|Enambelas|

10 3 0
                                    

•°•°•°•

Di tengah ketegangan yang menderu-deru, seorang pemuda dengan earphone menempel di telinga memecah ketegangan. Digebraknya meja makan hingga menarik atensi ketiga pelanggan lainnya di sana. Bahkan, salah seorang pelayan yang baru saja masuk sampai berulang kali menyebutkan nama-nama penghuni kebun binatang saking kagetnya.

"Dia kenapa?" bisik Athena pelan.

"Entahlah. Stress kali. Penampilannya saja macam napi kabur dari penjara begitu." Fana menuturkan semua perkataan tersebut seolah tak memiliki beban. Ucapannya cukup keras hingga bisa didengar satu ruangan. Buktinya orang yang dibicarakan meliriknya dengan tatapan penuh arti.

"Saya masih memiliki telinga, Nona."

"Memangnya siapa yang bilang kamu kena rubella ?"

Pemuda itu nyaris kehabisan kata-kata. Apa pula hubungan antara rubella dan tak memiliki gendang telinga? Menakjubkan sekali memang pola pikir makhluk hidup di depannya ini.

"Bingung, ya? Makanya, pas sekolah jangan suka bolos. Begini saja tidak tahu." Fana menepuk dadanya pongah. Dia berdiri dengan tegak layaknya seorang kepala sekolah yang hendak memberikan orasi. Sembari membulatkan telapak tangan membentuk microfon, ia berkata, " Rubella itu jika menyerang ibu hamil, anaknya akan memiliki beragam macam kelainan. Salah satunya tak memiliki gendang telinga. Nah, kalau gendang telinga saja tidak punya cara mendengarnya bagaimana coba?"

Cowok itu mengangguk pasrah. Biarlah apapun katanya. Bukankah ada peribahasa yang mengatakan anjing menggonggong kafilah berlalu? Masa manusia normal kalah dengan makhluk jadi-jadian begitu. Tidak level, lah, ya.

Setelah merasa jauh dari cafe dan tak ada orang mengikuti, pemuda itu membuka tudungnya. Bagaikan drama dengan gerakan slow motion , dia lanjut melepas masker. Beberapa menit kemudian sebuah fakta mengejutkan didapat.

Makhluk hidup berjenis kelamin laki-laki tersebut benar-benar menyerupai Li Yazhu Jing. Mulai dari matanya yang sipit, hingga kegemasannya akibat surai nan merumbai-rumbai di depan mata ... semuanya persis seperti Yazhu.

Memang persis karena dia adalah Li Yazhu Jing sungguhan bukan KW-KW club apalagi dopplegänger  dopplegänger club.

"Si tolol itu kalau bicara suka tidak dipikir dulu." Yazhu menghela napas lelah. Dia mematut diri di etalase toko. Tampak semrawut hingga naluri beres-memberesnya tak mampu dibendung lagi.

Orang-orang yang berlalu-lalang menatapnya prihatin. Mungkin mereka berpikir Yazhu adalah seorang pria narsis yang habis diputuskan sang pacar akibat terlalu sinting. Bagaimana tidak? Cowok yang sebentar lagi akan berulang tahun ke 22 itu memang tampak frustrasi akan anak rambutnya nan bergelayut manja. Ya, meskipun memang ada alasan lain, sih.

"Kamu kenapa?" Yazhu merunduk sembari melirik ke kiri dan kanan. Menyadari dirinya yang sedang diajak bicara, dia mendongak. "Aduh, lemotnya kamu. Untung ganteng."

Yazhu mengedipkan mata beberapa kali. Berusaha menyambungkan kabel-kabel ingatannya yang telah menyerupai benang kusut coretan anak TK. Begitu tersadar teriakan heboh langsung keluar dari bibir tipisnya. "KAMU!"

"Hah? 'Kamu-kamu' apaan? Perasaan kita baru ketemu hari ini, deh." Gadis itu tampak terkejut. Hari-harinya kian terasa mengenaskan dari waktu ke waktu. Padahal, seingatnya dia sedang mengenakan pakaian serba merah dan tas emas. Harusnya itu warna keberuntungan, 'kan?

"Maksudku, tadi kita bertemu di Butterbean's Cafe. Sungguh kebetulan bisa berjumpa lagi."

Gadis itu memiringkan kepala sejenak. Dia berusaha mengingat-ngingat siapa saja pengunjung  cafe tadi. Saat koneksi otaknya telah tersambung, ia menjentikkan jari pertanda telah berhasil mengidentifikasi siapa sosok di depannya ini. "Cowok stalker sakit jiwa tadi? Oh, hai."

"Iya," jawab Yazhu membenarkan. Meskipun, ada bagian di relung hatinya yang terluka. Mana ada stalker sakit jiwa berwajah setampan dirinya? "Kalau boleh tahu kenapa tadi kamu ribut-ribut di cafe?"

Cewek bertampilan serba merah itu menimbang. Agak takjub dengan kenaifan Yazhu sebenarnya. Beberapa detik kemudian dia menghela napas. "Kamu tahu cowok yang mirip Jeon Jung Kook versi rada cebol tadi? Dia dulu teman TK-ku dan ...."

Kalimat menggantung sejenak. Menimbulkan ketegangan yang menurut Yazhu sanggup membuat dirinya kesulitan bernapas. "Cinta pertamaku."

"Kalau begitu kenapa kamu menghinanya?"

"Kalau anak-anak jatuh cinta bagaimana? Saling menjelek-jelekkan satu sama lain, bukan? Situasinya sama seperti kami, ah, bukan. Hanya aku saja sepertinya." Dia memasang ekspresi nelangsa. Nada-nada keperihan tersirat dalam suaranya. "Anehnya, meski sudah dewasa aku masih susah menghilangkan kebiasaan lama.

Tsundere. Yazhu mengenal tipe orang seperti itu sedari masih berupa bayi merah nan lugu tanpa dosa. Sesaat ia merasa iba.

"Tidak usah kasihan. Karena sekarang aku punya cinta kedua." Senyuman lebar tersungging di pipinya. Saking lebarnya, justru terkesan dibuat-buat. "Namaku Zhi Lian Si. Mimpiku menggonta-ganti gebetan, tapi belum terealisasi sampai sekarang karena belum menemukan manusia lain setampan Feng-Feng. Jadi, maukah kamu membantuku mewujudkan mimpiku?"

Yazhu kicep seketika.

WPWT 1
Romance 1
By. PrincessParody

Sinestesia [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang