21. shoulder.

233 35 10
                                    

"makas—kak Haechan?"

bisakah aku memeluk lelaki dihadapanku, menceritakan bagaimana kehidupanku kedepannya, bagaimana hampanya hidup tanpa ada dirinya.

"ikut aku ketaman, yuk? coba ceritakan apa yang ada di dalam pikiranmu sekarang."ucapnya, aku hanya mengangguk sebagai balasan.

"Mark, gue izin bawa adek Lo ya, ke taman doang."kata kak haechan ke kak Mark.

"iya, jangan lama lama."

sepanjang jalan, kami tidak ada bahan obrolan sama sekali. Hanya menatap lurus koridor rumah sakit.

sampai akhirnya,

"hai ra, apa kabar?"kata kak haechan tiba tiba.

"baik kok kak."aku berbohong, nyatanya, aku sekarang sedang tidak baik baik saja, kan?

"gimana?"katanya

"gimana apanya kak? gajelas hehe."kataku

"g—gimana sama renjun?"kak, disaat lagi kayak gini, kenapa harus ngebahas kak renjun sih? bukan kah ini our time?

"ga gimana gimana kok kak, biasa aja."

"oh,"

"cuman lebih mononton aja."gumamku, semoga tidak terdengar.

"apanya yang monoton?"kata kak haechan

"engga,"

akhirnya, kita sampai di taman rumah sakit, kami berdua duduk di kursi taman yang sudah disediakan.

"Ra, aku tau kamu perempuan kuat. Kamu harus bisa ngejalanin hidup kamu kayak biasanya, jangan ngerubah sikap kamu, aku cuman pengen kenal sama sikap kamu yang petakilan, banyak ngomong, gamau diem,"katanya,

"yang kuat ya, sayang."kata terakhir yang sama sekali membuat aku mematung di tempat. Karna, dia ga pernah melontarkan kata itu sebelumnya.

"m—makasih kak,"

"kalau kamu merasa lelah, banyak pikiran,"

"pundakku kosong ra. Silahkan aja kalau mau disandarkan,"

"put your head on my shoulder."kata dia.

kenapa manisnya pas udah jadi mantan sih? kenapa?

"makasih."

"oh iya ra, Minggu depan udah unbk nih, doain ya! hehe."ucapnya seraya tertawa kecil.

"iya iya pasti."kataku

kalau Minggu depan sudah unbk, berarti sebentar lagi, gerejaku pergi.

"oh iya kak, kakak jadi ke Jerman itu?"

"jadi ra, sama mama juga udah disetujuin kok, ya walaupun mama pengennya ke ITB atau ke unpad."kata kak haechan.

"lagian kenapa engga di ITB aja sih kak? pake jauh jauh ke Jerman segala."

"udah cita cita sih ra."kata dia

"k–kak, ada yang berkurang gak sih?"

"berkurang apanya?"kata dia

"ya, berkurang, kayak ada yang kurang aja gitu."

"aku kehilangan kamu."kata dia tiba tiba

"a–aku juga."

"tapi sayangnya, kamu sudah milik renjun. Ga berhak lagi aku sama kamu."kata dia

"yasudah, ayo balik."kata kak haechan, aku balas anggukan.

***

selama di pemakaman, rasanya ini tuh mimpi, 3 tahun yang lalu, aku kehilangan ayah untuk pertama kalinya, dan sekarang, aku kehilangan bunda untuk kedua kalinya.

siapa lagi yang mau tuhan ambil setelah ini?

kak Mark merangkul aku, lelaki yang berbeda setahun dari aku ini sedang menangis.

"kuat ya kak."

"lo juga."balasnya sambil mengacak rambutku pelan.

kak renjun, yang asalnya berdiri disebrangku berjalan mendekatiku lalu berdiri disampingku.

Kak Haechan tetap pada posisi sebelumnya, harusnya yang disebelahku kak Haechan, bukan kak renjun.

kak renjun mengelus rambutku pelan, sambil mengatakan,

"yang kuat ya araaa."kata dia.

"iya kak, semoga ya."kataku

Ting!

kak Haechan☀️: aku pulang dulu ya.

aku langsung mengangkat kepalaku, sudah tidak ada kak Haechan lagi disana. Sudah pulang rupanya.

setelah acara pemakaman selesai, tamu tamu udah pada pulang.

"ayo Ra, balik."kata kak Mark.

"duluan aja, nanti aku pake gojek."

"okey,"

"ra, pulangnya sama aku ya?"kak renjun tiba tiba Dateng

"gausah, aku lagi pengen sendiri. Makasih."

"oh, okey."

setelah semua pulang, aku duduk di pinggir makam bunda.

"bunda, perasaan baru kemarin sore kan kita ke makam ayah bareng. Bunda kenapa pergi? ga kasihan liat Ara sama kak Mark cuman berdua dirumah?"

"Ara rindu bunda, bunda, bunda sering sering mampir ke mimpi Arana ya? biar arana ga terus mikirin bunda."

langit tiba tiba hujan, dan tiba tiba pula gelap.

"Ara! ayo balik! ini hujannya keburu gede! cepetan!"

































"loh? kak Haechan masih disini?"

religionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang