|Sebelas|

14 3 0
                                    

•°•°•°•

Kekehan melengking terdengar dari sebuah bilik berukuran 3 × 3 meter persegi di belakang rumah. Aroma bunga melati bercampur harum kenanga menusuk tajam indra penciuman. Atmosfer di sekeliling ruangan tersebut seketika memberat. Menimbulkan perasaan tidak keruan bagi yang melewati.

"Oma, dulu ada orang yang menempati rumah ini tidak? Atau mungkin tanahnya pernah jadi bekas pembunuhan begitu?" Tak bisa dipungkiri Yazhu turut merasa ngeri. Bulu kuduknya meremang dramatis.

"Sembarangan." Oma meradang. Enak saja rumah yang ia bangun dengan penuh kerja keras bersama sang suami dikatakan berhantu. Errr, kalau angker kiriman dari kuburan belakang rumah mungkin ada sedikit. "Seram-seram begini juga harganya mahal tahu. Malah waktu pertama beli Oma Opa sampai undang pendeta khusus buat usir setan. Iya, 'kan, Pa?"

Opa mengangguk lalu tersenyum lebar. Beliau mengusap-ngusap kepala plontosnya sembari mengingat kejadian puluhan tahun silam. "Malah saking parnonya Oma sampai menelepon 250 pendeta cuma untuk mengusir setan."

Yazhu bergidik seram. Alih-alih ngeri akan hantu yang begitu banyak hingga membutuhkan ratusan pendeta, dia justru takjub sekaligus takut akan kemampuan finansial kakek-neneknya. Untuk memberi upah seorang pendeta saja biayanya tak sedikit. Kalikan saja semua itu dengan 250. Niscaya para kaum-kaum misqueen menggelepar tak kuasa menahan iri.

"Coba kamu cek kamarnya. Siapa tahu ada anak tetangga tersasar. Kalau tidak salah ingat jendelanya sudah pecah," saran Chen yang baru selesai mandi. Shafa pun turut berdiri di sebelah sang suami.

"Dikunci, Yah."

"Ya dobrak, lah. Laki kok cemen ."

Yazhu menutup mulut tak percaya. Ditatapnya sang ayah dengan pandangan nelangsa. "Ayah jangan terlalu banyak bergaul sama Oma dan Bunda."

"Mau Oma/Bunda kutuk kamu jadi cucu durhaka?"

"AMPUN! AMPUN! AMPUN!" Yazhu memekik meminta ampun tatkala empat tangan usil menggelitiki perutnya. Dia nyaris saja berguling-guling bak orang kesetanan andai saja tak memedulikan _image_ .

"Heran, ya. Kok anak cowok Ayah ini cerewetnya sebelas dua belas sama perempuan. Shaf, kamu kasih makan apa?"

"Kayu sama batu." Shafa cemberut. Dikerucutkannya bibir menyerupai mulut bebek. "Ya nasi lah. Pakai ditanya lagi."

Yazhu berusaha menulikan telinga dari pernyataan-pernyataan yang berbau meragukan maskulinitasnya. Dengan bantuan Opa, dia berusaha mendorong pintu kamar sekuat tenaga hingga terlepas dari posisi seharusnya.

"Aduh, kotor sekali. Sudah berapa lama tidak dibersihkan ini? Harus segera dipel!" Debu setebal lima sentimeter langsung menyapa tatkala pintu dibuka. Batuk-batuk kecil keluar dari bibir keempat orang. Dari kejauhan tampak sebuah penampakan wanita dengan rambut cepol asal-asalan.

"PERMISI, SIAPA DI SANA? APA KEPERLUAN ANDA HINGGA MENGGANGGU KETENTRAMAN KELUARGA SAYA?"

Tidak ada jawaban. Kikikannya semakin mengencang. Membuat bulu kuduk semua orang meremang.

"Perkenalkan saya hantu dari negara sebelah yang kebetulan sedang bermigrasi ke negeri ini. Nama saya ...."

Jeda beberapa saat sebelum sosok itu melanjutkan kata-katanya. "Nama saya ... nama saya ... nama saya ... Thana Fana Aphrodita."

Bagai petir di siang bolong, mereka berempat terdiam selama beberapa dekade. Tak lama kemudian hidayah turun menjatuhi otak masing-masing. Kontan Yazhu berseru histeris. "BIKIN APA KAMU DI SINI, BANGSAT?! PAKAI ACARA MENAKUT-NAKUTI ORANG SEGALA LAGI!"

"Li Yazhu Jing!" Oma memperingatkan. "Jangan pakai bahasa kebun binatang di sini. Kelelawar tidak punya salah apapun sampai namanya harus dijadikan makian."

Oma berkacak pinggang. Pelototannya mengisyarakat pembunuhan. Kini, wanita berusia nyaris seabad itu berubah semenyeramkan Medusa.

"Iya, Oma," jawab Yazhu pelan. "Fana, kenapa kamu di sini?"

"Aku ... aku ... aku frustrasi."

"Frustrasi kenapa?"

"Masalah kemarin, lah, Dodol!"

Yazhu menutup mata. Menunggu reaksi dari Oma. Namun, hasilnya nihil. Menyadari tidak adanya nasehat-nasehat kemarahan, cowok itu membuka kembali maniknya.

"Oma! Kok Fana tidak dimarahi, sih?"

"Lah, kenapa Oma harus marah?"

"Dia mengataiku dengan ucapan 'dodol', Oma!"

"Bagian mana yang kasar dari dodol? Itu, kan, makanan bukan hewan. Harusnya kamu bersyukur disamakan dengan hidangan lezat begitu."

"Pilih kasih, ih!"

Fana membuka suara. "Yazhu, temani aku ke kampus," pintanya dengan wajah memelas.

"Buat apa?"

"Mencari _partner_ untuk tugas yang kemarin kubilang. Pokoknya tidak boleh ada penolakan."

Lagi-lagi Yazhu harus berusaha menahan diri untuk tidak menceburkan diri di kali sebelah rumah.

•°•°•°•

Suasana begitu lengang tatkala memasuki gerbang Liuzhou City Vacational College . Hanya ada beberapa orang lalu lalang. Itu pun bisa dihitung jari.

Fana dan Yazhu berubah menjadi reporter mendadak. Mereka menanyai setiap murid dengan pertanyaan sama, 'Apakah Anda dari jurusan DKV?'. Sebab, meski berstatus sebagai mahasiswa semester akhir, Fana sama sekali tak mengingat teman-teman sekelasnya. Yang dia tahu hanya hadir, membuat tugas, kerja kelompok bila perlu, lalu melupakannya.

Namun, kebanyakan yang hadir adalah mahasiswa teknik dan arsitektur. Satu rumpun dengan Yazhu yang memilih memasuki jurusan teknik sebab terkesan maskulin.

Tiba-tiba, mereka berdua mendapatkan pengalaman tidak mengenakkan. Seorang pemuda dengan jaket denim berlarian tak tentu arah. Tanpa sengaja cowok itu tersandung dan menubruk tubuh mungil Fana.

"Wow," seloroh pemuda itu takjub. "Hai, cewek cantik! Mau jadi kekasihku tidak?"

"Tidak. Terima kasih. Saya sedang cuti sejenak jadi pacar sewaan. Jika masih ingin selepas Imlek nanti silakan download aplikasi Look At Me! dan pilih nama saya, Thana Fana Aphrodita, ya." Yazhu melotot sampai-sampai mata sipitnya berubah belo. Takjub sekaligus heran akan kenaifan seorang Fana.

"Aku tidak mengerti, tapi karena kamu cantik jadi kumaklumi." Pemuda itu mengangguk takzim. "Namun, sungguh. Kalau kamu mau jadi pacarku semingguuuuu saja, seluruh permintaanmu akan kukabulkan."

Fana memiringkan kepala sejenak. Memikirkan ide yang mungkin menguntungkannya. "Kamu anak DKV, bukan?"

Pemuda itu mengangguk. Cengiran lebar tersungging di wajah manis Fana. Saking lebarnya, justru senyumannya terkesan licik dan dibuat-buat.

~oOo~

WPWT 1
Romance 1
By. PrincessParody

Sinestesia [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang