-macam warna bagaikan petasan tahun baru. "WHAAAAAAT?!"
Sepertinya Fana perlu menemui dokter THT keesokan hari.~oOo~
WPWT 1
Romance 1
By. PrincessParody
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinestesia [END]
RomanceDi usia yang genap menginjak 21 tahun, pencapaian apa saja yang telah dilakukan? Lulus dari perguruan tinggi? Mendapatkan pekerjaan? Menghamili anak orang? Atau justru hanya bermalas-malasan ria? Thana Fana Aphrodita termasuk dalam kategori terakhir...