•°•°•°•Sapuan riasan kelebihan tebal menghiasi wajah manisnya. Daripada terlihat menarik, gadis mungil itu lebih seperti bocah yang bereskperimen dengan make up Ibunya. Celemotan.
Mbak Kunti sekali pun kalah menor dibandingkan seorang Thana Fana Aphrodita.
"Urat malumu pasti sudah putus," tukas Yazhu sebal. Bagaimana tidak? Wajah Fana telah dihiasi bedak yang tebalnya mengalahkan high heel lima belas senti. Belum lagi lipstick super duper merah. Fana justru terlihat seperti habis mengoleskan darah tikus di bibir mungilnya.
"Ini namanya fashion tahu! Cowok mana mengerti," gerutu si empunya dandanan. "Lagi pula kita mau ketemu sama nenek-nenek 65 tahun. Ya kali aku kalah modis sama orang tua."
Yazhu tak ingin ambil pusing. Berdiri di taman pada siang bolong begini saja sudah cukup membuatnya mempertanyakan kewarasannya. Apalagi mendebat Fana. Bisa-bisa nyawanya berkurang lebih dari 3/4 bagian.
"Klienmu mau datang jam berapa, sih? Kulitku bisa gosong." Keluhan mengalir bebas dari bibir Yazhu. Khawatir akan sinar UV yang membakar setiap inci tubuh. Tidak lucu, bukan, seorang Pangeran Kampus berubah sehitam biji kopi yang digoreng hingga kering?
"Berisik, ah! Cewek saja kena panas tidak seheboh kamu." Fana mencak-mencak. Otaknya mulai memanas terserang sengatan matahari. Dengan suhu normal saja tingkah lakunya sudah menghebohkan, apalagi terik begini. "Nah, itu orangnya datang."
Sesosok wanita melangkah mendekat. Senyuman terpulas di pipinya yang menampakkan gurat-gurat kehidupan. Sinis, ramah, atau justru menyimpan dendam? Entahlah. Selain senyumannya misterius, Fana pun tak memiliki bakat menjadi seorang pakar mikro ekspresi.
"Hai, Jalang," sapa Xai Jia Li dengan penuh penekanan. Terutama pada kata terakhir dari ucapannya. "Bagaimana rasanya merebut suami orang? Itumu masih utuh, 'kan?"
Fana menepuk dahi dramatis. Mulutnya membuka tutup, seolah terkejut dengan penuturan Jia. "Tentu saja utuh. Kalian ini ... membuatku ingin menangis saja."
"Kalian?"
"Anda dan dia." Fana menunjuk ke arah 'pacar' rekaannya. Yazhu memasang mimik wajah bingung. Namun, sepersekian detik kemudian berganti dengan senyum sok hangat setelah sikutan kelebihan tenaga mendarat di perutnya. "Perkenalkan, ini Li Yazhu Jing. Dia ini ... em ... tunangan saya. Benar, 'kan, Sayang?"
Cepat-cepat Yazhu mengangguk mengikuti skenario sang sahabat. Dia sudah trauma akan sikutan mematikan seorang Fana. Salah bicara sedikit saja bisa-bisa keesokan harinya nama Li Yazhu Jing hanya tinggal kenangan.
"Kamu tidak sedih punya tunangan kurang waras begini?" Tajam sekali. Ego Fana seperti tertusuk belati lalu pecahan-pecahannya lenyap tertelan puting beliung. Tentu saja hal itu tak ditunjukkannya. Gengsi.
"Benar, sih. Kadang-kadang saya juga heran, kok, mau sama cewek model begini. Apa jangan-jangan dia pakai pelet lagi?" Yazhu terbahak. Air mata menitik akibat terlalu keras tertawa. Jarang-jarang ada kesempatan menistakan Fana seperti ini. "Eh, tapi kayaknya tidak, deh. Kalau uangnya cukup buat bayar dukun berarti dia lumayan tajir, dong. Masa iya orang kaya mau jadi PSK versi sedikit terhormat begitu?"
"Mungkinkah ini yang dinamakan cinta?" gumam Yazhu ala pujangga-pujangga papan atas.
"Pasangan sinting," kekeh Jia geli. "Kalau memang kalian saling mencintai, mengapa kamu membiarkannya bekerja? Apalagi yang jenisnya seperti itu."
Yazhu menempelkan telunjuk ke kepala. Tingkahnya yang menurut Fana sok 'manis' benar-benar membuat mual. Namun, daripada pencitraannya sebagai pasangan romantis luntur, gadis itu lebih memilih menghitung jumlah rumput di taman.
"Iya juga, ya. Tapi, kalau tiap detik lihat dia terus bisa-bisa saya serangan jantung." Benar-benar. Harga diri Fana yang awalnya nol turun drastis hingga minus 100 persen. "Kelebihannya cuma dua. Bikin kesal orang dan sinestesia. Mana ada tempat lain mau terima karyawan model begini?"
"Lagi pula dalam situasi ini posisinya korban. Iya, tidak, Sayang?"
Fana mengangguk kencang hingga kepalanya hampir patah. "Iya! Si Nenek Sihir Athena yang menjebak saya. Salahkan saja dia."
Jia terdiam beberapa saat. Kewarasannya seperti turun tingkat berhadapan dengan duo maut di depannya."Ya sudah, alasan kamu diterima. Suami saya juga salah. Sudah tua, pecicilan pula. Namun, jika lain kali ada kasus seperti ini lagi ... siap-siap menikmati hotel prodeo." Jia melanjutkan, "Semoga pertunangan kalian selalu lancar hingga ke pelaminan. Have fun."
Perasaan bersalah sedikit timbul. Semoga mereka aman dari laknat Tuhan akibat membohongi orang tua.
~oOo~
WPWT 1
Romance 1
By. PrincessParody
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinestesia [END]
RomanceDi usia yang genap menginjak 21 tahun, pencapaian apa saja yang telah dilakukan? Lulus dari perguruan tinggi? Mendapatkan pekerjaan? Menghamili anak orang? Atau justru hanya bermalas-malasan ria? Thana Fana Aphrodita termasuk dalam kategori terakhir...