36-beruntungnya aku

5.4K 349 35
                                    

Author POV

"Kamu tidur duluan saja, ada beberapa berkas pekerjaan yang harus aku cek dan tandatangani" ucap Daniel dengan memasangkan selimut.

"Tapi-

"Amira kamu pasti lelah seharian ini. Tidur oke?" Potong Daniel dengan mengelus puncak kepala Amira dan mengecupnya. Amira memejamkan mata merasakan kecupan hangat suaminya.

"Selamat malam.." lanjut Daniel dan berjalan keluar kamar.
Memang benar, tubuh Amira rasanya remuk sekali. Rasa lelah lebih dominan didalam tubuhnya. Tak lama ia sudah terpejam dan menikmati alam mimpi.
.
.
.
Amira POV

Aku terbangun dari tidurku, tidur yang cukup membuat aku segar kembali. Namun, saat aku terbangun tidak ada mas Daniel di sampingku. Apa dia sudah berangkat ke kantor? Tapi kenapa dia tidak membangunkanku? Aku berdiri dengan tergesa itupun sedikit susah payah, yaaa karena perutku yang sudah sebesar ini. Aku celingukan mencari sosoknya, namun nihil. Mas Daniel benar benar sudah berangkat bekerja. Aku berjalan ke arah dapur berniat untuk bersih bersih, namun aku terkesiap ketika melihat wanita paruh baya yang memunggungiku itu tengah mencuci piring. Siapa dia? Seingatku tidak ada manusia lagi selain aku dan suamiku. Aku berjalan mendekat ke arahnya.

"Mmm permisi, ibu siapa ya?" Tanyaku. Dengan cepat ia menghentikan aktivitasnya dan berbalik badan menghadap ku.

"Eh nyonya sudah bangun, perkenalkan nama saya Inah, saya pembantu rumah tangga baru disini, nyonya"ucapnya dengan sopan. Pembantu? Masih ada aku kan? kenapa harus ada orang lain?

"Tuan Daniel yang mempekerjakan saya disini. Jadi, jika nyonya butuh sesuatu nyonya bisa meminta bantuan saya" lanjutnya lagi. Aku yang sedari tadi hanya bingung pun mengangguk mengerti.

"Jangan panggil Amira nyonya dong bi, panggil nama aja ngga papa" ucapku. Dan membuat bi inah menatapku bingung.

"Panggil Amira aja. Dan gaada bantahan, oke Bi?" Lanjutku dengan mengangkat satu tangan membentuk simbol "oke". Bi Inah hanya mengangguk dan akhirnya tersenyum.

"Nyo- mm nak Amira mau makan apa? Biar nanti bibi yang buatkan"

"Amira pengen tempe bacem bikinan sendiri bi, Mira aja yang masak. Bibi bantu bantu aja ya" jawabku dengan mengambilnya celemek yang menggantung dan mengambil bahan masakan di dalam kulkas. Bi Inah tersenyum melihatku cekatan dalam memasak. Memasak memang sudah keahlian ku, Bi..hehe

"Bi, tolong ambilin kecap. Letaknya di pinggir toples penyedap rasa" ucapku ketika aku sedang mengorak Arik masakan namun lupa Tidak membawa kecap.

"Siap" jawabnya dengan berjalan ke arah yang di maksud.
.
.
.
.
"Masakan sudah siap.." seruku ketika masakan sudah tertata rapi di atas meja makan. Tidak hanya tempe bacem saja yang aku masak, ada sayur asem, semur tahu, lalapan pleus sambelnya, dan tumis kangkung.

"Kita makan bersama" ucapku lagi kepada bi Inah yang berdiri di sampingku.

"Ayo duduk Bi, kita makan bersama" aku berucap ketika bi Inah tak kunjung duduk di kursi sampingku.
Setelah aku liat bi Inah sedikit ragu akhirnya dia mau duduk satu meja makan denganku.

"Bibi harus cobain masakan Amira, kalo ga enak bibi boleh hukum Amira hehe" ucapnya dengan tangan menuangkan nasi serta lauk pauknya.

"Ini buat bibi, kalo kurang tambah lagi aja ya.." aku memberikan piring yang sudah terisi makanan itu.

"Eh ga usah non, bibi bisa ambil sendiri" tolaknya..aku sengaja mengerucutkan bibirku mendengar jawabannya.

"Tuhkan tadi nyonya sekarang non, panggil nama aja bibi.. ini ambil ya.. gabaik nolak rezeki" ucapku dengan menyimpan piring itu di depan bi inah.

Bad Life (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang