•°•°•°•
Suasana nyaris setegang saat pertarungan antara tenaga medis dan malaikat pencabut nyawa. Layaknya menunggu dokter yang akan memberi vonis tentang alasan keasimetrisan wajah, dua makhluk berjenis hawa itu saling memandang penuh cemas.
"Konsernya dibatalkan." Informasi tersebut menciptakan fenomena bernama petir khayalan. Lengkungan ke bawah terpulas di wajah Athena. Matanya menyiratkan kekecewaan teramat mendalam. "Eh, salah-salah. Maksudnya ditunda sampai tubin alias hari Sabtu."
"Kenapa semesta selalu bersekongkol untuk menghancurkan kebahagiaanku?" Seperti anak anjing yang kehilangan pemilik, Athena memandang sang sepupu dengan tatapan mengiba.
Aliran bernama Julidiyah memang merupakan paham yang mampu mencuci kemurnian hati manusia. Saking populernya, para pemuka agama sekali pun masih tak sanggup menghalau 'kepercayaan' tersebut dari pikiran umat-umatnya. Salah satu yang memiliki tingkat Julid paling besar tidak lain tidak bukan adalah Thana Fana Aphrodita.
"Permisi, Nek. Sekadar mengingatkan, itu baru diundur empat hari doang, lho. Belum seumur hidup." Seperti biasa Fana selalu memikirkan konsekuensi atas perbuatannya jauh setelah kejadian berlangsung. Dia tampak cuek tatkala tingkat sentivitas Athena menukik naik. Biasa. Namanya saja tokoh utama. Bebas berbuat sesukanya.
"Siapa yang kamu panggil 'Nenek'?!"
"Siapa saja yang merasa dirinya nenek-nenek."
"Berani-beraninya kamu!"
"Lah, kamu siapa pakai harus ditakuti segala!?"
Dehaman kecil memecah ketegangan. Satu-satunya makhluk berjenis kelamin pria di antara mereka memasang ekspresi sekeren mungkin. Membuat Fana ingin bergidik lalu memuntahkan isi perutnya ke muka pemuda itu andai mereka tidak terlibat kerja kelompok. "Ini tempat umum, lho, Nona-Nona. Tidak capek apa kerjaan kalian bertengkar melulu?"
"Lihat. Kakak penjaga yang cantik dan kurus ini sampai pusing, lho, lihat kalian berantem terus," tunjuknya pada seorang wanita bertubuh bihun. "Beda sama yang itu, tuh." Lagi-lagi dia menunjuk salah satu penjaga. Kali ini nada suaranya berubah sesinis dubber Orochimaru.
Yang ditunjuk memasang tampang gahar. Diacungkannya telunjuk ke arah Fengying. "Apa maksud kamu dengan 'beda sama yang itu, tuh'? Apa coba kurangnya saya, Dik?!"
"Kurang langsing. Kurang putih. Kurang manis. Kurang sopan pula. Kekurangan Kakak terlalu banyak kalau disebut satu-satu. Keburu mati duluan kita."
"Astaga, generasi zaman sekarang mulutnya pada kurang ajar, ya. Terlalu banyak makan MSG kalian."
"Alah, macam Kakak tidak pernah makan tomat, jamur, sama tiram saja. Itu semua MSG, lho. Buang, gih, bahan-bahannya para generasi 'sok' superior."
Fana gerah. Ditambah lagi pendingin udara pada mall tempat mereka berpijak rusak hingga mengakibatkan ruangan seterik gurun sahara. Hiperbola memang. Sesungguhnya udara terasa lebih panas akibat pertengkaran tak perlu Fengying dan salah satu SPG mall tersebut.
"Kak, tadi kalau tidak salah ada yang bicara kalau ini tempat umum dan lelah melihat orang-orang bertengkar terus?" Fana mengerling penuh arti. Dengan cepat Athena mengangguk, mengikuti alur skenario Fana.
"Iya, deh, kayaknya. Kamu tahu tidak siapa namanya? Aku lupa-lupa ingat, nih."
"Kalau tidak salah, sih, namanya terdiri dari delapan huruf dan diawali huruf F."
"Fana? Fathena?" celetuk Fengying tiba-tiba.
Kedua perempuan itu menatap satu sama lain. Sedikit geram. Namun, sandiwara tetap harus dipentaskan hingga skenario berakhir. "Aduh, Kak Athena, mendadak aku mendengar bisikan-bisikan gaib. Tapi, kelihatannya hantunya tidak tahu cara berhitung, deh."
"Hiii, seram," gidik Athena pura-pura ngeri.
"Alah, kebanyakan drama kalian. Ayo kita makan siang. Sepet mataku lihat kakak-kakak kelebihan lemak ini."
Andai saja tidak menyandang profesi yang memiliki semboyan 'Pembeli adalah Raja', sudah pasti SPG bertubuh sintal itu menggampar bolak-balik Xai Fengying. Namun, ya, angan tetaplah angan. Jika nekat pastilah pihak mall akan mengeluarkannya dengan 'sedikit' tendangan memilukan.
"Heh, dia kenapa sensi sekali dengan manusia gemuk?" Fana kembali dengan cara bicara seperti biasa. Pementasan memang harus diselesaikan, akan tetapi Fengying sudah melakukannya tepat di tengah acara. Jadilah Fana tidak merasa perlu bersikap ramah tamah lagi.
"Bukan manusia. Cuma cewek. Kakek angkatnya alias orangtua Tuan Xai itu gemuk. Wajar, sih, namanya juga orang tua."
"Bapaknya Xai Zhang Bingjie masih hidup? Padahal itu orang juga sudah tua." Decakan takjub lolos dari bibir Fana. Mengagumi kemampuan hidup para manusia generasi-generasi sebelumnya. "Kalau memang alergi sama cewek gendut kenapa dia tidak maki-maki Nenek Jia?"
Athena menghela napas bosan. "Sebenarnya kamu paham tidak apa definisi dari kata 'cewek'?"
"Sama saja dengan wanita, perempuan, gadis, kaum hawa, pedusi, ladies, girl, dan sebangsanya, 'kan?"
Lagi-lagi Athena menghela napas bosan. Sedikit kagum akan ketololan Fana yang begitu alami. Saking naturalnya bahkan menyaingi kebodohan para artis yang hobi mengumbar-umbar kehidupan pribadi.
"Kamu orang Indonesia, 'kan? Menurut KBBI, definisi cewek adalah: cewek/ce·wek/ /céwék/ n cak sebutan kepada wanita atau perempuan yang masih muda (gadis): _mayat -- berambut hitam ditemukan pejalan kaki di tepi hutan_. Apa menurutmu Nyonya Xai bisa disebut muda?"
"Tetot. Tentu saja tidak Nona Muda." Athena menjawab pertanyaannya sendiri. Tak membiarkan Fana menyakiti kupingnya dengan jawaban-jawaban terlalu lugu lagi memusingkan.
"Dulu waktu awal-awal masuk TK, teman-teman cewek Feng yang kebetulan gendut mengejeknya karena sinestesia. Ya, namanya juga anak kecil. Hobi bully orang cuma karena beda sedikit."
"Tapi, ejekan mereka membekas di hati Feng. Ia menganggap mereka semua jahat. Makanya dia benci setengah mati sama cewek-cewek gendut alias yang di bawah 30 tahun." Athena mengambil napas dalam sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Nah, kebetulan teman-temannya yang kayak orang kurang gizi itu baik-baik. Sejak saat itu fetish Feng dimulai."
"LAH, BOCAH MUNGIL BARU MASUK TK BISA FETISH? HALUSINASI KALI?" jerit Fana histeris. Membenci gadis gendut? Sedikit masuk akal. Namun, apa-apaan dengan memulai obsesi sejak umur sekecil itu? Dia tak habis pikir dengan pola pikir seorang Xai Fengying.
"Buktinya Feng bisa, 'kan?"
Athena memandangi sang sepupu yang sibuk flirting pada gadis-gadis. Senyuman miris tersungging di pipi tirusnya. Sedikit prihatin akan nasib adiknya yang jauh dari kata normal, bahagia, dan sehat sentosa.
WPWT 1
Romance 1
By. PrincessParody
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinestesia [END]
RomanceDi usia yang genap menginjak 21 tahun, pencapaian apa saja yang telah dilakukan? Lulus dari perguruan tinggi? Mendapatkan pekerjaan? Menghamili anak orang? Atau justru hanya bermalas-malasan ria? Thana Fana Aphrodita termasuk dalam kategori terakhir...