|Sembilan|

18 6 0
                                    

•°•°•°•


Cemberut terus menghiasi wajah manis gadis bersurai sepunggung itu. Mulutnya yang biasanya tak berhenti mengoceh, kini tertutup rapat. Seolah mengharapkan orang-orang di sekelilingnya memahami bahasa kalbu melalui isyarat mata nan berubah kelabu.

Tak terlalu mengherankan. Pasalnya siapa pula yang tidak kaget saat terkunci dalam bagasi mobil? Terutama tatkala pemandangan pertamanya hanyalah kegelapan akibat penglihatan tertutup sehelai kain nan menutupi kaki hingga kepala. Sejenak Fana berpikir bahwa kematian telah menjemput dan dia tengah berada di alam barzah.

"Jangan marah, dong. Itu, kan, tidak disengaja." Seorang pemuda angkat bicara. Dia menyunggingkan senyuman lebar hingga mata minimalisnya hanya tinggal segaris. Bukannya terlihat tulus, Yazhu justru lebih mirip pencuri pensil yang tengah cengengesan karena tindakannya dilaporkan pada kepala sekolah.

"Tadi, tuh, sebenarnya kita mau masukkan kamu di kursi belakang, tapi Ayah bilang lebih baik di bagasi saja. Mumpung ada kasur," jelasnya berusaha menenangkan Fana yang mulai mengeluarkan ekor satu Kyubi. "Benar, 'kan, Yah, Bun?"

Yang ditanya menganggukkan kepala secepatnya. Seram juga melihat Fana nyaris memunculkan lagi ekor Kyubi kedua. Begitu pula dengan Oma dan Opa yang tak ingin rumah kesayangan mereka porak poranda.

"Alasan."

"Memang. Kan alasan artinya hal yang mendasari sesuatu hal. Masalah sepele kayak bernapas saja ada alasannya. Menaruh kamu di bagasi juga sama," cerocos Yazhu mengoreksi.

Fana mencak-mencak. Dihentakkannya kaki kesal. Dengan kecepatan melebihi cahaya, sosok gadis 21 tahun itu langsung menghilang tanpa berjejak.

"Yazhu! Bukannya dihibur malah diceramahi panjang kali lebar. Mau jadi biksu kamu, ya?" Bukan. Kali ini bukan Shafa yang berkomentar, melainkan Oma. Berhubung mulut ibu satu anak itu sedang pegal, urusan omel-mengomeli diserahkan pada sang mertua. "Cari sana! Jangan pulang kalau tidak ketemu!"

Titah Oma bagaikan mandat atau bahkan lebih. Dengan patuhnya Yazhu mengangguk takzim. Sebelum pergi dia sempat memberikan penghormatan terlebih dahulu. Persis seperti tentara yang tengah mengucapkan salam perpisahan kepada keluarganya sebelum berperang.

Ketika kakinya melangkah menuju dunia luar, Yazhu menitikkan air mata. Dengan gerakan slow motion berulang kali dia membalik badan. Sembari menatap wajah empat orang kesayangannya pemuda itu kembali berputar menuju tujuan, yaitu menemukan seorang Thana Fana Aphrodita.

"Anakmu dikasih makan apa, Shaf?" tanya Oma dengan suara yang masih dapat ditangkap telinga Yazhu.

Biarlah dirinya terkena fitnah ghibah selama beberapa saat. Nanti ketika dia menemukan Fana pasti semua bertepuk tangan memujinya. Yah, meskipun sebenarnya tanpa sanjungan sekali pun Yazhu memang harus membawa pulang temannya.

Sawah telah direnangi. Bukit telah didaki. Sungai telah diseberangi. Bahkan satu-satunya kedai yang kebetulan memuat beberapa gadis cantik sekali pun telah dia sambangi.

Meskipun begitu, makhluk hidup yang selama ini dia cari-cari tak juga menunjukkan eksistensi diri.

"Apa Anda melihat orang ini? Ciri-cirinya dia suka bicara tidak keruan, wajah suram tak bermasa depan, serta suka meracau sembarangan tentang warna suara dan sebagainya. Kebetulan dia ini punya sinestesia?" Yazhu menanyai salah seorang gadis yang ia taksir berusia sekitar 16 sampai 18 tahun. Andai tidak sedang ditugaskan mencari Fana, sudah pasti dia akan mengeluarkan 1001 taktik rayuan pada target berparas bak bidadari tersebut.

Gelengan singkat menjadi jawaban. Yazhu menghela napas sekeren mungkin, lalu dia membagikan selembar foto dengan wajah Fana di dalamnya. "Kalau lihat tolong kabari nomor di bawah ini, ya," pintanya yang langsung mendapat persetujuan.

Jangan salah paham dulu. Yazhu bukanlah seorang stalker garis keras yang selalu menguntiti targetnya. Dia juga tak mem- print foto Fana, karena seperti yang diketahui bersama, hanya segelintir kedai terbuka pada hari raya Imlek seperti ini. Tentu tempat fotocopy tidak termasuk dalam jajaran 'segelintir' tersebut.

Foto itu telah dicetak beberapa bulan silam. Awalnya Yazhu berniat mem- print gambar wajah Arabella untuk dijadikan jimat keselamatan. Namun, dia malah salah menekan foto Fana alih-alih sang mantan kekasih.

Ketika hendak membuang foto tersebut, Fana justru murka. Dia berkata bahwa wajahnya mendatangkan ratusan kali lipat dibandingkan Arabella. Jelas saja Yazhu tidak percaya, akan tetapi Fana yang sedang marah jauh lebih menakutkan dibandingkan mata kuliah yang diajarkan dosen galak. Akhirnya bisa diketahui, Yazhu menjadikan foto Fana sebagai jimat yang sama sekali tak berfungsi layaknya jimat pada umumnya.

Yazhu nyaris menyerah. Dia melangkahkan kaki menuju rumah. Persetan dengan Ayah, Bunda, Oma, dan Opa yang akan marah. Mereka semua pasti tidak kuat melihat jurus puppy eyes andalan Li Yazhu Jing.

Ketika dirinya melewati hutan dekat rumah, suara teriakan terdengar jelas. "KYAAAA! TUAN HARIMAU, JANGAN GALAK-GALAK, DONG! AKU TIDAK PERNAH DENGAR ADA COWOK APALAGI HEWAN BUAS KAYAK KAMU KENA PMS!"

"KYAAAAAAAAAA! SIAPAPUN TOLONG CEWEK CANTIK!"

Suara jeritan itu terdengar tak asing. Yazhu menoleh ke samping tatkala dirinya menyaksikan seorang gadis berlari disertai seekor harimau menghampiri.

"WOI, YAZHU! JANGAN KEBANYAKAN MELAMUN KENAPA?! TOLONG AKU DULU, _PLEEEEAAAAASEEEE_ !" Itu adalah Fana. Doa terus-terusan berteriak meminta bantuan. Namun, sebagai teman laknat Yazhu menyimak terlebih dahulu sahabatnya yang tengah dilanda kesusahan.

Tiba-tiba Fana tersandung batu. Dia tersungkur dengan posisi harimau yang semakin mendekat. Menyadari hal itu Yazhu melemparkan sebuah batu. Ajaibnya, hewan dengan peringkat pejabat hutan nomor dua setelah singa itu langsung berlari tunggang langgang bak binatang ketakutan.

"Kamu tidak apa-apa, 'kan?"

"Masih bertanya? Kakiku keseleo tahu!"

"Naik," suruh Yazhu sembari membalikkan badan memunggungi gadis itu. Fana terkesiap. Namun, tak lama kemudian dia tersadar dan menuruti perintah sang teman. Tanpa aba-aba aliran hangat menjalari pipinya sembari memperlihatkan rona kemerahan.

"Kamu berat sekali. Rasanya seperti mengangkat seton karung beras saja." Apakah hal ini benar, Saudara-Saudara? Tentu saja semua itu hanyalah dusta belaka. Yazhu selalu suka membuat Fana kesal setengah mampus.

Aslinya, sih, Fana tidak jauh beda dengan sebatang lidi. Bahkan, jika dibandingkan saat mereka bermain pengantin-pengantinan sembilan tahun silam, Fana terlihat sedikit lebih kurus.

"Sesekali diet, kek. Bisa encok aku lama-lama."

Dalam hati, disertai dengan degup jantung yang semakin tidak beraturan, Fana mengamini perkataan Yazhu.

~oOo~

WPWT 1
Romance 1
By. PrincessParody

Sinestesia [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang