|Tujuhbelas|

9 3 0
                                    

•°•°•°•

Setelah menimbang selama kira-kira seabad dikurangi 99 tahun 364 hari 23 jam dan 30 menit, akhirnya Yazhu mengangguk penuh kebimbangan. Di satu sisi dia ingin memiliki pasangan agar gelar playboy cap kelincinya bisa dipertahankan. Namun, di dasar relung hatinya yang terdalam ada sedikit ragu membayang.

Dia tahu ini zamannya emansipasi wanita dan banyak feminisme, mulai dari abal-abal hingga profesional berseliweran. Meskipun begitu, sebagai pejantan yang tangguh juga suka bermanis-manis ria untuk menjebak si betina, Yazhu merasakan malu menusuk-nusuk setiap sisi sukma. Apalagi ada bagian dari dirinya  menyuruh menolak, atau akan ada akibat yang mampu menyakitinya lebih dalam lagi. Bagian tersebut biasa manusia panggil dengan nama 'nurani'.

Namun, ya, di mana-mana yang menang pastilah ego. Ditambah lagi dengan fakta bahwa Yazhu bukanlah nabi sehingga dirinya sudah terselubung banyak dosa. Kubangan lumpur? Kalah telak.

"Sayang, kok, kamu bengong, sih?" Suara manja Lian memecah keheningan yang telah bersatu-padu hingga mendarah-daging pada kesunyian malam ini. "Kita sudah pacaran berapa hari, ya?"

"E ... empat hari," sahut Yazhu sedikit tergugu. Astaga, ada apa dengan cara bicaranya? Untunglah saat ini tak ada teman sekampusnya melihat. Jika tidak pastilah headline majalah minggu ini akan bertajuk, 'Li Yazhu Jing, sang Pangeran Kampus Terlihat Sedang Berbicara pada Seorang Gadis dengan Nada Terbata, Ada Apa?'.

Kemungkinan pertama yang bisa dipikirkan adalah Lian sedang meminta pertanggungjawaban atas bayi di rahimnya. Sebagai seorang OCD tingkat awang-awang, menjaga kebersihan daftar catatan kriminalnya merupakan sebuah kewajiban. Yazhu sama sekali tak berminat menodainya dengan setitik tinta kelam.

"Ah, empat hari, ya." Lian bersandar pada lampu taman. Harus Yazhu akui di bawah pencahayaan remang-remang, kecantikan gadis itu semakin bersinar laksana rembulan yang mendapatkan sinar dari mentari. Ya, tapi meskipun bulan tampak menawan, matahari tetap satu tingkat di atasnya. "Kebetulan aku dikasih dua tiket konser sama teman. Katanya, sih, dia mau menonton bareng pacarnya, tapi tidak jadi karena mereka lagi marah-marahan. Jadi dihibahkan langsung padaku. Kamu mau juga tidak?"

Yazhu mengangguk sebagai pertanda iya.

•°•°•°•

Peaches and cream
Sweeter than sweet
Chocolate cheek
And chocolate wings
But neoui nalgaeneun agmaui geos
Neoui geu sweet ap-en bitter-bitter

Kiss me apado dwae
Eoseo nal joyeojwo
Deo isang apeul sudo eobsge
Baby chwihaedo dwae ije neol deul-ikyeo
Mog gipsug-i neolan wiseuki

Tepuk tangan, sorak-sorai, serta jeritan riuh penuh halusinasi mengguncang seisi taman mall. Para fans, terutama kalangan wanita seolah tak pernah lelah menyerukan nama bias kesayangannya. Dibanding mendengarkan alunan musik, Fana justru seperti menonton orkestra berjudul, 'Jerit Malam'.

"Mereka cantik. Apalagi dia." Fengying menunjuk salah seorang personel yang memiliki postur sedikit mungil. "Lumayan kurus dan warna suaranya juga unik. Kalau cewek mungkin sudah kukejar meskipun harus ke ujung dunia sekali pun."

Tak pelak ucapannya menimbulkan tatapan sinis dari penonton lainnya. Bahkan, Athena sekali pun tak mau kalah. Dia dan para fans sang anggota boyband tersebut berseru sekuat tenaga, "TAK ADA SEORANG PUN YANG BOLEH MENGEJEK JIMINKU! APALAGI COWOK CEBOL MACAM KAMU!"

Fengying menatap sang sepupu dengan sorot mata terluka. Dia mengalihkan pandangan kepada Fana. Tidak disangka gadis itu justru tertawa lepas. Saking kerasnya setitik air sampai mengalir di ujung bulu matanya. Dia sangat, ralat, selalu menikmati momen-momen penistaan seperti ini. "Kamu memang cocok di-bully, Ntet."

Fana mengalihkan pandangan ke arah lain. Berharap tawa yang menggelitik hingga ke ubun-ubun bisa berhenti.

Benar saja. Dia berhenti tertawa tatkala melihat sesosok pemuda dan seorang gadis tampak bermesraan. Matanya berusaha mengidentifikasi siapa cowok yang terlihat tak asing itu. Saat mendapatkan sebuah kemungkinan, Fana cepat-cepat memalingkan wajah.

Manik hitamnya seketika berubah sendu. Tentu saja perubahan ini mendapatkan reaksi bingung dari Fengying dan juga Athena. Tanpa aba-aba, Fana menghantamkan kepala ke dada cowok yang sedikit lebih pendek darinya itu. Tak lama kemudian dengkuran halus keluar dari hidung mancungnya.






WPWT 1
Romance 1
By. PrincessParody

Sinestesia [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang