jam 2 aku udah siap dan tinggal berangkat ke bandara buat nganter kak haechan, kak Haechan gausah pergi dong
Sebenernya takut juga sih buat nganter kak haechan, pasti disana ada mama papanya kak Haechan, nanti gimana kalo tau aku mantannya kak Haechan yang beda tempat ibadah sama keluarganya?
"ayo kak anter, bawa mobil aja, takut hujan."kataku, mobil ayah jarang dipake, ayah lebih suka naik motor katanya, enak langsung nyium angin.
"okey, cabs."kata kak Mark.
diperjalanan kak Haechan ga berhenti berhentinya buat ngechat, kak Haechan tuh sebenernya dasarnya bacot bangettt, tapi dia tutupin sama sikap yang dia buat buat sendiri.
ini mama papa kak haechan tau gak ya kalo anaknya pacaran sama aku?
dari rumah ke bandara lumayan jauh juga, tapi, gatau jalanan sepi banget hari ini, jalanan lagi berpihak ke aku kayaknya.
gak lama, kita sampe dibandara, kita janjian di resto gitu, katanya sih lagi pada makan.
"kak."
"eh ara? sini ra duduk dulu, sama mark?"kata kak haechan yang mendapati aku berdiri di sebelahnya.
"ini perempuan yang suka kamu ceritain ke mama ya Chan? hihi cantik banget ternyata anaknya."kata mama kak haechan, aku lantas bilang terimakasih dengan senyum.
"papa kamu ga ikut?"kataku, terus dibales senyum yang kecut sama kak haechan
"ra, gue balik duluan ya, mau jemput herin."kata kak mark, aku balas anggukan kecil.
"tante saya duluan ya, mau emput sepupu."
"eh iya hati hati ya."kata mama kak haechan dan dibalas anggukan sama kak mark
"tiati chan, gue buru buru mau jemput sepupu."kata kak Mark ke kak haechan
"ra, ikut aku dulu bentar."kata kak haechan menrik pelan tanganku
"eh bentarrr,"
"ra, kamu mau nunggu aku?"kak Haechan akhirnya ngomong, dia bawa aku keluar dari resto dan jalan jalan gajelas.
"nunggu? kak buat apa aku nunggu? nunggu kakak dapet pengganti aku? kak, dengar ya, aku perempuan, perempuan mana yang engga lelah menunggu yang mungkin tanpa kepastian dari laki lakinya? dan juga kak, Jerman - Indonesia tuh jauh,kak. bukan kayak dari Bandung ke Jakarta."
"—kalau aku nunggu pun, emang kalau kakak pulang akan bawa apa? hadiah undangan pernikahan dengan perempuanmu?"
"4 tahun gak gampang kak untuk aku tunggu."
"maaf jika pertanyaanku barusan terdengar bodoh, maaf jika aku terlalu memaksakan, maaf jika aku memaksamu untuk menunggu."
"—kalau kamu sudah tidak siap menunggu, renjun selalu ada disisi mu kan? dan juga, kalau kamu dan dia sudah menikah, jangan lupa undang aku."kata kak haechan
"ayo balik, aku mau masuk aja, nunggu di dalam, kasian kalau berlama lama di bandara."ucapnya sambul menarik pelan tanganku.
"kak, kalau semesta hebat, semesta akan membuat aku dan kamu kembali bersua."kataku dibalas senyuman oleh kak Haechan.
"tapi untuk saat ini semesta sedang ingin kita berpisah,aku mau kamu nunggu, tapi, jika suatu saat aku sudah nyaman dengan seseorang, maka maaf aku mungkin akan yang akan melepasmu."kata kak haechan
"bilang saja kalau sudah menemukan yang baru, lagian aku bukan siapa siapamu lagi, dan kamu juga bukan siapa siapaku lagi."
"ternyata bener ya kata orang,"kataku
"hm?"
"iya, LDR terjauh itu ketika aku mengucapkan alhamdulillah dan kamu mengucapkan puji tuhan."
kak haechan tersenyum dan mengatakan, "udah, ayok balik, aku mau ke dalem aja."dan dibalas anggukan olehku.
"eh sebentar kak,"aku memberhentikan langkahku,dan mengambil suatu kotak kecil didalam tas
aku menyodorkan kotak itu padanya,"ini rosario buat kamu, kalo disana tiba tiba teringat aku, kamu pergi ke gereja ya? sebut namaku dalam doamu, semoga tuhan mempersilahkan aku datang dimimpimu."
"ra? serius?"ia menatapku tak percaya,dan aku anggukan kepalaku
"makasih ra, tanpa kamu suruh pun, aku akan tetap pergi ke gereja dan menyebut namamu sampai tuhan bosan mungkin."
"sampai kapanpun, mungkin kita gaakan pernah jadi mahram ya kak, apapun yang kita lakukan kita tetap sendiri-sendiri,kita...yang tak akan pernah menjadi kita."
setelah perbincangan kecil barusan, kami kembali ke restoran, mengantarkan kak haechan ke pintu pemberangkatan. Di ambang pintu tadi, kak haechan sempat mengucapkan,
'tunggu aku.'
aku gak janji ya, kak.
'aku sadar diri bahwa diantara kami berdua ada sejuta bahkan seribu perbedaan yang menghalangi kami untuk bersama. Dari mulai tempat ibadah,cara berdooa, dan kepercayaan kami terhadap tuhan masing masing saja sudah bagaikan langit dan bumi.
Jika ia pergi adalah skenario terbaik yang tuhan berikan, maka kita yang hanya sebagai umatnya bisa apa?'
KAMU SEDANG MEMBACA
religion
Fanfiction[SLOW UPDATE] "hei,kita ini dipertemukan dengan cara yang beda sama tuhan." "kamu ga bosen ngejalin hubungan yang setiap harinya melibatkan tuhan?"