35- baby boy

5.8K 349 57
                                    

Author POV

Mereka kini sudah kembali ke apartemen. Amira tengah terduduk di kasur suaminya. Dan itupun perintah Daniel yang disertai dengan paksaan.

Daniel tengah membersihkan diri di kamar mandi. suara gemercik air terdengar dari sana. Amira menatap pinggiran dinding kamar mandi itu dengan tangan setia mengelus perutnya.

"Semoga dengan lahirnya kamu kedunia nanti, kamu bisa jadi penghangat di tengah dinginnya suasana Ayah dan ibu ya dek.." gumam Amira.

Sebenarnya sudah dari 3 hari kebelakang ini Amira merasakan nyeri di sekitar tempat sensitif nya. Namun ia tahan karena malu jika harus mengungkapkan nya. Yang Amira tau, jika seperti ini, air susu sedang bereproduksi untuk si jabang bayi nanti. Itu tandanya bayinya bisa meminum ASI secara langsung tanpa bantuan susu formula.

"Sshhh..aww.." rintih Amira ketika rasa ngilu itu datang lagi.

"Kamu kenapa, Amira?" Suara itu tiba tiba muncul dan membuat Amira terkejut. Entah sejak kapan Daniel sudah berdiri di samping ranjang dengan hanya menggunakan handuk yang ia lilitkan di pinggang sampai atas lutut. Dengan begitu dada yang berbentuk kota kotak dan bidang itu terpampang jelas dihadapan Amira.

"Ehhh Emm, ti-tidak mas, Amira tidak apa-apa."jawabnya gelagapan dengan mata terpejam. Amira tidak mau melihatnya, dirinya takut hilap!

"Kamu yakin?"

"Iya mas.." jawabnya lagi dengan mata masih terpejam.

"Yakin nih?.." ucap Daniel lagi dengan tersenyum jail.

"I-iya, Amira ga kenapa-napa" jawabnya polos.

"Bukan Soal itu, tapi soal pemandangan dihadapanmu ini..kamu yakin gamau liat? Hmm?.." ucap Daniel lagi. Tangan Amira kemudian terangkat menutupi muka.

"M-mas Daniel kenapa sih? Amira..Amira...tentu aja gamau liat." Ucap Amira gugup dengan suara yang sedikit tertekan karena tertutupi lengannya.
Mendengar tuturan istrinya membuat Daniel gemas dan langsung menarik pinggang sang istri untuk berdiri dan mendekat ke arahnya.

"Ehh!"pekik Amira yang tak sadar langsung membuka mata dan membulatkan mata karena terkejut. Refleks tangan Amira memegang bahu Daniel yang terbuka. Dirinya belum sadar jika tangannya sudah mendarat lepas di bahu bidang sang suami.

"Amira.." bisik Daniel di telinganya. Tangan Daniel terangkat menyelipkan rambut ke belakang telinga karena sedikit menutupi wajah Amira yang sudah memerah.

"Hah,,,mmm a-anu tu- mmm mas-"Amira merasa canggung luar biasa.

"Suuttt, sekarang kamu harus terbiasa dengan ini, sayang." Bisik Daniel lagi di depan telinganya. Amira masih dengan wajah terkejut karena perlakuan Daniel kepadanya. Daniel mempererat pelukannya dengan memeluk istrinya erat.

"Aww...." rintih Amira ketika lagi lagi rasa ngilu itu menyerangnya.

"Kamu kenapa sayang?!" Tanya Daniel khawatir. Amira kemudian menjauhkan dirinya dari Daniel dan mengikis jarak dengan suaminya.

"Mmm ti-tidak.." jawab Amira

"Kenapa?" Tanya Daniel dengan nada kembali dingin. Amira takut jika Daniel marah karena ia tidak memberi tahu, tapi cukup malu juga jiga dia memberitahu, ah serba salah! Pikir Amira.

"Nggg..mmm anu-

"Apa? Kenapa?" Tanya Daniel lagi dengan tidak sabaran.

"Itu Amira sakit tuan." Jawab Amira menunduk dengan tidak sadar menyebutkan suaminya dengan embel-embel 'tuan'.

"Itu? Itu apa sayang?" Bukan Daniel tidak mengerti, ia hanya sengaja seperti itu agar istrinya menyebutkannya dengan jelas.

"Hah? Mmm,,, sakit " Adunya kepada sang suami. Wajahnya yang sudah memerah membuat Daniel gemas melihat nya.

Bad Life (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang