|Sepuluh|

14 4 0
                                    

•°•°•°•


Genangan dengan bentuk tak terdefinisi juga bau unik menghiasi kloset milik keluarga Li. Warna kuningnya menjadi pertanda sesuatu tengah terjadi. Perih menjalari kerongkongan dan ulu hati orang yang menimbulkan suara 'menjijikkan' tersebut.

"Ayo makan, dong. Maag-mu kumat nanti," bujuk Yazhu berusaha meyakinkan temannya. "Yang tadi cuma bercanda. Sumpah. Kalau badanmu yang kayak sapu lidi begitu saja gemuk, apa kabar orang gendut sungguhan."

"Obesitas."

"Bercanda saja terus."

"Tidak minat." Lagi-lagi Fana melakukan ritual istimewanya. Kamar mandi pun kian semerbak dengan aroma-aroma semriwing nan memanjakan indra penciuman.

Selama nyaris 24 jam Yazhu menghabiskan waktu dengan membujuk Fana mengisi perut.

•°•°•°•

S-I-A-L-A-N.

Gadis itu sangat ingin meneriakkan kata tersebut sekencang tenaga andai saja tidak mengingat keselamatan mulutnya. Oma dan Opa memang menyayanginya seperti cucu sendiri, bahkan Yazhu pun kalah dimanja dibanding Fana. Namun, layaknya orang tua pada umumnya, umpatan kasar amat terlarang di kediaman keluarga Li. Tentunya untuk makhluk bar-bar seperti Fana, aturan ini terkesan kolot.

Menyadari kekeruhan air muka sang kawan, Yazhu mengambil inisiatif, "Kenapa? Kakinya masih keseleo dikejar harimau? Atau perutmu sakit karena diet abal-abal kemarin? Makanya, sudah disuruh makan masih saja sok-sokan mau diet. Dasar lidi!"

"Tidak."

"Lah, terus kalau begitu kenapa cemberut?" Yazhu menempelkan telunjuk di pelipis. Berlagak ala Archimedes yang tengah menentukan cara membedakan emas asli dan palsu sembari berteriak eureka. Bedanya cuma dua, dia sedang tidak berada dalam bak mandi juga kadar IQ-nya tak setinggi Archimedes sungguhan.

"Apa lagi sensi dikejar-kejar harimau yang katamu sedang menstruasi? Kamu apakan dia sampai-sampai masuk mode senggol bacok begitu?"

Fana berpikir keras. "Mungkin karena aku komentari warna suaranya yang meskipun sangar-sangar begitu ada nuansa pink-nya juga?"

Yazhu menganga dengan takzimnya. Manik hitamnya membulat. Salut akan kenekatan seorang Thana Fana Aphrodita.

"Kamu ... ah, aku bahkan kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan tingkahmu."

Fana mengangguk mengiyakan. Sejenak dia kembali terbenam dalam lamunan. Air mukanya murung lagi, bahkan lebih dibandingkan beberapa menit silam. "Yazhu ...."

"Apa?"

"Aku ada tugas membuat komik. Deadline-nya habis Imlek nanti. Bagaimana ini?" Fana memasang muka sememelas mungkin. Hatinya begitu gundah gulana. Wajahnya yang mengiba seolah istri yang nyaris bunuh diri akibat ditinggal suami.

"Ya tinggal dibikin."

"Masalahnya itu tugas kelompok. Harus sesama anak DKV. Huaaaa," isaknya frustrasi. "Kamu bisa tidak pindah jurusan? Eh, tapi ini, kan, sudah masuk semester enam, ya."

Yazhu hendak membanting kepala jika tak menyadari bahwa hal itu akan membuatnya geger otak.

~oOo~

WPWT 1
Romance 1
By. PrincessParody

Sinestesia [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang