10- menjalankan kewajiban

13.9K 482 1
                                    

Amira POV

Entah harus bahagia atau sedih dengan pernikahan ini, karena biasanya rumah tangga yang dijalani pasti akan menimbulkan kenyamanan didalamnya. Namun berbeda denganku, rumah tanggaku terbuat dari keterpaksaan, dan mungkin hanya sesaat. Mengingat tuan Daniel yang akan menceraikanku setelah aku melahirkan nanti.

****

Author POV

Flashback on

Di dalam ruangan yang ditata rias seadanya terdapat sepasang manusia yang sedang berbincang, namun perbincangan tak terjadi seperti biasanya. karena dalam perbincangan tersebut diselingi hawa hawa mencekam dan menegangkan.

"Jangan berharap apapun dengan pernikahan nanti" ucap sang tuan dengan nada dingin namun pasti.

"I..iya tuan" balas sang wanita dengan wajah menunduk.

"Aku akan menceraikanmu,setelah anak itu lahir"lanjut pria itu.

"Iya, saya mengerti"

"Kau tak boleh mencampuri urusan pribadiku dan harus menuruti semua perintahku, mengerti?" ucap pria itu dengan tegas.

"Baiklah, saya mengerti"

Flashback off
.
.
.
.
Hari sudah berganti pagi, setelah menunaikan solat subuh, saatnya Amira untuk menjalankan kewajibannya sebagai istri..ah tidak Amira menganggapnya sebagai kewajiban seorang pembantu, karena pada dasarnya suaminya tak akan pernah menganggap amira sebagai istrinya.

"Aku akan pulang larut lagi, jadi jangan tunggu aku" ucap Daniel dengan tangan kanan membenarkan dasi .

Amira yang sedang memasak melihat Daniel sudah rapi dengan pakaian kantornya, Daniel membawa tas berbentuk persegi panjang yang terdapat leptop di tangan kiri nya.

"Makanan nya sudah siap tuan" ucap Amira dengan membawa satu piring nasi goreng seafood ke meja makan.

"Aku akan makan di kantin kantor saja..hari ini ada meeting dengan klienku" ucapnya sambil melenggang pergi meninggalkan Amira.

Jawaban Daniel membuat Amira sedih. bagaimana tidak, dia sudah menyiapkan sarapan untuk suaminya, namun tak ada balasan Daniel untuk menghargai Amira. Terkadang Amira berfikir, akankah dia sanggup menjalankan rumah tangganya dengan Daniel. Namun Amira akan berusaha kuat dan tegar menghadapi semuanya. demi calon anaknya, demi calon buah hatinya.

Amira akan membereskan apartemen, termasuk mencuci baju, mengepel lantai, menyapu dan lain lain. Setelahnya dia akan berangkat bekerja. Dia sudah terbiasa tidak merepotkan orang lain jika masalah uang, ia masih sanggup untuk bekerja dan mencarinya. Dia tak melanjutkan usahanya membuat kue kue kering lagi, karena tak punya waktu untuk membuatnya. mengingat pekerjaannya bertambah dengan mengerjakan pekerjaan di apartemen suaminya dan mematuhi semua perintahnya.

Tepat pukul 07.05, Amira sampai di inslove cafe. Di awali dengan membereskan semua yang tak tertata rapi disana. Sebenarnya Amira tak terbiasa jika harus berdiam diri tidak mengerjakan apa apa. jika dirinya diam dan tidak melakukan apa apa, dia akan merasa seperti orang malas yang tak mau masa depannya cerah. Memang masa depannya tak secerah harapannya, namun Amira bersyukur dengan semuanya. Amira yakin, tuhan tau mana yang terbaik Mungkin setelah ini dia akan bahagia. Dan Amira percaya akan hal itu.
.
.
.
.
****

Amira POV

Aku pulang dari cafe dengan keadaan basah kuyup karena hujan. dan sialnya aku tidak membawa payung. Jika saja aku membawa payung, mungkin aku dan anakku tak akan kehujanan. Hufhhh... nasib nasib. Setelah sampai apartemen, aku bergegas mandi agar tidak demam nantinya. Beruntungnya setelah aku sampai apartemen, aku tidak melihat tanda tanda keberadaan tuan Daniel di apartemen ini, syukurlah setidaknya aku tidak akan terkena bentakannya lagi karena pulang larut. Jika kalian berfikiran, aku tidak berteduh agar tidak kehujanan, kalian salah!. Percayalah, aku berteduh terlebih dulu di saung yang berada di pinggir jalan. Lama sekali aku menunggu agar hujan reda, namun nyatanya hujan semakin lebat dan malam semakin larut.

Setelah aku selesai mandi dan memasak untuknya kalau kalau dia lapar, aku memutuskan untuk tidur. karena kalian juga tau sendiri, kalau tuan Daniel tidak mau aku menunggunya. mungkin karena dia tak mau melihat wajahku yang menurutnya membosankan atau mungkin dia kasihan aku tidur terlaru malam? Ah sudahlah aku akan membaringkan badanku di atas kasur dan menjelajahi alam mimpi.

" Selamat tidur sayang. Tidur yang nyenyak ya... Ibu menyayangimu" gumamku dengan tangan mengelus perutku. Aku tersentak kaget saat merasakan tendangan kecil didalamnya, ternyata dia meresponku. Ahh cukup geli rasanya, ini kali pertamanya dia menendang! Aku sangat bahagia...

" Ya ampun, kamu bergerak! Hihihi geli rasanya" ucapku dengan nada kaget serta ketawa cekikikan.
Dan tak lama aku terlelap tidur.

***

Daniel POV

dokumen dokumen yang aku tandatangani dan file file yang aku bereskan cukup membuat kepalaku pusing. Bagaimana tidak, rasanya tak ada habisnya. Setelah aku selesai, pasti akan ada lagi dokumen dan file yang masuk dan itu membuat aku harus lembur. Untung saja aku memberitahu wanita itu terlebih dahulu, jadi tak repot repot dia harus menungguku. Aku juga sangat lapar, dan mana mungkin jam segini ada restoran yang masih buka, mengingat waktu sudah menunjukan pukul 3 dini hari. Aku memutuskan untuk pulang ke apartemenku saja...

Cklek..
Aku membuka pintu, dan melihat lampu dapur masih menyala, apa mungkin wanita itu belum tidur?, Aku memastikannya dengan berjalan ke arah dapur. Dan ternyata Tak ada orang di dapur hanya ada makanan di atas meja makan. Mungkin wanita itu memasak terlebih dahulu sebelum tidur. Aku sangat lapar dan beruntungnya ada makanan disini. langsung saja aku memundurkan kursi dan mendudukinya, setelahnya aku langsung melahap makanan itu.

Jujur makanannya sangat enak dan lezat, pintar juga dia dalam hal memasak.

"Ahh kenyangnya..."ucapku dengan tangan memegang perut.

Setelah dirasa kenyang, aku bergegas beranjak dari meja makan untuk tidur. Namun tidak tau kenapa aku sangat penasaran dengan wanita itu. Aku mengintip sedikit pintu kamarnya yang tertutup namun tak sepenuhnya. Ku lihat dia tertidur dengan meringkuk dan tidak memakai selimut.

" Tidak elit sekali gaya tidurnya" gumamku dengan suara pelan, takut terdengar olehnya.

"Bodo amatlah, bukan urusanku juga" ucapku dengan menggerakan bahu seraya melangkahkan kaki meninggalkan kamarnya..

Bad Life (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang